web analytics
Connect with us

Opini

Self-Love dalam Budaya Jawa

Published

on

Mencintai diri sendiri?

Nofi Tri Susanti S.Pd Aud

      Nofi Tri Susanti

Mungkin sebagian orang akan beranggapan bahwa mencintai diri sendiri akan terdengar egois, saat kita mampu mencintai diri sendiri kita akan belajar menerima kekurangan dan kelebihan pada diri kita sendiri, hal itu akan membuat kita mudah untuk bersyukur dan membuat kita bahagia, karena inti dari Self-Love adalah rasa bersyukur kita kepada Tuhan Yang Maha Esa atas apa yang sudah diberikanNya kepada kita, baik kekurangan maupun kelebihannya, karena Tuhan tidak akan menciptakan susah tanpa didampingi dengan mudah selama kita mampu untuk terus bersyukur.

Suatu hal menarik yang seharusnya dimiliki oleh individu untuk bisa memahami diri sendiri, terlebih masalah-masalah spikologis, karena obat yang ampuh untuk menyelesaikan masalah psikologis adalah diri sendiri bukan orang lain. Kamu tidak akan bisa mencintai orang lain sebelum kamu mencintai dirimu sendiri terlebih dahulu.

Bagaimanakah kita mencintai diri sendiri? Apakah itu didapatkan melalui makeover kecantikan atau satu set pakaian baru? Bisakah kita mendapat lebih banyak dengan membaca sesuatu yang menginspirasi? Atau bisakah hubungan baru akan membuat kita lebih mencintai diri sendiri? Jawabannya adalah tidak, meskipun mereka merasa baik dan memuaskan, kita tidak akan tumbuh dalam cinta diri dari jenis kegiatan ini.

Cinta diri bukan sekedar perasaan senang, ini adalah bentuk mencintai diri sendiri yang tumbuh dari tindakan yang mendukung pertumbuhan fisik, psikologis dan spiritual kita, memiliki belas kasih untuk diri sendiri ketika kita berjuang untuk menemukan makna pribadi, lebih berpusat pada tujuan dan nilai-nilai kehidupan kita, dan mengharapkan pemenuhan hidup melalui usaha diri kita sendiri.

Self-Love masing-masing untuk masyarakat Indonesia terutama suku Jawa dan masih banyak masyarakat yang belum mengetahui pentingnya Self-Love, hal ini akan semakin sulit diterapkan dengan adanya batasan dalam kebudayaan masing-masing suku, terutama suku jawa sebab dalam budaya jawa mengatakan “tidak” kepada orang lain merupakan hal yang tidak sopan, selain itu batasan yang sering menghalangi orang untuk mencintai diri sendiri adalah adanya kebiasaan untuk tidak mengungkapkan perasaan, orang tidak terbiasa mengungkapkan pikiran dan perasaannya, kita seolah tidak boleh sedih.

Pewarisan budaya jawa melalui enculturasi masih tetap berlangsung, sejumlah sifat orang jawa seperti nrimo dan pasrah, hal ini sangat mempengaruhi bagaimana orang jawa bisa mencintai dirinya sendiri, dibandingkan dengan masyarakat dari suku lain, masyarakat jawa lebih susah untuk bisa mencintai dirinya sendiri, karena ada batasan-batasan budaya di suku jawa, martabat atau harga diri bagi orang jawa selalu dikaitkan dengan sifar rasa kemanusiaan, yaitu sikap diri selalu mengutamakan perilaku manusiawi dalam memperlakukan orang lain, kamanungsan berkaitan dengan sikap diri dalam berhubungan dengan orang lain untuk menciptakan rukun, memposisikan diri terhadap orang lain menjadikan dirinya berharga di mata orang lain.

Dengan adanya batasan tersebut akan susah untuk mengajak orang jawa untuk lebih mencintai dirinya sendiri, sedangkan kita ketahui bahwa banyak sekali manfaat yang bisa kita dapatkan dengan mencintai diri sendiri salah satunya yaitu untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi terutama masalah psikologis.

 

Referensi:

Sefl-Love: Bukan soal Ego, tapi masalah penerimaan diri

https://www.idntimes.com/life/inspiration/kartika-dewi-1/self-love-penerimaan-diri-c1c2/1

Khoshaba, D. (2012). A seven-step prescription for self-love. Psychology Today Retrieved from

https://www.psychologytoday.com/us/blog/get-hardy/201203/seven-step-prescription-self-love

Felicia Maukar: (6. 2011) dalam Jangan lupa mencintai diri sendiri, ini pentingnya Self-Love untuk menyelesaikan masalah hidup.

https://beautynesia.id/47707/article/life/jangan-lupa-cintai-diri-sendiri-ini-pentingnya-self-love-untuk-selesai

 

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opini

Perempuan : Ruang Yang Sama

Published

on

Litansia Yonika (Volunteer Mitra Wacana)

Di dunia sekarang peran serta perempuan harusnya boleh dikata tidak lagi dipandang sebelah mata, karena jika ditilik dari sudut padang sejarah track record serta sepak terjang para perempuan  dari jaman dulu sampai sekarang sangat begitu luar biasa, serta tidak kurang dalam perjuanganya. Sepanjang sejarah peradapan dunia, tidaklah sedikit perempuan berpengaruh yang memberi inspirasi kepada dunia, bahkan tidak jarang ikut andil terlibat terhadap suatu perubahan besar dalam sejarah dunia melalui karya dan perjuangan masing-masing para perempuan dengan beragam cara yang unik, serta terlibat dan tersebar di berbagai isu perjuangan di masyarakat.  

Sejalan dengan bicara perjuangan perempuan, maka setiap tanggal, 8 Maret diperingati Hari Perempuan Internasional (International Womens Day). Bicara hari Perempuan Internasional ini, nafasnya erat sekali dengan momentum perjuangan kesetaraan hak, jauh sebelum ada peringatan inipun, kaum perempuan sudah bergelut agar hak dan keberadaan perempuan tidak dipadang sebelah mata. Momentum International Womens Days tahun 2023 ini mengusung tema Embrace equity” melalui tema tersebut para perempuan serta kita semua diajak untuk melihat serta diingatkan kembali bahwa di dunia saat ini, dalam hal memberi  ruang kesempatan yang sama tidak lagi cukup namun butuh action lebih dari sekedar itu artinya memberi setiap orang apa yang mereka butuhkan sesuai porsinya jauh lebih tepat. 

Harus kita sadari juga, bahwa masing-masing kita memulai dari tempat/titik yang berbeda dan beragam, begitupun juga dengan perempuan benar-benar beragam, seringkali membutuhkan lebih dari sekadar lapangan permainan yang setara.  Masing-masing kita tidak boleh menutup mata akan hal itu atau bahkan acuh, tidak melulu memberi semua orang hal yang persis sama itu tindakan tepat. Jika kita memberi setiap orang hal yang persis sama, mengharapkan hal itu akan membuat orang setara, ini bisa sangat tidak akurat karena setiap orang tidak sama. Menghargai,  dan merangkul kesetaraan adalah hal yang sangat dibutuhkan dimasa ini, maka perempuan lebih mungkin memiliki akses ke apa yang dibutuhkan untuk berhasil. Masing-masing tidak mungkin berdaya tanpa saling mengapresiasi dan menghormati.

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending