web analytics
Connect with us

Opini

International Women’s Day 2024: Menginspirasi Inklusi

Published

on

International Women’s Day (Hari Perempuan Internasional) diperingati setiap tahun pada 8 Maret. Perayaan ini tidak hanya menjadi momen untuk menghargai prestasi perempuan dalam berbagai bidang, tetapi juga sebagai panggung bagi suara mereka yang memperjuangkan kesetaraan gender dan inklusi. Tema untuk International Women’s Day 2024 adalah “Inspire Inclusion” (Menginspirasi Inklusi), yang menyoroti pentingnya mendorong keberagaman dan keterwakilan yang adil di seluruh lapisan masyarakat.

Dalam dunia yang terus berubah, penting untuk merayakan keberagaman dan inklusi. Melalui perayaan International Women’s Day, kita diperkenalkan kepada berbagai narasi perempuan yang berbeda, termasuk perempuan dengan latar belakang budaya, agama, dan identitas gender yang beragam. Dengan memperkuat inklusi, kita memastikan bahwa setiap suara didengar dan setiap individu diberikan kesempatan yang sama untuk berkembang.

Salah satu cara untuk menginspirasi inklusi adalah dengan memberdayakan perempuan di berbagai sektor kehidupan. Dalam dunia kerja, memastikan bahwa perempuan memiliki akses yang sama dengan pria terhadap peluang karir dan pendidikan merupakan langkah penting menuju inklusi yang lebih besar. Program pengembangan keterampilan, mentoring, dan dukungan untuk keseimbangan kerja-hidup dapat membantu meratakan lapangan bermain bagi perempuan di tempat kerja.

Selain itu, inklusi juga berarti mendukung perempuan dalam dunia kewirausahaan. Memberikan akses ke modal, pelatihan, dan jaringan yang diperlukan akan membantu perempuan untuk memulai dan mengembangkan bisnis mereka. Dengan demikian, kita tidak hanya memberdayakan individu, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Di luar ranah ekonomi, inklusi juga berarti memperjuangkan kesetaraan akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan, dan keadilan. Terlalu sering, perempuan dari komunitas yang terpinggirkan menghadapi hambatan yang lebih besar dalam mengakses layanan ini. Dengan mengidentifikasi dan mengatasi ketimpangan ini, kita dapat memastikan bahwa setiap perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk meraih potensinya sepenuhnya.

Penting juga untuk mengakui peran penting perempuan dalam mendorong perubahan positif dalam masyarakat. Dari advokasi untuk hak-hak perempuan hingga memimpin gerakan sosial dan politik, perempuan telah menjadi agen perubahan yang kuat dalam sejarah. Melalui memperingati International Women’s Day dengan tema “Inspire Inclusion,” kita menghargai kontribusi mereka dan mendorong generasi mendatang untuk melanjutkan perjuangan untuk kesetaraan dan inklusi.

Seiring perayaan International Women’s Day 2024, mari kita bersatu dalam semangat inklusi dan keberagaman. Dengan mendorong kesetaraan gender, mendukung perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, dan merayakan keberhasilan mereka, kita dapat menciptakan dunia yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan untuk semua. Ayo bergandengan tangan untuk menginspirasi inklusi dan membangun masa depan yang lebih baik bagi semua. Selamat Hari Perempuan Internasional! (rl)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opini

Dasar-Dasar Ilmu Hukum (2) : Urgensi, Pengertian dan Kaidah Hukum

Published

on

Adam Tri Saputra
Kader Pusat Kajian Konstitusi Fakultas Hukum Universitas Haluoleo Kendari.

Dewasa ini, diera kompleksitas kehidupan umat manusia, keberadaan hukum ditengah-tengah masyarakat tentu sangat dibutuhkan. Selain sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan, kebahagiaan, dan kepastian hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, hukum juga bisa menjadi instrumen dalam mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera _(tool of social engineering)_ dalam berbagai aspek, termasuk dalam aspek sosial, ekonomi, dan politik.

 

Secara filosofis historis, keberadaan hukum ditengah-tengah masyarakat memang tidak dapat berdiri sendiri. Artinya, hukum memiliki relasi yang erat dengan kehidupan masyarakat itu sendiri. Berkaitan dengan ini, kita mengenal adagium yang berbunyi Ubi Societas Ibi Ius (dimana ada masyarakat disitu ada hukum). Dalam kenyataannya, hukum senantiasa mengikuti perkembangan pola perilaku yang ada dalam masyarakat, begitupun sebaliknya. Menurut Drs. Sudarsono, S.H., Keterhubungan antara hukum dan masyarakat bertalian erat dengan adanya beberapa kebutuhan dasar manusia yang harus dilindungi oleh hukum. Diantaranya adalah kebutuhan fisiologis (makan-minum), kebutuhan keamanan, kerja sama, kehormatan diri, dan kebutuhan eksistensial. (Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, 1991 : hal. 46).

