Jaringan Perempuan Yogyakarta (JPY) menyusun laporan singkat dalam workshop yang dihadiri tiga puluh (30) orang di kantor Yayasan Annisa Swasti pada Sabtu (19/3). Workshop ini bertujuan : 1) memetakan persoalan struktural kekerasan perempuan dan anak di DIY, 2) memberikan usulan terhadap persoalan yang telah dipetakan, 3) menyusun policy brief (laporan singkat) trend kasus kekerasan anak di DIY.
Menurut panitia penyelenggara, Ika Ayu menyatakan bahwa workshop ini untuk menggali banyak persoalan apa yang dihadapi pendamping lapangan (penggiat perempuan dan anak) ketika melakukan layanan penanganan kasus. Kita bisa membuat sinergi dengan penyedia layanan dimulai dari tingkat kecamatan, misalnya puskesmas, ungkap Ika Ayu. Puskesmas sangat strategis dan progresif menjadi tempat pertama mendapatkan layanan pertama bagi korban kekerasan terhadap perempuan dan anak. Tetapi Banyak kasus yang tidak tertangani, sementara ini kita tahu ada banyak lembaga penyedia layanan yang sudah ada, Ika menuturkan.
Menurut salah satu peserta, Astriani (staff divisi pendidikan publik dari Mitra Wacana) mengungkapkan bahwa workshop ini merupakan rangkaian dari peringatan hari perempuan internasional 8 Maret lalu. Workshop ini penting untuk ditindak lanjuti, mengingat kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak cenderung mengalami kenaikan, ungkap Astri.
Dalam workshop ini peserta yang merupakan para penggiat lembaga swadaya masyarakat yaitu; SAMIN, Rifka Annisa, Komisi Pemilihan Umum Yogyakarya, Jaringan Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (JPPRT), People Like Us Satu Hati (PLUSH), One Bilion Rising Jogja, Sentra Advokasi Perempuan Difabel dan Anak (SAPDA), PKBI DIY, LBH Jogja, Yasanti, P3SY, CIKAL, IDEA, ICM, LSPPA, Mitra Wacana WRC dan NARASITA, Fatayat NU.
Peserta terbagi menjadi dua bagian. Kelompok pertama membahas pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak, sedangkan kelompok kedua membahas layanan bagi korban kekerasan terhadap perempuan dan anak. Sebelum diskusi di kelompok masing-masing ada paparan dari Odi Shalahuddin (SAMIN) dan Suharti ( Rifka Annisa) yang mengingatkan kembali situasi mendesak kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.