Sri Murtiningsih
Oleh : Sri Murtiningsih (Sekretaris Program Pekerti)
Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan untuk batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun (WHO). Pada masa transisi, remaja rentan sekali terjadi permasalahan kesehatan reproduksi seperti kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, infeksi menular seksual (IMS) dan HIV. Kerentanan tersebut diatas dikarenakan minimnya akses informasi tentang kesehatan reproduksi konprehensif.
Pendidikan kesehatan reproduksi penting bagi remaja agar tidak terjebak dengan mitos- mitos terkait reproduksi yang berkembang di masyarakat. Misalkan hubungan seksual untuk pertama kali tidak akan hamil atau perempuan bisa hamil kalau berenang dengan laki – laki di tempat yang sama dan mitos lainnya. Jika tidak segera mendapat informasi terkait kesehatan reproduksi secara konprehensif maka remaja akan terjebak dan mempercayai mitos – mitos yang menyesatkan.
Remaja kesulitan mengakses pelayanan kesehatan dan konseling. Selain karena waktu layanan di puskesmas bersamaan dengan jam sekolah, ada beberapa remaja yang mengakses stigma negatif kerap dilekatkan pada remaja sehingga mereka enggan mengakses layanan itu. Remaja yang berkonsultasi di fasilitas kesehatan reproduksi dipandang sebelah mata dan memiliki pergaulan yang tidak baik, Anggapan tersebut membuat remaja merasa tidak nyaman dan takut untuk mengakses layanan.
Menurut pengalaman penulis saat masih di duduk dibangku sekolah, mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi sebatas pada mata pelajaran biologi saja. Padahal, remaja butuh informasi lebih jelas dan mendalam tentang kesehatan reproduksi. Masih banyak orang yang beranggapan bahwa pendidikan reproduksi masih tabu untuk dibicarakan. Pada akhirnya remaja mencari informasi lewat internet dan sharing dengan teman sebaya yang informasinya masih belum jelas sumbernya.Untuk memberikan informasi kesehatan reproduksi secara komprehensif bagi remaja, maka perlu kepedulian dalam bentuk pelayanan dan penyediaan informasi yang dapat diakses.
Hal-hal yang bisa diberikan oleh sekolah terkait kesehatan reproduksi yaitu :
- Meningkatkan pengetahuan remaja terkait kesehatan reproduksi.
Yaitu penjelasan dari fungsi-fungsi alat reproduksi dan juga cara merawatnya.
- Memberikan pemahaman terkait manajemen dorongan seksual.
Dorongan seksual merupakan keinginan untuk mendapatkan kepuasan secara seksual yang terjadi pada setiap orang. Dorongan ini terjadi secara naluriah pada laki-laki dan perempuan yang tidak dapat dihilangkan, namun pilihannya dapat disalurkan atau dikelola secara sehat.
- Pemahaman risiko dari perilaku seksual.
Memberikan pemahaman kepada remaja terkait risiko yang harus ditanggung apabila melakukan seksual yang tidak sehat
4. Adanya konseling layanan kesehatan reproduksi disekolah, untuk memberikan informasi secara komprehensif terkait reproduksi yang tidak hanya terbatas pada pelajaran biologi, sehingga remaja tidak terjebak pada mitos dan jika ada kasus dapat segera tertangani.