Opini
INDONESIA MENUJU GENERASI EMAS 2045
Published
8 months agoon
By
Mitra WacanaOleh Erlinda Nuraini
Indonesia akan memasuki masa keemasannya pada tahun 2045 yang akan datang, ketika usianya sudah 100 tahun merdeka. Untuk memasuki masa emas ini, seluruh elemen bangsa, termasuk generasi muda, harus bekerja sama mempersiapkan Indonesia untuk kekuatan dan kemajuan di masa depan.
“Mari kita siapkan generasi muda menyongsong Indonesia Emas 2045. Kita jaga negara ini, kesatuannya, keutuhannya dan tetap negara ini harus menjadi negara yang demokratis. Itu tugas-tugas mahasiswa, tugas generasi muda. Sebab, kalian semua nanti yang akan jadi pewarisnya, kami hanya pengantarnya,” tutur Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin saat menerima audiensi Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) di Kediaman Resmi Wapres, Jalan Diponegoro Nomor 2, Jakarta, Rabu (28/12/2022).
Dengan berkembangnya Generasi Emas Indonesia pada tahun 2045, maka penting untuk mengembangkan pendidikan dalam jangka panjang, yaitu mengembangkan masyarakat Indonesia yang berintegritas, berkualitas, maju, mandiri, dan kekinian serta meningkatkan harkat dan martabat bangsa.
Keberhasilan pembangunan pendidikan akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian tujuan pembangunan nasional secara keseluruhan. Dalam konteks ini, pembangunan pendidikan mencakup berbagai elemen, termasuk aspek sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
Nilai-nilai dan impian Indonesia pada tahun 2045 meliputi kedaulatan, kemajuan, keadilan, dan kesejahteraan. Oleh karena itu, hal tersebut harus ditopang oleh empat pilar: pengembangan sumber daya manusia dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembangunan ekonomi berkelanjutan, pemerataan pembangunan, serta ketahanan dan tata kelola nasional.
Dalam hal pembangunan berkelanjutan, Indonesia telah menyetujui dokumen Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yang berfokus pada tujuan global untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kesepakatan ini telah dilaksanakan melalui Peraturan Presiden (PP) Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yang mencakup penetapan tujuan pendidikan global, seperti menjamin pendidikan berkualitas yang inklusif dan berkeadilan serta meningkatkan kesempatan pembelajaran sepanjang hayat bagi semua.
Namun, menerima pendidikan yang baik memberikan landasan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dan mendorong pembangunan jangka panjang dan berkelanjutan. Kemajuan besar telah dicapai dalam meningkatkan akses terhadap pendidikan di semua tingkatan dan meningkatkan tingkat kehadiran di sekolah, khususnya di kalangan perempuan dan anak perempuan.
Keterampilan literasi dasar telah meningkat secara signifikan, namun inisiatif yang lebih berani diperlukan untuk mencapai kemajuan lebih lanjut menuju tujuan pendidikan universal. Misalnya, meskipun dunia telah mencapai kesetaraan gender dalam pendidikan dasar, hanya sedikit negara yang berhasil mencapai tujuan tersebut di semua tingkatan.
Salah satu tantangan terhadap pertumbuhan pendidikan global adalah kurangnya sinkronisasi grand design atau cetak biru perencanaan jangka panjang pembangunan pendidikan yang strategis dan visioner dalam merespons peristiwa global. Akibatnya, pembangunan pendidikan nasional kurang mempunyai sikap dan pedoman yang lebih visioner, malah bersifat pragmatis dan berorientasi jangka pendek.
Arti penting dari peta jalan ini adalah kualitas pendidikan nasional diharapkan memiliki visi jangka panjang dan mampu bersaing dengan negara lain yang lebih maju. Peta Jalan Generasi Emas 2045 merupakan dokumen perencanaan yang memuat rencana strategis tahapan pencapaian pendidikan bermutu antara tahun 2016 hingga 2045, sesuai dengan tujuan pembangunan nasional.
Ledakan angka kelahiran yang diperkirakan akan meledak pada tahun ini dan 2021 akibat situasi pandemi merupakan hal yang perlu mendapat perhatian khusus. Bayi yang lahir pada tahun tersebut akan menjadi penduduk usia produktif pada tahun 2045 yang akan datang. Pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu 70% penduduk Indonesia berada pada usia produktif (15-64 tahun), sedangkan 30% sisanya merupakan penduduk tidak produktif. (di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun) pada periode tahun 2020-2045.
Menyongsong Generasi Emas 2045, bonus demografi harus disikapi dengan baik. Pembangunan manusia di Indonesia harus didukung oleh strategi pengelolaan kependudukan yang efektif yang berupaya mencapai keseimbangan antara pertambahan dan distribusi penduduk. Selain mengatur pertambahan penduduk, pemerataan penduduk juga perlu dilakukan agar tidak terkonsentrasi pada wilayah pembangunan ekonomi tertentu. Tingkat urbanisasi perlu diturunkan. Kebijakan kependudukan harus dilakukan sesuai dengan rencana pertumbuhan ekonomi yang adil dan desentralisasi.
You may like
Opini
Pengalaman Magang di Mitra Wacana Yogyakarta
Published
1 month agoon
9 December 2024By
Mitra WacanaSaya adalah mahasiswa Universitas Widya Mataram Yogyakarta yang sedang menempuh semester akhir. Kewajiban magang membuat saya harus mencari tempat untuk menghabiskan setidaknya dua bulan berkegiatan di luar kampus. Saya mahasiswa jurusan Sosiologi, saya berminat pada pekerjaan sosial dan isu gender, khususnya perempuan. Maka ketika saya menemukan akun Mitra Wacana pada platform Instagram, saya segera mengonfirmasi tentang kesempatan magang di sana. Akhirnya, saya mendapat kesempatan magang di Mitra Wacana dari tanggal 1 Oktober – 30 November 2024 bersama dua teman saya.
Kesan di hari pertama tiba di kantor Mitra Wacana adalah bingung dan tentu saja, canggung. Tetapi seperti kebanyakan LSM yang saya ketahui, suasana kantornya sangat homey. Kami memilih untuk bergabung ke divisi pendidikan dan pengorganisasian, yang setelah itu saya tahu, dikoordinatori oleh Mas Mansur. Kebingungan berlanjut sampai hari-hari berikutnya, sebab kami harus menentukan sendiri program kerja yang akan kami laksanakan. Dengan kesadaran untuk berkembang dan mencari pengalaman, kami mengajukan tiga proker untuk kegiatan kami selama dua bulan; building capacity, diskusi tematik, dan mini riset.
Kami mulai berkegiatan pada minggu kedua bulan Oktober. Suasana antara staf dan mahasiswa magang mulai mencair. Saya dan kawan-kawan mulai bisa beradaptasi serta berdiskusi tentang latar belakang dan cerita masing-masing—tak lupa juga melontarkan banyak pertanyaan tanpa henti. Magang di Mitra Wacana sangat fleksibel. Jumlah agenda kami turun lapangan selama magang hanya satu kali, yaitu ke Kulon Progo untuk edukasi pencegahan KDRT. Hal ini dikarenakan pada bulan Oktober kemarin Mitra Wacana baru saja menyelesaikan program tahunan dan sedang dalam masa evaluasi. Maka kami berkegiatan sekenanya sambil berusaha mencari apapun yang bisa dijadikan pengalaman.
Banyak ilmu yang saya dapatkan lewat proker yang kami susun. Di diskusi tematik, saya belajar mengorganisir suatu acara, yang pada saat itu bertemakan perempuan marginal, sehingga saya juga mendapat pandangan terkini mengenai isu gender dan marginalisasi perempuan. Pada kegiatan building capacity, saya mengetahui manajemen kerja NGO dan tetek-bengeknya.
Terakhir, yang menjadi pengalaman paling ‘nano-nano’ adalah pembuatan—pertama kalinya—sebuah mini riset. Pengerjaannya menuntut pikiran dan tenaga tetapi hasilnya begitu memuaskan. Kami berhasil merangkum pengetahuan serta pengalaman staf dalam riset yang berjudul “Perspektif Staf Mitra Wacana Terhadap Marginalisasi Perempuan di Desa Dampingan P3A”. Berbagai hasil dan hal-hal menyenangkan di Mitra Wacana tidak luput dari peran seluruh staf yang menciptakan lingkungan suportif dan sikap keterbukaan kepada mahasiswa magang. Magang di Mitra Wacana mendorong saya untuk berpikir lebih praktikal dan mengambil aksi mengenai isu gender yang selama ini hanya saya pahami dalam kepala.
Sekian, yang dapat saya tuliskan mengenai pengalaman ketika menjadi mahasiswa magang di Mitra Wacana. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk pembaca. Terima kasih.