Oleh Sulimah (P3A SEJOLI, Punggelan, Banjarnegara)
Sebelum saya bergabung dan ikut aktif di SEJOLI saya sudah mendengar tentang Mitra Wacana WRC dan SEJOLI tetapi belum mengetahui secara pasti apa saja kegiatannya. Hanya mengetahui kalau sering ada pelatihan dan sekolah tentang stop kekerasan terhadap perempuan dan anak. Dan tahunya saya hanya ibu-ibu diberi pelajaran tingkat tinggi jadi saya merasa minder untuk bergabung dengan ibu-ibu SEJOLI karena pendidikan saya tingkat rendah. Dan juga saat itu saya belum ikut kegiatan Mitra Wacana WRC karena tidak ada yang mengajak saya. Baru pada saat bulan September saya ikut kegiatannya SEJOLI dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga pada waktu pelatihan merajut, itu-lah pertama kali saya ikut kegiatannnya SEJOLI. Tapi belum tau apa-apa tentang apa itu kekerasan terhadap perempuan dan anak dan juga Mitra Wacana WRC.
Setelah itu saya diajak lagi oleh Bu Emi yang kebetulan adalah tetangga saya untuk ikut pelatihan Paralegal di Gumiwang.Awalnya suami agak keberatan karena pulangnya pasti sore, nanti bagaimana dengan anak-anak? Siapa yang akan mengurus mereka? Tapi saat mengikuti pelatihan Paralegal, saya merasa mendapatkan sesuatu hal yang baru dan ilmu yang pas dengan masa lalu saya. Saat itu saya menjadi terbuka pikirannya dan perasaan saya tentang apa itu kekerasan dan perlindungan terhadap kaum perempuan dananak-anak.
Untuk menyakinkan suami saya, bahwa dari pelatihan tersebut sangat banyak manfaatnya terutama untuk saya dan banyak perempuan di lingkungan saya, maka setiap sehabis pulang dari pelatihan saya menjelaskan kepada suami apa saja yang saya peroleh dan manfaat saya ikut pelatihan tersebut. Dari penjelasan saya tersebut, suamia khirnya malah mendukung dan mengatakan “Siki jarang ono wong sing duwe jiwa sosial, langka wong sing berjiwa sosial mak. Nek koe meh terjun neng SEJOLI aku malah dukung tapi kudu serius.” Mendapat dukungan dari suami saya merasa semakin mantab dan yakin untuk ikut bergabung dengan SEJOLI ditambah lagi dengan masalah yang sama dengan masa lalu saya.
Saya bercita-cita agar jangan ada lagi perempuan ataupun anak-anak yang mengalami kekerasan baik secara fisik, psikis, ekonomi, dan seksual dan jangan sampai nasib saya menimpa perempuan yang lain.
Sejak bergabung dengan SEJOLI, saya selalu ikut dalam semua kegiatan SEJOLI dan MitraWacana, saya merasa senang sekali karena dengan aktif berorganisasi saya bertambah ilmu, wawasan, teman dan pergaulan saya. Saya tidak menyangka bisa bergaul dengan ibu-ibu anggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, istri perangkat desa, Bu Lurah, bertemu dengan Pak Camat, Pak Lurah, anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan pembicara-pembicara yang hebat-hebat.
Satu hal yang berubah dalam diri saya adalah saya menjadi pede dengan diri saya, saya tidak lagi minder dengan Bu Lurah dan orang-orang yang terpandang karena kita ternya tasama, sama-sama belajar dan sama-sama sedang mencoba membantu orang lain. Dan satu hal yang membuat saya merasa SEJOLI harus terus ada di Bondolharjo, karena masih belum banyak orang peduli dengan sesamanya. Jika SEJOLI tidak lagi ada bagaimana nasib perempuan dan anak di Bondolharjo?