web analytics
Connect with us

Opini

Cerita Pengalaman Menjadi Ketua P3A PESISIR

Published

on

Pertemuan P3A PESISIR, Kulonprogo

Oleh Ngatinem (Ketua P3A Pesisir)

Pada akhir 2015, saya mendapatkan undangan pertemuan kelompok di Balai Desa Banaran, Galur, Kulon Progo, D.I Yogyakarta dengan peserta perempuan yang pernah bekerja di luar negeri atau luar daerah. Tujuan dari pertemuan bertukar pengalaman saat bekerja menjadi TKW; dimulai dari proses mencari kerja, saat bekerja, di penampungan dan proses kepulangan. Harapannya setelah pertemuan ada kesadaran melakukan pencegahan perdagangan manusia (trafficking) dan melakukan pertemuan rutin setiap bulan serta mendorong terbentuknya organisasi yang peduli terhadap pencegahan trafficking.

Pada Januari 2016, bersama Mitra Wacana sekitar 30 perempuan mengadakan pertemuan lanjutan untuk mendirikan organisasi perempuan yang menjadi wadah perjuangan. Para peserta sepakat mendirikan organisasi yang diberi nama Pusat Pembelajaran Perempuan dan Anak (P3A) Perempuan Sehat Sejahtera dan Beriman (PESISIR).

P3A PESISIR dibentuk oleh para perempuan di sekitar pantai Trisik. Dari hasil musyawarah tersebut saya mendapatkan tanggung jawab menjadi ketua organisasi. P3A PESISIR setiap bulan mengadakan pertemuan rutin untuk belajar bersama, diskusi tentang hak-hak perempuan dan anak. Selain itu saya juga mengikuti Omah Perempuan Sinau Desa (OPSD) dari tingkat dasar dan tingkat menengah.

Dalam OPSD dasar tahap kedua, saya menjadi fasilitator ditemani staff Mitra Wacana.  Selain itu juga pernah mengikuti acara di kantor Mitra Wacana untuk mengkaji kembali kurikulum OPSD. Saya juga pernah menjadi narasumber talkshow radio Sonora FM dengan tema Kampanye Pencegahan Trafficking bersama Ibu Woro Kandini dari Dinas Sosial Perlindungan Perempuan dan Anak Kulon Progo.

Selama menjadi ketua P3A, ada suka dan duka. Sukanya, menjadi mandiri dan tambah pengetahuan dari diskus tematik setiap bulan. Misalnya kesehatan reproduksi, parenting, gender, hak perempuan dalam pembangunan di desa serta pencegahan trafficking. Manfaat nyata yang saya peroleh adalah pada tahun 2018 terpilih menjadi anggota PPS, ini adalah berkah sekaligus tantangan. Dukanya, saya merasa belum berhasil mendorong perempuan bergabung menjadi anggota P3A. Menurut informasi, beberapa teman belum menyadari jika pertemuan P3A PESISIR bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, sehingga pada saat pertemuan jumlah peserta yang hadir sekitar setengah dari jumlah anggota.

Saya berharap semoga P3A selalu berkembang, mampu berperan aktif dalam pembangunan di desa terutama untuk memajukan kaum perempuan. Selain itu, keberadaan organisasi ini juga mampu menjadi tempat bertukar pikiran, berbagi informasi bagi warga khususnya kaum perempuan untuk mendiskusikan hak-haknya. Amin.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opini

Harmoni Kolaborasi Agama, Negara, dan Masyarakat dalam Mengatasi Krisis Lingkungan

Published

on

Sumber: freepik

Akbar Pelayati, Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam, Uin Alauddin Makassar, Juga merupakan Aktivis HMI MPO Cabang Makassar.

Krisis lingkungan bukan hanya sekadar bencana yang akan melanda bumi kita; ini adalah sebuah panggilan yang mendesak kita untuk bertindak. Di tengah gemerlapnya pergulatan isu-isu global seperti perubahan iklim dan penurunan biodiversitas, dunia kini membutuhkan respons holistik. Itulah mengapa kolaborasi antara agama, negara, dan masyarakat menjadi semakin penting untuk memecahkan masalah dalam menangani tantangan lingkungan.

Dari sudut pandang agama, kita melihat bagaimana nilai-nilai moral dan spiritual memberikan landasan kuat untuk menjaga alam. Konsep ecotheology, misalnya, menggabungkan prinsip-prinsip agama dengan wawasan lingkungan, menawarkan perspektif baru tentang hubungan antara manusia dan alam. Ajaran Islam menekankan penghormatan terhadap lingkungan sebagai bagian integral dari iman, menjadikannya sumber inspirasi bagi individu dan komunitas untuk bertindak bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Di sisi lain, peran negara tidak bisa diabaikan. Melalui kebijakan lingkungan yang ketat, negara dapat menciptakan kerangka kerja yang mendukung praktik bisnis berkelanjutan. Program seperti PROPER di Indonesia bukan hanya sekadar alat evaluasi, tetapi juga sebagai pendorong bagi industri untuk bergerak menuju praktik yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, negara juga memiliki peran dalam menggalang kerjasama internasional untuk menangani masalah lingkungan secara bersama-sama.

Namun, tanggung jawab tidak hanya terletak pada pundak agama dan negara. Setiap individu dalam masyarakat memiliki peran penting dalam menjaga lingkungan. Dari tindakan sederhana seperti pengelolaan sampah hingga dukungan terhadap inisiatif lingkungan, setiap langkah kecil memiliki dampak yang besar dalam menjaga keberlanjutan Bumi.

Kolaborasi yang erat antara agama, negara, dan masyarakat adalah kunci untuk mengatasi krisis lingkungan. Dengan bersatu, kita dapat menjaga harmoni antara manusia dan alam, menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk generasi mendatang. Tantangan ini bukan hanya panggilan untuk bertindak, tetapi juga kesempatan untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi Bumi kita dan semua makhluk yang menghuninya.

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending