web analytics
Connect with us

Uncategorized @id

Perempuan di Kulon Progo Belajar Melakukan Pendataan

Published

on

OPSD di Nomporejo Kulon Progo

Hidup ditengah lingkungan dengan tingkat kemiskinan yang tinggi, memicu munculnya hasrat untuk melakukan segala cara demi mendapatkan penghidupan yang layak. Salah satu langkah instan yang dilakukan oleh beberapa oknum adalah melakukan perdagangan manusia. Satu daerah yang cukup rawan terjadi aksi trafficking berada di DIY, tepatnya kabupaten Kulon Progo. Bukti tingginya tingkat kemiskinan di Kulonprogo dapat dilihat dari kurangnya lahan pekerjaan untuk kaum perempuan, serta dipicu oleh tingkat pendidikan yang rendah.

Tidak hanya di Kulon Progo, beberapa wilayah di Indonesia pun mengalami hal serupa. Mayoritas lapangan pekerjaan mengutamakan tenaga kerja laki-laki. Ketimpangan sosial itu justu menjebak kaum perempuan berada dalam garis marjinal. Konsep berfikir patriarki yang beranggapan bahwa perempuan adalah kaum lemah masih terus tertanam di beberapa wilayah pedesaan. Namun, kedudukan perempuan serta kesamaan hak hidup justru bertolak belakang dengan kehidupan kota-kota besar.

Ditengah melejitnya kebutuhan pokok sehari-hari, serta perkembangan informasi yang memberikan kemudahan untuk mengakses informasi, harapan tentang hidup yang lebih baik dan kebutuhan ekonomi dapat terpenuhi, semakin tinggi. Selain itu harapan untuk mendapat kesamaan hak bekerja semakin menggebu-gebu. Sehingga, iming-iming akan tawaran pekerjaan tentu menjadi kesempatan emas yang selalu dinanti-nanti. Dorongan yang bersifat hasrat inilah yang menjebak beberapa perempuan dan menjadi peluang beberapa oknum melakukan perdagangan manusia. Garis marjinal perempuan pun semakin kuat dan jelas.

Kurangnya pemahaman tentang bagaimana menempatkan peran antara laki-laki dan perempuan, serta kurangnya informasi tentang aksi perdagangan manusia menjadi salah satu alasan banyaknya tindakan kekerasan yang terjadi. Oleh karena itu, sejak tanggal 28 september hingga 29 September 2017 di balai desa Nomperejo Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo diadakan pertemuan Omah Perempuan Sinau (OPSD). Pertemuan itu di damping oleh Mitra Wacana WRC.

Antusias peserta untuk mengikuti pertemuan tersebut terlihat dari banyaknya jumlah perwakilan yang turut serta. Pertemuan itu dihadiri oleh 25 perempuan perwakilan dari Pusat Pembelajaran Perempuan dan Anak (P3A), desa Banaran, Nomporejo, dan Tirtorahayu. Di dalam OPSD ini peserta diajak untuk membahas kesetaraan laki-laki dan perempuan (jender), pencegahan perdagangan orang, tata kelola desa, pengorganisasian dan tata cara melakukan pendataan.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opini

KONSTRUKSI MEDIA MASSA TERHADAP CITRA PEREMPUAN

Published

on

Sumber: Freepik
TANTANGAN GERAKAN PEREMPUAN DI ERA DIGITAL

Lilyk Aprilia Volunteer Mitra Wacana

Di era globalisasi, media massa menjadi salah satu hal yang penting dalam kehidupan masyarakat baik digunakan sebagai alat untuk komunikasi, mencari informasi, atau hiburan. Media massa terus mengalami perkembangan dari yang mulanya konvensional hingga sekarang menjadi modern . Berbicara mengenai media massa tentu ada hal yang menjadikan media massa memiliki nilai tarik tersendiri terlebih jika dihubungkan dengan keberadaan perempuan.

      (Suharko, 1998)  bahwa tubuh perempuan digunakan sebagai simbol untuk menciptakan citra produk tertentu atau paling tidak berfungsi sebagai latar dekoratif suatu produk.  Media massa dan perempuan merupakan dua hal yang sulit dipisahkan. Terutama dalam bisnis media televisi. Banyaknya stasiun televisi yang berlomba-lomba dalam menyajikan sebuah program agar diminati oleh masyarakat membuat mereka mengemas program tersebut semenarik mungkin salah satunya dengan melibatkan perempuan. Perempuan menjadi kekuatan  media untuk menarik perhatian masyarakat. Bagi media massa tubuh perempuan seolah aset terpenting yang harus dimiliki oleh media untuk memperindah suatu tayangan yang akan disajikan kepada masyarakat sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.

