web analytics
Connect with us

Uncategorized @id

LSM Yogya Upayakan Perlindungan Pengiriman TKI ke Luar Negeri

Published

on

Launching buku saku aman merantau ke luar negeri ft mitra wacana

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Mitra Wacana mencatat setidaknya ada 49 kasus perdagangan perempuan pada 2013-2014 hanya dari Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta saja.

Bekerja di luar negeri masih menjadi pilihan bagi sebagian perempuan Indonesia untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Untuk mengurangi kasus perdagangan perempuan atau trafficking, sebuah LSM di Yogyakarta menerbitkan buku saku bagi mereka.

Tidak pernah terbayangkan oleh Anisa Ummayatun sebelumnya, bahwa dia harus hidup satu rumah dengan seorang pengedar narkoba. Tetapi, keputusannya untuk bekerja sebagai pekerja rumah tangga di Singapura, beberapa tahun lalu, memberinya pengalaman semacam itu.

Begitu sang majikan ditangkap, Anisa memutuskan untuk pulang dan tidak kembali merantau ke negara orang. Dia mengaku sudah cukup bersyukur, tidak dipaksa menjadi kurir narkoba seperti Mary Jane, PRT asal Philipina yang dipidana mati dan akan dieksekusi sebentar lagi.

“Majikan saya itu seorang drug addict sama pengedar, dia kan ketangkep. Nah serumah dengan orang yang drug addict itu ya seperti itulah, kalau dia lagi sakaw kayak gitu. Itu pengalaman yang paling buruk dalam hidup saya,” kata Anisa Ummayatun.

Pengalaman yang kurang lebih sama dialami oleh Jumiyati. Tiga kali berpindah kerja, dia mengaku selalu bertemu dengan majikan yang membuatnya tidak kerasan. Setelah dua tahun, dia kemudian pulang ke Kulonprogo, Yogyakarta. Namun, karena tidak memperoleh pekerjaan di rumah, dia akhirnya berangkat ke Singapura lagi.

“Karena masalah ekonomi. Waktu itu kan memang susah untuk mencari pekerjaan. Terus, melihat tetangga kiri kanan yang pergi kesana itu pengalamannya bagus, pulangnya sukses, kita juga pengen seperti itu. Soalnya kalau di kampung kan mau cari pekerjaan itu susah, terus hasilnya juga nggak seberapa. Nggak bisa ngumpul,” kata Jumiyati.

Jumiyati menambahkan, hanya setahun dia di Singapura untuk periode kedua, dan kemudian memutuskan pulang. Dia bahkan kini bertekad tidak kembali bekerja sebagai PRT, dan memilih berusaha kecil-kecilan di rumah.

Partini, PRT asal Kulonprogo memiliki pengalaman yang tidak jauh berbeda di Malaysia. Bekerja di negeri orang, tidak selamanya menjadi cerita indah seperti yang dikisahkan sejumlah PRT sukses. Banyak resiko, bahkan sejak keberangkatan dan masa penampungan yang harus ditanggung, apalagi jika bertemu oknum-oknum tidak bertanggung jawab.

“Biasanya kalau terjadi penipuan itu kan di pihak penampungannya atau di pihak kantor agennya. Pokoknya harus melalui jalur resmi, karena jalur resmi itupun harus tetap dicek karena kadang masih ada oknum di pusat-pusat penyaluran itu,” kata Partini.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Mitra Wacana mencatat setidaknya ada 49 kasus perdagangan perempuan pada 2013-2014 hanya dari Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta saja. Mereka yang menjadi korban biasanya adalah perempun miskin, berpendidikan rendah, korban kekerasan dalam rumah tangga atau terbelit hutang.

Diana Kamilah, koordinator program terkait perdagangan perempuan di Mitra Wacana mengatakan kepada VOA, lembaganya kini aktif dalam upaya pemberantasan perdagangan perempuan. Antara lain dengan menerbitkan buku saku “Aman Merantau ke Luar Negeri”, dan aktif melakukan sosialisasi terkait hal ini, untuk mengurangi jumlah perdagangan perempuan.

“Kita tidak bisa mencegah orang untuk berangkat keluar negeri, karena itu juga hak asasi untuk mencari nafkah. Kita hanya bisa memberi peringatan orang kalau mau keluar negeri harus dengan cara yang aman. Target pembaca buku saku ini adalah perempuan muda, putus sekolah, perempuan kepala keluarga, kemudian korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), ya secara umum kaum perempuan,” kata Diana Kamilah.

Satu hal yang penting, tambah Diana, perempuan yang memutuskan bekerja ke luar negeri, harus dilatih agar mampu berhadapan dengan perusahaan penyalur. Dalam banyak kasus, ditemukan fakta bahwa justru dari perusahaan penyalur inilah, pelanggaran terhadap aturan dimulai, biasanya dengan pemalsuan identitas yang kemudian menjadikan perempuan bekerja secara ilegal di negeri orang.

Sumber: http://www.voaindonesia.com/content/lsm-yogya-upayakan-perlindungan-pengiriman-tki-ke-luar-negeri/2672819.html

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opini

KONSTRUKSI MEDIA MASSA TERHADAP CITRA PEREMPUAN

Published

on

Sumber: Freepik
TANTANGAN GERAKAN PEREMPUAN DI ERA DIGITAL

Lilyk Aprilia Volunteer Mitra Wacana

Di era globalisasi, media massa menjadi salah satu hal yang penting dalam kehidupan masyarakat baik digunakan sebagai alat untuk komunikasi, mencari informasi, atau hiburan. Media massa terus mengalami perkembangan dari yang mulanya konvensional hingga sekarang menjadi modern . Berbicara mengenai media massa tentu ada hal yang menjadikan media massa memiliki nilai tarik tersendiri terlebih jika dihubungkan dengan keberadaan perempuan.

      (Suharko, 1998)  bahwa tubuh perempuan digunakan sebagai simbol untuk menciptakan citra produk tertentu atau paling tidak berfungsi sebagai latar dekoratif suatu produk.  Media massa dan perempuan merupakan dua hal yang sulit dipisahkan. Terutama dalam bisnis media televisi. Banyaknya stasiun televisi yang berlomba-lomba dalam menyajikan sebuah program agar diminati oleh masyarakat membuat mereka mengemas program tersebut semenarik mungkin salah satunya dengan melibatkan perempuan. Perempuan menjadi kekuatan  media untuk menarik perhatian masyarakat. Bagi media massa tubuh perempuan seolah aset terpenting yang harus dimiliki oleh media untuk memperindah suatu tayangan yang akan disajikan kepada masyarakat sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.

     Media massa memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai wadah untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Informasi yang diberikan kepada masyarakat salah satunya dalam bentuk iklan sebuah produk atau layanan jasa . Iklan merupakan sebuah informasi yang diberikan kepada masyarakat mengenai hal yang berhubungan dengan suatu produk atau jasa yang dikemas dengan semenarik mungkin.  Memiliki tujuan untuk menarik minat konsumen membuat salah satu pihak menjadi dirugikan . Pasalnya pemasang iklan dalam mengenalkan produknya kepada masyarakat sering kali memanfaatkan perempuan sebagai objek  utama untuk memikat para konsumen. Memanfaatkan wajah dan bentuk tubuh sebagai cara untuk menarik perhatian masyarakat membuat citra perempuan yang dimuat pada iklan terus menjadi sumber perdebatan karena dinilai menjadikan tubuh perempuan sebagai nilai jual atas produk yang ditawarkan . Ironisnya hal ini terus menerus dilakukan. 

         Memanfaatkan fisik sebagai objek untuk diekploitasi sudah bukan menjadi rahasia umum lagi. Terlihat dari citra perempuan yang digambarkan oleh tayangan iklan ataupun acara program televisi. Kecantikan perempuan dijadikan sebagai penghias tampilan dari suatu program acara. Dipoles sedemikian rupa untuk mendapatkan tampilan yang cantik kemudian dikonsumsi oleh publik. Demi untuk mengedepankan kepentingan media bahkan hak hak perempuan yang seharusnya dimiliki mereka dikesampingkan oleh media .  

     Selain sebagai wadah informasi untuk masyarakat media massa juga berfungsi sebagai hiburan.. Tayangan televisi yang sampai saat ini menempati rating tertinggi yaitu dalam kategori sinetron. Gambaran dalam tayangan tersebut banyak yang melibatkan perempuan dengan menggambarkan posisi perempuan selalu dibawah laki-laki. Tidak terlalu memperhatikan  pesan tersirat apa yang terkandung dalam tayangan tersebut, masyarakat terus-menerus mengkonsumsinya seolah tayangan tersebut tidak memiliki pesan yang bermasalah. Jika diperhatikan lebih lanjut banyak sekali peran perempuan yang digambarkan dari sisi lemahnya atau hanya melakukan pekerjaan domestik saja. Dengan begitu apa yang disajikan oleh media akan tertanam difikiran mereka sehingga menganggap pesan media massa sebagai realitas yang benar dan menjadi nilai yang kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

 

 Kekuatan Media Massa Dalam Membentuk Citra Perempuan

      Media massa memiliki kemampuan dalam membentuk citra . Bermula dari gambaran atas kenyataan yang ada dimasyarakat kemudian dikembangkan dengan menggunakan bahasa yang mengandung makna baru  namun masih memiliki acuan terhadap fakta yang ada kemudian disajikan kepada masyarakat secara terus menerus.  Dengan begitu citra yang dibentuk oleh media massa akan mempengaruhi realitas kehidupan dimasyarakat. Mengingat minat masyarakat terhadap objektifikasi perempuan cukup tinggi, media massa berlomba-lomba membentuk citra perempuan yang sempurna untuk mencapai target pasar dengan menggiring opini publik dalam menetapkan standar ‘cantik’ menurut media. Perempuan kerap kali dijadikan alat oleh media massa sebagai ladang untuk mendapatkan keuntungan dengan menampilkan kemolekan dan kecantikan fisiknya. Konstruksi sosial pada citra perempuan yang terjadi pada media massa bukan lagi hal baru dan tabu, fenomena ini terus berulang seolah menjadi kebenaran dalam mengkotakkan citra perempuan. 

     Selain itu pembenaran yang terus dilanggengkan oleh media massa terkait citra perempuan menjadikan sudut pandang masyarakat berkiblat pada standar yang digaungkan media massa tersebut sehingga menjadi salah satu agen budaya yang berpengaruh terhadap realita di kehidupan masyarakat.  Penggambaran terhadap perempuan oleh media massa semakin memperjelas bahwa posisi perempuan diranah publik masih lemah.

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending