Media Pelanggeng Ketidakadilan Gender
Media yang dimaksud disini merupakan alat yang turut serta menyumbang dan menghasilkan ketidakadilan gender dalam bentuk cetak maupun elektronik.
Media – media ini terbagi sebagai berikut:
a. Tayangan iklan
Tayangan iklan, mampu menggiring pendapat untuk membangun citra bahwa perempuan harus tampil semenarik mungkin sebagaimana yang digambarkan oleh tayangan tersebut.
b. Tafsir agama
Terkadang, tafsir-tafsir agama menjadi alat pembenar melakukan ketidakadilan gender dengan alasan karena bersumber dari ayat kitab suci. Akhirnya berdampak pada kehidupan sehari-hari, perempuan tidak memiliki kesempatan menjadi pemimpin dan diposisikan hanya mengurus rumah tangga.
c. Adat istiadat (Norma)
Adat istiadat dalam hal ini dimaknai sebagai aturan yang tidak tertulis namun masih berlaku dan diyakini kebenarannya oleh masyarakat. Norma, turut menyumbang ketidakadilan gender. Dibawah ini adalah contoh – contoh norma yang masih berlaku:
– Perempuan dianggap sebagai konco wingking (teman di belakang)
– Banyak anak banyak rejeki
– Ngladeni wong lanang atau melayani laki-laki
– Laki-laki dianggap tidak pantas melakukan pekerjaan rumah tangga
– Anggapan bahwa perempuan hanya memiliki peran (3); Sumur, Kasur, Dapur
– Menyalahkan (pakaian) perempuan jika terjadi pelecehan seksual
d. Kebijakan/aturan
Kebijakan/aturan yang dikeluarkan oleh semua lembaga, dari tingkat desa sampai nasional. Aturan yang dimaksud adalah yang berisiko merugikan perempuan dan membatasi keterlibatan perempuan. Sebagai contoh pada infografis di bawah ini:
e. Kebiasaan
Ketidakadilan gender juga muncul karena kebiasaan yang dilakukan, namun kebiasaan tersebut dianggap sebagai sesuatu yang benar dan wajar. Di bawah ini contoh-contoh kebiasaan yang turut melanggengkan ketidakadilan gender.
– Hak partisipasi bagi perempuan dalam proses pembangunan tidak diberikan atau cukup diwakilkan
– Rapat/pertemuan di malam hari sehingga membatasi perempuan untuk terlibat
– Memosisikan perempuan dalam urusan rumah tangga
– Perempuan harus bersikap lemah lembut, keibuan, dan anggun
– Laki-laki tidak dibiasakan mengerjakan urusan rumah tangga