     Media massa memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai wadah untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Informasi yang diberikan kepada masyarakat salah satunya dalam bentuk iklan sebuah produk atau layanan jasa . Iklan merupakan sebuah informasi yang diberikan kepada masyarakat mengenai hal yang berhubungan dengan suatu produk atau jasa yang dikemas dengan semenarik mungkin.  Memiliki tujuan untuk menarik minat konsumen membuat salah satu pihak menjadi dirugikan . Pasalnya pemasang iklan dalam mengenalkan produknya kepada masyarakat sering kali memanfaatkan perempuan sebagai objek  utama untuk memikat para konsumen. Memanfaatkan wajah dan bentuk tubuh sebagai cara untuk menarik perhatian masyarakat membuat citra perempuan yang dimuat pada iklan terus menjadi sumber perdebatan karena dinilai menjadikan tubuh perempuan sebagai nilai jual atas produk yang ditawarkan . Ironisnya hal ini terus menerus dilakukan. 

         Memanfaatkan fisik sebagai objek untuk diekploitasi sudah bukan menjadi rahasia umum lagi. Terlihat dari citra perempuan yang digambarkan oleh tayangan iklan ataupun acara program televisi. Kecantikan perempuan dijadikan sebagai penghias tampilan dari suatu program acara. Dipoles sedemikian rupa untuk mendapatkan tampilan yang cantik kemudian dikonsumsi oleh publik. Demi untuk mengedepankan kepentingan media bahkan hak hak perempuan yang seharusnya dimiliki mereka dikesampingkan oleh media .  

     Selain sebagai wadah informasi untuk masyarakat media massa juga berfungsi sebagai hiburan.. Tayangan televisi yang sampai saat ini menempati rating tertinggi yaitu dalam kategori sinetron. Gambaran dalam tayangan tersebut banyak yang melibatkan perempuan dengan menggambarkan posisi perempuan selalu dibawah laki-laki. Tidak terlalu memperhatikan  pesan tersirat apa yang terkandung dalam tayangan tersebut, masyarakat terus-menerus mengkonsumsinya seolah tayangan tersebut tidak memiliki pesan yang bermasalah. Jika diperhatikan lebih lanjut banyak sekali peran perempuan yang digambarkan dari sisi lemahnya atau hanya melakukan pekerjaan domestik saja. Dengan begitu apa yang disajikan oleh media akan tertanam difikiran mereka sehingga menganggap pesan media massa sebagai realitas yang benar dan menjadi nilai yang kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

 

 Kekuatan Media Massa Dalam Membentuk Citra Perempuan

      Media massa memiliki kemampuan dalam membentuk citra . Bermula dari gambaran atas kenyataan yang ada dimasyarakat kemudian dikembangkan dengan menggunakan bahasa yang mengandung makna baru  namun masih memiliki acuan terhadap fakta yang ada kemudian disajikan kepada masyarakat secara terus menerus.  Dengan begitu citra yang dibentuk oleh media massa akan mempengaruhi realitas kehidupan dimasyarakat. Mengingat minat masyarakat terhadap objektifikasi perempuan cukup tinggi, media massa berlomba-lomba membentuk citra perempuan yang sempurna untuk mencapai target pasar dengan menggiring opini publik dalam menetapkan standar ‘cantik’ menurut media. Perempuan kerap kali dijadikan alat oleh media massa sebagai ladang untuk mendapatkan keuntungan dengan menampilkan kemolekan dan kecantikan fisiknya. Konstruksi sosial pada citra perempuan yang terjadi pada media massa bukan lagi hal baru dan tabu, fenomena ini terus berulang seolah menjadi kebenaran dalam mengkotakkan citra perempuan. 

     Selain itu pembenaran yang terus dilanggengkan oleh media massa terkait citra perempuan menjadikan sudut pandang masyarakat berkiblat pada standar yang digaungkan media massa tersebut sehingga menjadi salah satu agen budaya yang berpengaruh terhadap realita di kehidupan masyarakat.  Penggambaran terhadap perempuan oleh media massa semakin memperjelas bahwa posisi perempuan diranah publik masih lemah.

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending