Harianjogja.com, KULONPROGO–Kulonprogo dinilai memiliki embrio munculnya radikalisme, ekstremisme dan terorisme lantaran angka kemiskinan yang cukup tinggi di DIY. Kalangan perempuan juga berpotensi terjerumus dalam paham radikalisme, ektremisme dan terorisme tersebut.
Kesimpulan itu disampaikan dalam seminar yang melibatkan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme di Kulonprogo, Selasa (23/1/2018). Salah satu narasumber Direktur Mitra Wacana, Rindang Farihah mengungkapkan perempuan yang dulunya hanya sebatas pengikut dalam urusan terorisme saat ini telah berubah. Dulunya perempuan, istri atau anak perempuan hanya mengikuti pria, ayah atau suami yang menjadi terorisme.
Namun kali ini, perempuan telah mempunyai peranan penting dalam tumbuh kembang gerakan radikal. Perempuan yang dinilai masyarakat lemah dan lembut malah digunakan sebagai penyamaran di tengah masyarakat untuk digunakan sebagai penggalang dana, perekrut, hingga pembuat bom sendiri.
“Perempuan saat ini juga digunakan sebagai aktor kunci, mungkin awalnya memang mereka pengikut, lama lama bisa menjadi perekrut atau pengalang dana,” jelasnya
Namun begitu, Rindang mengingatkan, tidak semua perempuan yang berada di sekitar teroris berperilaku demikian. Pasalnya ada pula pria teroris yang tetap merahasiakan misi utamanya dari istri, anak, atau saudaranya terkait perilaku teror.
“Semua bisa terjadi, tetapi, perempuan juga bisa menjadi agen penangkal jika mampu mengawasi dan bertindak kepada anak, suami, dan orang tuanya. Karena perempuan ialah agen potensial untuk merawat dan dekat dengan seluruh anggota keluarga,” katanya.
sumber: http://www.harianjogja.com/baca/2018/01/23/begini-peran-perempuan-dalam-aksi-radikalisme-dan-terorisme-zaman-now-887609