web analytics
Connect with us

Ekspresi

Menyusui di Bulan Puasa

Published

on

Cahyani Hijriafitri
Kadiv Advokasi – Konselor Menyusui
AIMI Bantul

Dalam ajaran Islam, sesuai dalam Al Quran bahwa puasa adalah kewajiban seorang muslim yang telah memenuhi syarat wajib dan syarat sah puasa. Bagaimana dengan ibu menyusui?

Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla menghilangkan pada musafir separuh shalat. Allah pun menghilangkan puasa pada musafir, wanita hamil dan wanita menyusui.” (HR. Ahmad)

Islam memberikan keringanan pada ibu hamil atau menyusui untuk tidak berpuasa. Ada beberapa pendapat terkait apakah perlu meng qadla puasa di lain hari atau membayar fidyah. Silakan hal tersebut bisa dikonsultasikan dengan alim ulama. Pada ilmu laktasi produksi ASI dipengaruhi oleh supply and demand sehingga ASI akan tetap diproduksi. Ketika bayi menyusui sesuai kehendak bayi, dan perah ASI saat ibu jauh dari si bayi (bekerja/beraktivitas).

Hal ini sama juga saat ibu memutuskan menyusui di bulan Ramadhan. Sebagai tambahan prinsip berpuasa pada ibu menyusui adalah ibu memahami alarm tubuhnya sendiri dan bayi. Untuk bayi usia 0-6 bulan, AIMI merekomendasikan untuk ibu tidak berpuasa mengingat ASI menjadi satu-satunya pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi. Jika ibu tetap menginginkan berpuasa, beberapa tips bisa dilakukan seperti himpun dukungan, penuhi asupan makan & minum sesuai gizi seimbang, perhatikan alarm apakah ibu merasa lemas dan juga alarm si bayi: apakah lebih sering menangis meskipun sudah disusui dan BAK pekat.

Tentunya yang paling dipahami bahwa menyusui pun adalah suatu ibadah, sehingga perlu diperhatikan beberapa hal di atas untuk memutuskan tetap berpuasa atau tidak pada kondisi ibu menyusui.

Sumber:
– Aimi-asi.org
– rumasho.com

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Ekspresi

Mahasiswa asal Norway Penelitian Isu Kesetaraan Gender di Mitra Wacana

Published

on

Yogyakarta — Mitra Wacana, organisasi yang konsen pada isu kesetaraan gender, menerima kunjungan akademis dari Anja Bulic, mahasiswa S1 Global Development asal University of Agder, Norwegia, pada Senin (3/1/2025). Kunjungan pukul 11.00–12.00 WIB ini merupakan bagian dari penelitian Anja tentang ketidakadilan dan kekerasan berbasis gender di Indonesia yang dilakukan dalam rangka kerja sama antara University of Agder Norwegia dengan Universitas Gadjah Mada (UGM). Anja diterima langsung oleh Wahyu Tanoto (Dewan Pengurus) dan Alfi Ramadhani (Koordinator Divisi Pendidikan dan Pengorganisasian Mitra Wacana).

Sebelum kunjungan, Anja telah mengirim surat permohonan penelitian dilengkapi panduan pertanyaan dan kebutuhan data. Penelitian ini tidak hanya menjadi bahan skripsinya, tetapi juga bagian dari program kolaborasi antar universitas yang memfasilitasi mahasiswa Norwegia untuk melakukan studi lapangan di Indonesia. Fokus Anja adalah menganalisis korelasi konstruksi / peran gender dengan kekerasan berbasis gender, serta dampak sosial-budaya terhadap kesetaraan.

Dalam diskusi, Anja menyoroti tiga aspek utama: gambaran peran gender di ranah domestik dan publik, hubungannya dengan kasus kekerasan berbasis gender, serta pengaruh sosial-budaya dan keberagaman masyarakat terhadap kesetaraan gender.

Wahyu Tanoto menjelaskan, ketimpangan gender di Indonesia masih dipengaruhi kuat oleh struktur patriarki. “Di ranah domestik, perempuan sering dianggap sebagai pengurus rumah tangga, sementara laki-laki diharapkan menjadi pencari nafkah. Ini memicu ketimpangan akses pendidikan dan partisipasi politik,” jelasnya. Sementara Alfi Ramadhani menambahkan, mitos-mitos dan stigma yang berkembang di masyarakat yang justru memperparah kerentanan kelompok marginal.

Anja juga menggali program Mitra Wacana dalam mendorong kesetaraan gender, seperti pelatihan kesadaran gender bagi masyarakat, pendampingan korban kekerasan, dan advokasi kebijakan inklusif. “Kami menggunakan pendekatan multisektor, mulai dari edukasi di tingkat akar rumput hingga kolaborasi dengan pemerintah,” papar Alfi.

Kunjungan ini dinilai strategis untuk memperluas perspektif global terkait isu gender. “Kerja sama dengan akademisi internasional seperti Anja membantu kami mendokumentasikan praktik terbaik dan memperkuat jejaring advokasi,” tutup Wahyu.

Penelitian Anja diharapkan tidak hanya menyelesaikan tugas akademik, tetapi juga memberikan rekomendasi berbasis data untuk mengurangi kesenjangan gender di Indonesia. (ruly)

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending