web analytics
Connect with us

Opini

Pendidikan Seks Sejak Dini Bagi Anak

Published

on

Poster pengenalan kesehatan reproduksi
Waktu dibaca: 3 menit
Astriani

Astriani

Oleh Astriani

Secara umum, kesehatan seksual dan reproduksi adalah suatu keadaan sehat menyeluruh, meliputi aspek fisik, seksual, mental dan sosial, bukan sekedar tidak ada penyakit atau gangguan di segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya dan proses reproduksi itu sendiri. Kesehatan seksual dan reproduksi merupakan hak setiap manusia, tak terkecuali anak-anak.

Untuk itulah kenapa kesehatan seksual dan reproduksi perlu dipahami oleh anak sejak dini. Persoalannya adalah masyarakat masih menganggap tabu ketika membahas soal kesehatan seksual dan reproduksi apalagi untuk menyampaikannya pada anak. Tabu itu dikarenakan kesehatan seksual dan reproduksi dianggap identik dengan seks; hubungan seksual yang dilakukan orang dewasa dan tidak boleh diketahui orang lain apalagi pada anak.

Berbagai pendapat yang berkembang di masyarakat sebagian besar menyatakan bahwa tema kesehatan seksual dan reproduksi selalu dikaitkan dengan persoalan moral dan agama. Orang yang melakukan seks bebas di hakimi sebagai orang yang berdosa. Padahal bisa saja itu dilakukan karena kurangnya pemahaman tentang cara melindungi diri dan organ reproduksinya.

Ajarkan Kesehatan Seksual Dan Reproduksi Pada Anak Sejak Dini

Banyak masyarakat yang menganggap seks itu sesuatu yang tidak layak untuk diperbincangkan karena tabu. Ketika mendengar kata seks, yang terpikir dibenak kita adalah pornografi, jorok, dan vulgar. Saat anak bertanya tentang seksualitasnya, kita dengan cepat mengalihkan pembicaraan dan tidak membahasnya. Sikap seperti itulah yang tidak dibenarkan. Karena anak memiliki rasa ingin tahu tentang banyak hal, bila kita sebagai orang tua tidak bisa mengarahkan dengan baik, tidak bisa memberikan informasi yang jelas cenderung mereka akan mencari informasi dari orang lain dan teman-temannya, informasi tersebut belum tentu informasi yang benar.

Menurut Syamsudin (1985:14), pendidikan seks adalah sebagai usaha untuk membimbing seseorang agar dapat mengerti benar-benar tentang arti dan fungsi kehidupan seksnya, sehingga dapat mempergunakannya dengan baik selama hidupnya. Penting sekali memberikan pendidikan seks pada anak sejak usia dini. Dengan dibekali pengetahuan yang cukup sejak dini diharapkan anak memahami fungsi organ reproduksinya, melindungi dan menjaga kebersihannya. Upaya ini dilakukan agar anak juga terhindar dari pelecehan seksual.

Mengajarkan masalah seks pada anak memang tidak mudah. Namun, memberikan pemahaman pendidikan seks pada anak harus diberikan agar anak memiliki pengetahuan. Pendidikan seks wajib diberikan orangtua pada anaknya sedini mungkin. Bisa dimulai saat anak usia 3-4 tahun, karena pada usia ini anak sudah bisa melakukan komunikasi dua arah dan dapat mengerti mengenai organ tubuh mereka. Pendidikan seks untuk anak usia dini berbeda dengan pendidikan seks untuk remaja. Pendidikan seks pada anak usia dini lebih pada pengenalan peran jenis kelamin dan pengenalan anatomi tubuh secara sederhana sedangkan untuk remaja lebih pada seputar gambaran biologi mengenai seks dan organ reproduksi, seksualitas, kesehatan seksual dan reproduksi serta infeksi menular seksual.

Tips Cerdas Berbicara Seks Padan Anak

Sebahagian besar orang tua belum paham bagaimana cara mensikapi pertanyaan anak mengenai masalah seks. Berikut beberapa sikap yang disarankan dalam berkomunikasi dengan anak  :

1. Luangkan waktu untuk diskusi tentang seks dengan anak
2. Sikap terbuka, informatif, dan yakin atau tidak ragu-ragu
3. Siapkan materi dan penyampaian disesuaikan dengan usia anak
4. Gunakan media atau alat bantu konkret seperti boneka, gambar, binatang, untuk memudahkan anak menyerap informasi
5. Membekali diri dengan wawasan cukup untuk menjawab pertanyaan anak
6. Menjawab pertanyaan dengan jujur
7. Dalam memberikan pendidikan seks pada anak sebaiknya anak mengenali bagian tubuh dirinya sendiri dan jangan pernah mengeksplor tubuh orang lain
8. Menyakinkan diri bahwa pendidikan seks pada anak adalah penting dan bermanfaat

Referensi

http://edukasi.kompasiana.com/2014/03/01/pentingnya-mengenalkan-pendidikan-seks-sejak-usia-dini-635624.html
http://ruangpsikologi.com/memberikan-pendidikan-seks-yang-sesuai-dengan-umur-anak/
http://ifanascout.blogspot.co.id/2015/05/kesehatan-reproduksi-definisi-tujuan.html

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opini

Bentuk-Bentuk Kekerasan di Tempat Kerja

Published

on

Sumber: Freepik
Waktu dibaca: 2 menit

Oleh Wahyu Tanoto

Menurut studi yang dilakukan oleh Equal Employment Opportunity Commission (EEOC) pada 2016 di Amerika Serikat, sekitar 75% orang yang mengalami pelecehan di tempat kerja tidak melaporkan kejadian kepada manajer, supervisor, atau perwakilan serikat pekerja. Salah satu alasan utama adalah karena merasa takut akan keamanan kerja serta takut kehilangan sumber pendapatan mereka. Selain itu ada beberapa faktor lain, seperti:

  1. Faktor relasi kuasa. Salah satu pihak memiliki kekuatan, posisi atau jabatan yang lebih tinggi atau dominan dibandingkan korban. Misalnya, antara bos dengan karyawan.
  2. Kebijakan perlindungan pekerja masih tidak jelas. Absennya perlindungan terhadap korban dapat menyebabkan korban merasa takut untuk melapor karena khawatir pelaku akan balas dendam dan melakukan kekerasan yang lebih parah.
  3. Mekanisme penanganan kasus kekerasan seksual yang tidak tersedia. Misalnya, perusahaan belum memiliki Standard Operating Procedure (SOP) mengenai kekerasan seksual, sehingga tidak ada jalur pelaporan atau sanksi yang jelas.
  4. Budaya yang kerap menyalahkan korban, seperti: “Kamu sih ke kantor pakai baju seperti itu!” “Kamu ngapain memangnya sampai bos marah begitu?”

Namun, kemungkinan lain adalah karena banyak orang belum memahami atau tidak yakin perilaku apa saja yang melanggar batas dan dapat dikategorikan sebagai pelecehan atau kekerasan. Maka dari itu, yuk kita bahas apa saja bentuk-bentuk pelecehan dan kekerasan di tempat kerja!

Kekerasan verbal

Kekerasan verbal termasuk ucapan yang merendahkan, melakukan gerakan yang ofensif, memberikan kritik yang tidak masuk akal, memberikan cercaan atau komentar yang menyakitkan, serta melontarkan lelucon yang tidak sepantasnya. Beberapa contohnya adalah:

  • Mengirim email dengan lelucon atau gambar yang menyinggung identitas seseorang, seperti identitas gender, orientasi seksual, ras, atau agama.
  • Berulang kali meminta kencan atau ajakan seksual, baik secara langsung atau melalui pesan.
  • Membuat komentar yang menghina tentang disabilitas seseorang.
  • Mengolok-olok aksen berbicara (logat) seseorang.

Kekerasan psikologis

Perilaku berulang atau menjengkelkan yang melibatkan kata-kata, perilaku, atau tindakan yang menyakitkan, menjengkelkan, memalukan, atau menghina seseorang. Ini termasuk:

  • Mengambil pengakuan atas pekerjaan orang lain.
  • Menuntut hal-hal yang mustahil.
  • Memaksakan tenggat waktu (deadline) yang tidak masuk akal pada karyawan tertentu.
  • Secara terus-menerus menuntut karyawan untuk melakukan tugas-tugas merendahkan yang berada di luar lingkup pekerjaannya.

Kekerasan fisik

Pelecehan di tempat kerja yang melibatkan ancaman atau serangan fisik, termasuk sentuhan yang tidak diinginkan. Misalnya:

  • Menyentuh pakaian, tubuh, baju, atau rambut orang lain.
  • Melakukan penyerangan fisik. Misalnya: memukul, mencubit, atau menampar.
  • Melakukan ancaman kekerasan.
  • Merusak properti pribadi. Misalnya: mengempeskan ban kendaraan, melempar ponsel orang lain.

Kekerasan berbasis digital

Ini merupakan berbagai bentuk kekerasan atau pelecehan yang dilakukan di ranah daring (online), seperti:

  • Memposting ancaman atau komentar yang merendahkan di media sosial.
  • Membuat akun palsu dengan tujuan merundung seseorang secara online.
  • Membuat tuduhan palsu.
  • Menyebarkan foto atau rekaman orang lain yang bersifat privat atau bernuansa seksual.

Kekerasan seksual

  • Rayuan seksual yang tidak diinginkan.
  • Melakukan sentuhan yang tidak pantas atau tidak diinginkan.
  • Melontarkan lelucon bernuansa seksual.
  • Membagikan media pornografi.
  • Mengirim pesan yang bersifat seksual.
  • Pemerkosaan dan kegiatan seksual lain yang dilakukan dengan paksaan.
  • Meminta hubungan seksual sebagai imbalan atau promosi pekerjaan.

Jika kamu atau teman kerjamu mengalami salah satu atau beberapa bentuk kekerasan seperti yang disebutkan di atas dan membutuhkan bantuan lembaga layanan, kamu bisa cek website https://carilayanan.com/ atau belipotbunga.com ya. Jangan ragu untuk segera mengontak lembaga layanan, karena mereka ada untuk membantu kamu!

Sumber

 https://carilayanan.com/kekerasan-di-tempat-kerja/

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending

EnglishGermanIndonesian