Opini
Together with Woman Care Learning Centre

This post is also available in:
Indonesia
By Suminah (Member of Woman Care Learning Centre)
Three years ago I didn’t yet know what Women’s and Children’s Learning Centres were. I was just a housewife that was kept busy managing daily household affairs, as well as looking after my children and husband. After Mitra Wacana from Jogja came to our village and established Woman Care Women’s and Children’s Learning Centre on the 29 December, 2014.
I gained lots of knowledge from Mitra Wacana WRC’s program, I learnt about parenting, gender, the various form of violence, and there were other workshops too. I gained a lot of knowledge about things I did not know about previously. After I learnt about the forms of violence, I realised that previously I had committed an act of violence towards my own children, and at the time I hadn’t realised it was a form of violence. When my children didn’t want to study, then I used to get angry and sometimes hit them. After I learnt that this was violence, I didn’t do it again.
I tried to teach my local community about some of the things that I learnt from Mitra Wacana. Although there were people that didn’t agree with what I tried to teach them about gender. That was one challenge for me, but I still kept strong in trying to teach them. I’m thankful that I received support from my family, especially my husband to join this organisation.
My hope after Mitra Wacana finish their work is that the centre won’t be closed, but will still continue and increase unity and solidarity. Because this organisation is an organisation that is officially supported by the village government, and the district government.
Arsip
Mitra Wacana dan Tantangan Kedepan

This post is also available in:
Indonesia
Talkshow Mitra Wacana
Senin (22/2/2021) Talkhsow Mitra Wacana menghadirkan Wahyu Tanoto (Sekretaris Dewan Pengurus Mitra Wacana Yogyakarta) di Sonora 97.4 FM membahas tema “Mitra Wacana dan Tantangan Kedepan” selama 1 jam.
Dalam talkshow tersebut , Wahyu Tanoto mengungkapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan hak yang sama, tanpa membedakan jenis kelamin. Akan tetapi banyak perlakuan diskriminatif terhadap salah satu jenis kelamin terutama perempuan. Ketidakadilan di masyarakat ini kalau tidak direduksi akan berdampak pada pelanggengan ketidakadilan secara terus-menerus. Hal inilah yang mendasari didirikannya Mitra Wacana Yogyakarta sampai saat ini. Selain itu Wahyu tanoto juga menjelaskan tujuan dan mimpi besar dibentuknya Mitra Wacana Yogyakarta karena ingin memberikan layanan dan informasi seputar perempuan dan anak dan ikut terlibat dalam membangun bangsa. Mitra Wacana Yogyakarta sebagai lembaga yang peduli terhadap perempuan dan anak ini, tidak hanya bergerak wawasan (pemikiran) saja tetapi juga turun langsung menjangkau masyarakat sebagai kekuatan sosialnya.
Sejak dibentuk tahun 1996, Mitra Wacana Yogyakarta sudah mengalami berbagai dinamika lembaga, mulai dari pergantian pengurus sampai dengan penyesuain strategi lembaga dalam pendampingan karena adanya wabah pandemic yang terjadi saat ini. Melihat perkembangan yang terjadi saat ini, Mitra Wacana Yogyakarta juga harus melakukan adaptasi dan strategi baru. Berbagai penataan dilakukan mulai dari peningkatan kapasitas bagi setiap pegiat mitra wacana, melakukan penyusunan standar operasional prosedur untuk setiap kegiatan serta melakukan restrukturisasi agar lebih efisien.
Disela-sela Talkshow tersebut ada sahabat Sonora yang bertanya kepada narasumber terkait bagaiamana caranya berkoborasi dengan Mitra Wacana Yogyakarta. Wahyu Tanoto selaku narasumber mengungkapkan bahwa Mitra Wacana Yogyakarta sangat terbuka untuk berbagai pihak yang ingin melakukan kerja-kerja kolaborasi, baik itu mahasiswa, instansi pemerintah maupun masyarakat umum sepanjang sesuai dengan semangat perjuangan Mitra Wacana Yogyakarta.
Di akhir sesi talkshow, Wahyu Tanoto menekankan bahwa saat ini masih terjadi kekerasan-kekerasan berbasis gender di media social. Kita semua bisa terlibat aktif dalam pencegahan kekerasan berbasis gender ini dengan tidak mengklik, membagikan apalagi membuat gambar / berita yang mengeksploitasi perempuan dan anak.