Uncategorized @id
Ada persoalan Adminduk di Jalatunda Banjarnegara
Published
7 years agoon
By
Mitra WacanaPermasalahan Administrasi Kependudukan (Adminduk) adalah pemasalahan klasik yang sering dihadapi di berbagai daerah di indonesia. Tak terkecuali di Desa Jalatunda, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara. Di desa ini, yang merupakan salah satu desa tertinggal di Banjarnegara, permasalahan terkait pengurusan adminduk masih sering kita jumpai.
Permasalahan Adminduk di Desa Jalatunda yang sering menjadi sumber keluhan warga yaitu tentang susah dan lamanya proses pengurusan administrasi. Masih berbelit-belitnya proses dan alur pengurusan ditambah kurang mengertinya warga tentang syarat-syarat yang dibutuhkan saat proses pengurusan sering memaksa warga harus mondar mandir untuk menutupi berbagai kekurangan berkas yang di butuhkan. Jarak tempuh yang cukup jauh juga menjadi salah satu faktor yang memunculkan anggapan warga bahwa mengurus adminduk adalah sesuatu yang menguras waktu, tenaga dan biaya. Kurangnya kesadaran warga akan pentingnya mengurus berkas Adminduk semakin menebalkan rasa enggan warga untuk mengurus dan memiliki berkas Adminduk. Semua hal tersebut membuat banyaknya warga desa Jalatunda yang tidak mempunyai berkas administrasi kependudukan secara lengkap.
Untuk mengetahui jumlah warga yang tidak mempunyai berkas administrasi secara pasti di lingkungannya, Kelompok Usaha Bersama (KUB) Srikandi, salah satu kelompok usaha yang ada di dukuh Karangkobar desa Jalatunda pada tanggal 31 oktober-1 November 2017 membentuk panitia kecil yang tediri dari Ibu Sarti, Wartini, Kastini, Ramen dan Soliah. Panitia kecil ini menginisiasi dan mengadakan adanya sensus adminduk sekup dukuh karang kobar. Adapun tujuan dari sensus skala kecil ini adalah untuk melakukan pemetaan terhadap pemasalahan adminduk di dukuh karang kobar, Jalatunda. Tujuan lainnya yaitu untuk memperoleh data secara nyata terkait warga karang kobar yang tak memiliki dokumen administrasi kependudukan.
Dari sensus skala kecil yang di lakukan oleh KUB Srikandi diperoleh beberapa fakta yaitu: Dalam Permasalahan Kartu keluarga(KK) Sebanyak 7 orang warga karangkobar tidak terdaftar dalam KK, Sebanyak 6 orang warga tidak mempunyai Kartu keluarga dan sebanyak 3 orang mengalami kekeliruan administrasi. Dalam permasalahan KTP sebanyak 5 orang warga karang kobar mengalami KTP kadaluarsa, yaitu KTP yang sudah tidak berlaku(KTP lama) dan sebanyak 15 orang warga Karangkobar didapati tidak/belum mempunyai KTP. Dalam hal pemasalahan akte kelahiran di dapati bahwa sebanyak 163 warga Karang kobar tidak memiliki akte kelahiran. masalah ini kebanyakan di dapati dan dialami oleh mereka orang dewasa dan lanjut yang telah berkeluarga. Banyak diantara mereka yang beranggapan bahwa pengurusan akte kelahiran sudah tidak penting lagi sehingga mereka tak perlu lagi mengurus akte kelahiran.
Hasil temuan sensus skala kecil yang dilakukan oleh KUB Srikandi dipublikasikan lagi kepada seluruh warga karangkobar di sela-sela kesibukan warga bercocok tanam. karena sulitnya mengumpulkan warga, KUB Srikandi melakukan publikasi hasil temuannya di tengah sawah di sela istirahat warga saat bercocok tanam. ini menjadi terobosan yang efektif dan efisien karena KUB tidak perlu lagi membuat forum untuk mengumpulkan warga, KUB srikandi memanfaatkan moment gotong royong saat bercocok tanam sebagai forum untuk mempublikasikan hasil temuannya tanpa mengganggu aktivitas warga.
Sebagai tindak lanjut dari hasil temuannya dalam sensus adminduk, Panitia kecil bentukan KUB Srikandi juga melakukan pendampingan terhadap warga yang akan melakukan pengurusan administrasi kependudukan. Panitia ini memberikan edukasi informasi terkait syarat dan proses pembuatan adminstrasi kependudukan. ” Tujuane ya kepengin bantu masyarakat, wong Jalatunda akeh sing ora due KTP karo akte” Tutur bu Sarti(ketua KUB) saat ditanya apa tujuan dari adanya tim pendamping ini.Tim ini juga tak segan mendampingi secara langsung saat proses pengurusan administrasi kependudukan. (Feri Jalanews)
Opini
KONSTRUKSI MEDIA MASSA TERHADAP CITRA PEREMPUAN
Published
3 years agoon
18 October 2021By
Mitra WacanaDi era globalisasi, media massa menjadi salah satu hal yang penting dalam kehidupan masyarakat baik digunakan sebagai alat untuk komunikasi, mencari informasi, atau hiburan. Media massa terus mengalami perkembangan dari yang mulanya konvensional hingga sekarang menjadi modern . Berbicara mengenai media massa tentu ada hal yang menjadikan media massa memiliki nilai tarik tersendiri terlebih jika dihubungkan dengan keberadaan perempuan.
(Suharko, 1998) bahwa tubuh perempuan digunakan sebagai simbol untuk menciptakan citra produk tertentu atau paling tidak berfungsi sebagai latar dekoratif suatu produk. Media massa dan perempuan merupakan dua hal yang sulit dipisahkan. Terutama dalam bisnis media televisi. Banyaknya stasiun televisi yang berlomba-lomba dalam menyajikan sebuah program agar diminati oleh masyarakat membuat mereka mengemas program tersebut semenarik mungkin salah satunya dengan melibatkan perempuan. Perempuan menjadi kekuatan media untuk menarik perhatian masyarakat. Bagi media massa tubuh perempuan seolah aset terpenting yang harus dimiliki oleh media untuk memperindah suatu tayangan yang akan disajikan kepada masyarakat sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.
Media massa memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai wadah untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Informasi yang diberikan kepada masyarakat salah satunya dalam bentuk iklan sebuah produk atau layanan jasa . Iklan merupakan sebuah informasi yang diberikan kepada masyarakat mengenai hal yang berhubungan dengan suatu produk atau jasa yang dikemas dengan semenarik mungkin. Memiliki tujuan untuk menarik minat konsumen membuat salah satu pihak menjadi dirugikan . Pasalnya pemasang iklan dalam mengenalkan produknya kepada masyarakat sering kali memanfaatkan perempuan sebagai objek utama untuk memikat para konsumen. Memanfaatkan wajah dan bentuk tubuh sebagai cara untuk menarik perhatian masyarakat membuat citra perempuan yang dimuat pada iklan terus menjadi sumber perdebatan karena dinilai menjadikan tubuh perempuan sebagai nilai jual atas produk yang ditawarkan . Ironisnya hal ini terus menerus dilakukan.
Memanfaatkan fisik sebagai objek untuk diekploitasi sudah bukan menjadi rahasia umum lagi. Terlihat dari citra perempuan yang digambarkan oleh tayangan iklan ataupun acara program televisi. Kecantikan perempuan dijadikan sebagai penghias tampilan dari suatu program acara. Dipoles sedemikian rupa untuk mendapatkan tampilan yang cantik kemudian dikonsumsi oleh publik. Demi untuk mengedepankan kepentingan media bahkan hak hak perempuan yang seharusnya dimiliki mereka dikesampingkan oleh media .
Selain sebagai wadah informasi untuk masyarakat media massa juga berfungsi sebagai hiburan.. Tayangan televisi yang sampai saat ini menempati rating tertinggi yaitu dalam kategori sinetron. Gambaran dalam tayangan tersebut banyak yang melibatkan perempuan dengan menggambarkan posisi perempuan selalu dibawah laki-laki. Tidak terlalu memperhatikan pesan tersirat apa yang terkandung dalam tayangan tersebut, masyarakat terus-menerus mengkonsumsinya seolah tayangan tersebut tidak memiliki pesan yang bermasalah. Jika diperhatikan lebih lanjut banyak sekali peran perempuan yang digambarkan dari sisi lemahnya atau hanya melakukan pekerjaan domestik saja. Dengan begitu apa yang disajikan oleh media akan tertanam difikiran mereka sehingga menganggap pesan media massa sebagai realitas yang benar dan menjadi nilai yang kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kekuatan Media Massa Dalam Membentuk Citra Perempuan
Media massa memiliki kemampuan dalam membentuk citra . Bermula dari gambaran atas kenyataan yang ada dimasyarakat kemudian dikembangkan dengan menggunakan bahasa yang mengandung makna baru namun masih memiliki acuan terhadap fakta yang ada kemudian disajikan kepada masyarakat secara terus menerus. Dengan begitu citra yang dibentuk oleh media massa akan mempengaruhi realitas kehidupan dimasyarakat. Mengingat minat masyarakat terhadap objektifikasi perempuan cukup tinggi, media massa berlomba-lomba membentuk citra perempuan yang sempurna untuk mencapai target pasar dengan menggiring opini publik dalam menetapkan standar ‘cantik’ menurut media. Perempuan kerap kali dijadikan alat oleh media massa sebagai ladang untuk mendapatkan keuntungan dengan menampilkan kemolekan dan kecantikan fisiknya. Konstruksi sosial pada citra perempuan yang terjadi pada media massa bukan lagi hal baru dan tabu, fenomena ini terus berulang seolah menjadi kebenaran dalam mengkotakkan citra perempuan.
Selain itu pembenaran yang terus dilanggengkan oleh media massa terkait citra perempuan menjadikan sudut pandang masyarakat berkiblat pada standar yang digaungkan media massa tersebut sehingga menjadi salah satu agen budaya yang berpengaruh terhadap realita di kehidupan masyarakat. Penggambaran terhadap perempuan oleh media massa semakin memperjelas bahwa posisi perempuan diranah publik masih lemah.