 

Lebih lanjut, Sudikno Mertokusumo dalam bukunya berjudul Mengenal Hukum Suatu Pengantar mengetengahkan bahwa sejatinya manusia adalah makhluk yang sepanjang hidupnya dibarengi oleh berbagai macam kepentingan. Dan konsekuensi logis sebagai penyandang kepentingan, manusia menginginkan agar kepentingan-kepentingannya terlindungi dari bahaya yang mengancamnya. Oleh karena itu dibutuhkan adanya hukum atau pedoman hidup yang bisa mengatur secara proporsional kehidupan masyarakat, hal ini dilakukan untuk menghindari adanya tingkah laku seorang manusia yang secara potensial maupun aktual merugikan manusia lain. (Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum : Suatu Pengantar, 2010 : 6).

 

Berdasarkan urgensi yang telah diuraikan diatas, kita bisa menarik suatu konklusi dengan mengartikan hukum sebagai sekumpulan pedoman hidup yang mengatur tata tertib suatu masyarakat secara seimbang dengan tujuan melindungi kepentingan masyarakat yang ada. Berkaitan dengan hal ini, Sudikno menjelaskan bahwa hukum adalah keseluruhan kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan suatu sanksi bagi yang melanggarnya. Lebih lanjut, hukum menurut Jeffrey Brand adalah aturan yang disepakati secara bersama untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya. (Jeffrey Brand, Philosphy Of Law, 1976 : hal. 58).

 

Menurut Drs. C. Utrecht, S.H., Hukum adalah himpunan peraturan yang berisi perintah-perintah dan larangan-larangan yang mengurus tata tertib suatu masyarakat yang harus ditaati oleh masyarakat tersebut. Pengertian ini hampir sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Rosceo Pound yang mengartikan hukum sebagai keseluruhan norma-norma yang mengikat hubungan kepentingan antar manusia dalam masyarakat. Dalam kenyataannya memang, ada banyak sekali definisi hukum dari para ahli yang mewarnai perkembangan ilmu hukum, namun para ahli tersebut juga memberikan definisi yang berbeda-beda. Sehingga tidak ada satu definisi yang bisa diafirmasi secara mutlak sebagai definisi tunggal tentang hukum.

 

Sebagaimana yang telah di uraikan sebelumnya, bahwa untuk mewujudkan kondisi masyarakat yang tertib dan berkeadilan, dibutuhkan suatu pedoman hidup atau kaidah sosial yang disepakati secara bersama-sama sebagai patokan dalam bertingkah laku. Pada hakikatnya, kaidah sosial merupakan perumusan suatu pandangan mengenai perilaku atau sikap yang seharusnya dilakukan dan sikap yang tidak seharusnya dilakukan dalam masyarakat. (Soedjono Dirjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, 1987 : hal. 9). Dalam kehidupan masyarakat, paling tidak ditemukan empat kaidah sosial, masing-masing adalah kaidah agama, kaidah kesusilaan, kaidah kesopanan, dan kaidah hukum. Bila kaidah agama dan kaidah kesusilaan bersifat otonom (berasal dari dalam diri manusia), maka kaidah kesopanan dan kaidah hukum bersifat heteronom (berasal dari luar diri manusia).

 

Secara sederhana, ada dua alasan mengapa kaidah hukum masih dibutuhkan padahal sudah ada tiga kaidah sosial sebelumnya. Alasan pertama, sanksi kaidah sosial lainnya (kaidah agama, kaidah kesusilaan, dan kaidah kesopanan) dianggap kurang tegas dan kurang dirasakan secara langsung. Dimana disisi lain sanksi adalah elemen esensial dalam upaya menegakkan hukum. Atas dasar kelemahan ketiga kaidah sosial tersebut, sehingga kaidah hukum diperlukan agar kepatuhan masyarakat terhadap hukum dapat terimplementasi secara optimal. Sebagaimana adagium obedientia est legis essential (kepatuhan merupakan inti dari hukum). Alasan yang kedua adalah kaidah hukum dibutuhkan secara normatif untuk melindungi kepentingan pribadi dan masyarakat secara proporsional. (Dasar-Dasar Ilmu Hukum, 2021 : hal. 12).

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending