web analytics
Connect with us

Kulonprogo

Forum perempuan hargorejo diskusikan peta kesadaran.

Published

on

Forum perempuan hargarejo diskusikan peta kesadaran.

Kesadaran selalu menjadi fokus penting dalam meningkatkan kualitas hidup. dengan tujuan refleksi dan juga memahami tentang tingkat kesadaran dimana kita berada, forum perempuan hargarejo berdiskusi buku power vs force yang ditulis DR David R Hawkins, Senin 16/3/2024.

Di Fasilitasi oleh Mansur dari mitra wacana para peserta diajak memahami faktor tersembunyi yang menjadi pendorong sebuah perilaku. Hal ini menjadi bahan diskusi bahwa suatu tindakan tidak hanya didorong oleh motif, tetapi juga merupakan kesadaran dibalik motif orang berperilaku.

Selama kurang lebih 2 jam pembelajaran, peserta diajak untuk mengenal tingkat kesadaran melalui peta kesadaran Hawkins. Materi cukup berhubungan karena melekat dengan kehidupan sehari-hari.
” Saya Ndak tahu ya, pembahasan ini seperti sedang terjadi dalam hidup saya, saya suka menulis, ingin menulis yang happy tapi yang muncul malah banyak soal sedih, yang melo2… Mungkin saya masih duduk di tingkat kesadaran yang force” ungkap kemiyati salah seorang peserta diskusi.

Diskusi yang bertempat di gedung lantai 2 perpustakaan hargarejo ini berlangsung dinamis, karena peserta aktif bertanya dan mengonfirmasi. Diakhir sesi peserta merasa mendapat pemahaman baru dengan memahami tingkat kesadaran kita memiliki kompas atas perilaku dan juga lebih berempati terhadap kondisi yang dirasakan orang lain.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita

Kunjungan Volunteer Mitra Wacana ke Desa Hargorejo

Published

on

Oleh India Lewis & Charli Kay

Volunteer Mitra Wacana

Pada Rabu, 5/6/2024, kami, volunteer Mitra Wacana India dan Charli dari Australia, berkunjung ke desa Hargoreja untuk melaksanakan presentasi relasi gender. Kunjungannya merupakan kesempatan khusus untuk membagi pengetahuan lintas-budaya, hingga ada banyak pembelajaran yang terjadi bagi kedua sisi.

Presentasinya mencakup tiga aspek relasi gender, yaitu peran gender di sekolah, peran gender dalam pacaran, dan peran perempuan dalam tenaga kerja. Sebagai pemandu diskusi, kami membahas keadaan isu ini di Australia, sambil bertanya kepada ibu-ibu di sana tentang pengalaman mereka. Kami mencari beberapa kemiripan dan perbedaan antara kedua budaya kita. Ternyata ada cukup banyak kemiripan terkait dengan sekolah. Kami membahas stereotip seperti perempuan yang lebih suka pelajaran humaniora, dan laki-laki yang lebih suka sains dan matematika.

Ibu-ibu dari Hargorejo setuju bahwa ini merupakan masalah di Indonesia yang mencegah perempuan dari bekerja dalam bidang sains dan matematika. Namun, ada cukup banyak perbedaan antara Australia dan Indonesia dalam dunia pacaran dan pernikahan. Rata-rata, perempuan Australia menikah pada usia 27, dan laki-laki pada usia 33. Usia rata-rata ini lebih rendah di Indonesia; 21 untuk perempuan dan 25 untuk laki-laki. Akhirnya, kami membahas beberapa alasan untuk kekurangan jumlah Perempuan yang masuk ke tenaga kerja di kedua negara kita. Salah satunya adalah ketidaktersediaan alat kontrasepsi, dan ibu-ibunya penasaran bertanya tentang metode kontrasepsi di Australia.

Kunjungannya diakhiri dengan percakapan yang lebih kasual, dan tentu saja foto bersama. Untuk saling berbagi budaya masing-masing merupakan aktivitas yang sangat penting dan bermanfaat. Dari sesi ini, kami mendapat perspektif baru terhadap budaya kami berdasarkan pertanyaan yang diajukan oleh ibu-ibu Indonesia. Semoga, ibu-ibunya juga bermanfaat dari perspektif kami, dan bisa belajar tentang budaya Australia dan budayanya sendiri.

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending