web analytics
Connect with us

Opinion

Steep steps for Indonesian migrant workers

Published

on

Poster anti trafficking

By Rindang Farihah, Director, Mitra Wacana WRC

Nobody suspected that behind the abundance of success stories circulating in the community about former Indonesian migrant workers (tenaga kerja Indonesia or TKI) when returning home, there is a diverse array of sad stories. Usually we see life working abroad as a success story. Especially seeing their large and spacious homes, other people think working as a migrant worker must have a positive impact on the economy. Each month they always send money (remittance) to families in the homeland.

Reporting from the Development Research and Information Center (PUSLITFO) of the National Body for the Placement and Protection of Indonesian Workers (BNP2TKI), there are more than 6.5 million Indonesian workers spread across 142 countries. According to the same source, up to the end of 2014, the number of people seeking work overseas is fluctuating. But in 2013-2014 there was a drop in the placement of Indonesian workers and decreased placement of migrant workers in informal sectors.

In 2013 as many as 512,168 people, including 285,297 (56%) formal workers and 226,871 (44%) informal workers. In 2014 as many as 429,872 people, 247,610 (58%) as formal workers and 182,262 (42%) as informal workers. In 2011 – 2014 the number of female migrant workers was higher than male migrant workers. There were 243,629 (57%) female and 186,243 (43%) male migrant workers.

The decrease was due to:
1. The moratorium policy on placement of informal migrant workers to the Middle East.
2. Application of the fingerprint system in training briefing undertaken by the government.
3. Reduced availability of unskilled workers.

As a developing country, Indonesia is the fourth largest remittance recipient in the world. This data is reported in the World Bank report entitled ‘Migration and Remittances Factbook 2016’. In 2015 the flow of money (remittances) sent by Indonesian workers is estimated to reach USD$10.5 billion, equivalent to IDR 146 trillion. Some of the money is channelled to households to meet their daily needs or to the original purpose of their departure. From the data gathered by Mitra Wacana WRC in interviews with 150 former migrant workers in six villages in three districts in Kulon Progo district, the biggest motivations are to cover the cost of education, to pay off debt, stress at home, unemployment and domestic violence.

But the success they took home hides heartbreaking stories. They must endure in order to prevail and survive overseas, and eventually be able to return safely and bring the money to make a living in their homeland.

Not all migrant workers are able to send money every month. Some lose their hard earned money due to errors in distributing the money. A significant amount of migrant workers send money using unauthorized services. Of course, this is so the money is not taxed or because they do not know a safe remittance channel. Ironically, the issue of remittances is just one of dozens of issues experienced by them as heroes of foreign exchange. It is very unfortunate after many years of being separated from their family they lose their hard-earned money.

Another problem that often happens to migrant workers is violence in the form of sexual exploitation. Cases of sexual violence mostly afflicts migrant workers who work in some Middle Eastern countries. Mitra Wacana WRC found two cases of sexual assault resulting in unwanted pregnancy. Cases of sexual violence and even cases resulting in death in the Middle East is the reason for the moratorium on workers to the Middle East, especially of domestic helpers (housemaids) in six countries in the Middle East (Kuwait, Jordan, Syria, Saudi Arabia, Qatar, and United Arab Emirates). A moratorium was imposed because these countries did not guarantee the protection of migrant workers. In addition to these issues, the moratorium was needed because there were many cases of physical violence, psychological abuse, sexual abuse (rape by employers / employer’s family, unwanted pregnancy), economic violence (salary not paid) and even some cases leading to the death penalty.

As a final note, according to the author, the departure of Indonesian workers abroad contributes to the development of related efforts to improve children’s education and making more feasible livelihoods, especially in their area of origin. It was appropriate for us to embed foreign exchange heroes for Indonesian migrant workers. But it remains to be a chore for the Indonesian government to increase safeguards and ensure their rights are protected. And our common task is ensuring the Draft Law on the Protection of Indonesian Overseas Workers (UU PPILN) fulfils its purpose.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opini

CANDU GAME DAN DRAMA KOREA (DRAKOR) SEBAGAI PELARIAN

Published

on

Nofi Tri Susanti S.Pd Aud

          Nofi Tri Susanti S.Pd Aud

Nofi Tri Susanti _ Tidak dipungkiri lagi bahwa saat ini banyak sekali penikmat game dan drakor baik dari kalangan remaja maupun orang tua, dari laki-laki maupun perempuan, mereka lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain game ataupun untuk menonton drakor, sehingga banyak waktu berkumpul dengan keluarga yang terbuang, dari beberapa sumber menyatakan bahwa mereka mendapatkan kepuasan tersendiri ketika bermain game atau pada saat menonton drakor, mereka merasa lupa dengan segala permasalahan yang sedang dihadapinya.

Bagaimanakah membaca gejala seseorang terutama anak mengalami kecanduan game?

Dilansir dari Kompas.com menurut Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa di RS Gading Pluit Kelapa Gading Utara yaitu dr. Dharmawan AP,SPKJ mengatakan kecanduan game online masuk ke dalam kategori behavior addiction, kalau kecanduan obat itu, obatnya yang dirangsang tapi kalau kecanduan game maka perilaku yang dirangsang terus menerus ke pusat brain reward system yang terdiri dari system limbic, neucleus accumbent serta VTA ( Ventral Tegmental Area ). Dijelaskan beberapa ciri kecanduan game antara lain anak akan bermain game lebih dari 30 jam dalam seminggu, durasi waktu ini hampir menyamai orang bekerja yang rata – rata menghabiskan waktu 40 jam dalam seminggu, disampaikan dalam detikinet kecanduan game masuk dalam International Statistical Classification Of Diseases and Related health Problem ( ICD-11 ), sebagai informasi ICD merupakan daftar penyakit, gejala, tanda dan penyebab yang dikeluarkan oleh organisasi yang berada di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ), sedangkan menurut Dr. John Jiao dalam cuitannya di twiter menyatakan bahwa kecanduan game disebut sebagai Video Game Addiction ( VGA ) disorder, VGA bukan terkait jumlah waktu yang dihabiskan untuk bermain, melainkan saat game lebih dipentingkan ketimbang kesehatan, kebersihan, hubungan finansial dan lainnya.

Selain kecanduan terhadap game, akhir – akhir ini juga marak kecanduan terhadap drakor atau drama korea, alur ceritanya yang menarik dan romantis, selain itu wajah menawan para pemainnya juga tentunya menjadi salah satu alasan mengapa drakor menjadi disukai banyak orang, penggemar drakor memilihi sederet nama artis drakor favorit yang akan selalu ditunggu informasi terkininya, menonton drakor dan selalu mengikuti perkembangannya tentunya akan menyita banyak waktu yang berharga, kecanduan umumnya terjadi tanpa disadari, dalan tahap kecanduan yang parah maka drakor ini bisa saja membuat produktifitas menurun dengan drastis yang pastinya akan memberikan dampak buruk pada manusia, berikut ini beberapa dampak buruk akibat kecanduan drakor :

  1. Kurang Tidur, kondisi ini tentunya menjadi hal yang biasa dilakukan oleh para pecandu drakor tidak hanya siang hari, waktu tengah malam hingga pagi juga selalu dihabiskan dengan menonton, tentunya hal ini akan membuat kurang tidur.
  2. Tidak Produktif, saat merasa lelah dan mengantuk akibatnya kebanyakan begadang untuk menonton drakor maka pikiran dan otak tidak bisa bekerja dengan maksimal dan sulit untuk konsentrasi.
  3. Melewatkan Moment Berharga dan Kebersamaan dengan Orang Terdekat, sibuk menonton drakor dan tenggelam di dalam ceritanya yang menarik, bisa saja menghabiskan waktu berjam – jam di dalam kamar, tidak keluar dan menemani orang – orang terdekat untuk menghabiskan waktu bersama mereka.

Masih banyak dampak buruk lainnya bagi para pencandu game dan drakor yang pastinya akan sangat berdampak dalam kehidupan sehari – hari baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain yang ada disekitarnya.

Sebagai pelarian mungkin anda akan sesaat lupa dengan permasalahan yang dialami, tapi dampak buruknya lebih besar akan merubah anda menjadi pribadi yang tidak baik, pada saat seperti ini anda perlu orang terdekat atau psikolog untuk merubah anda kembali menjadi pribadi yang baik dan produktif.

Beberapa solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kecanduan dan membuat anda menjadi kembali produktif :

      a.Pahami Dampaknya dan Bulatkan Tekad untuk berubah

Menyadari berbagai dampak buruk dari kecanduan adalah hal pertama yang akan membuat anda lebih mudah untuk mengatasi itu sendiri, luangkan waktu untuk berpikir dan melihat kembali apa saja yang telah dilakukan dan lewatkan selama ini, selanjutnya milikilah tekad yang besar untuk berubah.

     b. Hindari Berbagai Informasi Mengenai Game Terbaru dan Drakor Terbaru

Mulailah membatasi berbagai informasi sehingga anda bisa mengurangi dan menahan diri untuk selalu mengikuti perkembangan game dan drakor melalui internet.

     c. Alihkan Perhatian pada Aktifitas Lainnya yang Lebih Bermanfaat

Sibuk adalah salah satu cara yang paling ampuh untuk melupakan sesuatu, sibuklah untuk melakukan berbagai hal menarik dan lebih bermanfaat termasuk hobi atau aktifitas baru yang memberikan tantangan yang belum sempat dicoba.

    d. Hidupkan Kehidupan Sosial di Dunia Nyata

Keluar rumahlah untuk menikmati kehidupan sosial, bermain dengan teman – teman sebaya atau orangg – orang terdekat yang ada disekitar rumah atau di sekolahan, dengan permainan – permainan yang memerlukan aktifitas fisik.

Dengan mengetahui penyebab kecanduan dan mengetahui solusi terhindar dari kecanduan maka anda akan menjadi orang yang bisa berpikir produktif untuk mengambil jalan keluar untuk setiap permasalahan – permasalahan yang dihadapi, sehingga anda tidak perlu lagi mencari pelarian untuk lepas dari permasalahan kehidupan yang sifatnya hanya lupa untuk sesaat.

 Selalu ada kemudahan dibalik setiap masalah ( Q.S. Al – Insyirah: 6 )

Sumber:

https://www.cermati.com/artikel/kecanduan-drakor-bikin-gak-produktif-ini-solusinya

https://inet.detik.com/games-news/d-4566628/kecanduan-game-ditetapkan-sebagai-gangguan-mental

[red.robi]

 

 

 

 

 

 

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending