web analytics
Connect with us

Kulonprogo

Pertemuan Rutin P3A Tirtakemuning Desa Tirtorahayu

Published

on

(Ivi/ Mitra Wacana) Pertemuan rutin P3A Tirtakemuning Desa Tirtorahayu dilaksanakan di kediaman Bu Umi Asih pada tanggal 16 September 2019 pukul 09.00 Wib. Dalam pertemuan kali ini anggota P3A berencana akan mengadakan workshop pembalut kain, selain itu anggota P3A juga berencana melaksanakan piknik ke Goa cemara sambil melakukan kampanye anti tindak pidana perdagangan orang.

Kegiatan ini bertujuan untuk menunjukkan peran aktif P3A kepada masyarakat desan maupun pemerintah desa setempat, workshop pembalut kain juga menjadi salah satu gerakan untuk menekan sampah plastik yang dapat mencemari lingkungan.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kulonprogo

P3A Srikandi Adakan Public Speaking tentang Bullying

Published

on

Oleh Alfi Ramadhani 

Rabu, 27 maret 2024 p3A Srikandi melaksanakan pertemuan di bulan maret yang juga merupakan bulan Ramadan. Pertemuan dilakukan sore hari menjelang berbuka puasa, yaitu pukul 16.00 WIB. Dalam kesempatan kali ini, agenda yang dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan disepakati bersama, yaitu public speaking, dengan bu Sekar yang menjadi pemateri dari tema Bullying.

Pertemuan diawali dengan pembukaan yang dipandu oleh MC, yaitu bu Fitri. Dilanjutkan dengan sambutan ketua kelompok P3A Srikanti, yaitu bu Suakrni, dan sambutan dari Mitra Wacana. Selanjutnya untuk mempersingkat waktu, kelompok mempersilahkan bu Sekar untuk memulai presentasinya.

Seusai presentasi, CO mengelead jalannya diskusi tentang bullying. Ada berbagai macam pertanyaan, seperti:
Bu Sri Kus: Apakah physical bullying itu termasuk kekerasan? Atau missal KDRT?
CO meminta anggota lain untuk menjawab, menurut bu Sekar Kalau bullying itu biasanya lebih sering terjadi di kalangan anak atau sekolah, tapi kalau sudah kena fisik, itu juga sudah masuk kekerasan walaupun mungkin awalnya hanya verbal saja. Kalau untuk bullying yg terjadi dirumah, mungkin masuknya adalah KDRT.

Bu Eny juga bercerita pengalaman ketika anaknya masih SMA pernah dipanggil guru karena rambut anaknya terlalu panjang dan celananya terlalu pendek. Rambut anaknya digunting, begitu juga celana yang dipakai. Mendengar itu, bu Eny tidak terima karena pasalnya ada anak guru juga yang memiliki rambut yang lebih panjang tetapi rambutnya tidak dipotong seperti anaknya. Ia pun melaporkan itu ke kepala sekolah bahwa ia juga ingin anak guru tersebut dihukum sama seperti anaknya.

Bu Srikus juga bercerita terkait cyber bullying; anaknya pernah difitnah menjadi klitih dan ditangkap orang dijalanan. Awalnya ialah karena ia pernah nongkrong dan ngopi sekali dengan pemuda dari daerah lain yang ternyata adalah pelaku klithih. Ketika pelaku klithih tertangkap, ia ditanya siapa saja teman-teman yang ngopi bersama dia. Ketika itu, anak bu Sri sedang berada di Jogja pulang kerja, dan di daerah Sentolo tiba-tiba ia ditangkap orang dan mau dipukuli, untungnya ada tetangga dukuh yang melihat, sehingga anak bu Sri disuruh pulang. Namun, karena kejadian tersebut, foto dan nama anak Bu Sri tersebar di group watsapp pemuda dan disangka klithih.

bu Wasmi juga bercerita bahwa dulu, ketika anaknya masih kelas 2 SD diganggu kakak kelasnya yang kelas 6 SD dengan melorot celananya. Selain itu, anak kelas 6 SD itu juga memainkan rok anak perempuan menggunakan kayu sehingga tersingkap. Anak ibu Wasmilah kebetulan badannya besar sedangkan anak kelas 6 itu kecil, sehingga naak bu Wasmilah berani bilang ke anak kelas 6 SD itu bahwa perbuatannya itu tidak bagus. Saat itu si anak marah dan menantang anak bu wasmilah, sehingga anak bu wasmi melemparkan batu ke kepala anak itu dan berakhir berdarah sehingga harus dijahit. Meski begitu, bu wasmi dan anaknya telah meminta maaf ke keluarga korban karena kejadian tersebut karena meski bagaimanapun anaknya juga bersalah karena telah menyebabkan anak lain cidera.

pengalaman lain ialah dari bu Sukarni pada masa SD. Karena dulu ia kecil, berkulit hitam, dan rambutnya ikal diatas berwarna hitam lebat. Sehingga anak0anak di sekolahnya memanggil ia dengans ebutan “bido” atau semacam burung yang berwarna hitam. Sama halnya dengan bu Sri Kus yang dulu juga sering dipanggil “klenyem” ketika jam olahraga karena ia memakai celana merah yang membuatnya terlihat seperti jajanan “klenyem” yang juga merupakan dagangan orang tuanya kala itu. hal itu membuat ia malu.

selain berbagi pengalaman pribadi dari masing-masing anggota, juga melakukan diskusi terkait kasus bullying yang baru-baru ini terjadi seperti kasus bullying yang dialami anak dari Artis Vincent. Secara bergantian, ibu-ibu membaca artikel terkait kasus tersebut dan menemukan bahwa salah satu penyebab adanya bullying ialah karena pada anak remaja mereka membutuhkan 3 P: Panggung, perhatian, dan pujian/pengakuan. Jika ketiga hal itu tidak didapat dari kegiatan yang positif, maka mereka akan menciptakan situasi yang membuat mereka akan mendapatkan ketiga P tersebut. Salah satu cara agar 3P anak terakomodir ialah dnegan menyallurkan bakatnya didalam aktifitas ekstrakulikuler yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Terkhusus jika minat anak dibidang fisik seperti karate, taekwondo, renang dan lainnya. Hal semacam ini juga perlu diperhatikan oleh orang tua.

Diskusi diakhiri dengan membaca doa berbuka puasa bersama karena adzan maghrib sudah berkumandang.

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending