web analytics
Connect with us

Uncategorized @id

Menumbuhkan Minat Baca di Era Digital

Published

on

TBM di Hargorejo, Kokap, Kulonprogo. Foto: Wtn

Perkembangan teknologi yang terjadi saat ini merupakan salah satu bentuk globalisasi yang selalu meningkat dibagian teknologi dan komunikasi. Globalisasi tidak hanya terjadi dalam masalah alam tapi juga masalah kebutuhan bagi kelangsungan hidup manusia. Berbagai cara telah diusahakan demi kelangsungan hidup manusia dengan perolehan yang mudah dijangkau oleh seluruh penjuru dunia. Kebutuhan dapat dipenuhi dengan mudah karena adanya bantuan teknologi yang maju yakni menggunakan internet.

Perkembangan internet yang terjadi dari masa ke masa telah mengalami kemajuan yang sanagat pesat. Kemudahan dalam melakukan aktifitas pun dapat dibantu oleh adanya akses internet yang luas dan hampir semua orang di dunia ini menggunakan internet terutama untuk berkomunikasi, mencari berita, membaca, bekerja dan memenuhi kebutuhan informasi. Perkembangan teknologi yang terjadi setelah adanya internet telah membutakan manusia bahwa sebenarnya bertemu secara langsung dan membaca buku merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan dan lebih mendapatkan banyak ilmu menarik yang tidak kita dapatkan melalui dunia internet.

Masyarakat saat ini lebih memilih untuk menggunakan Gadget sebagai alat pemenuhan keinginan, melainkan dengan berinteraksi secara langsung dan membaca buku yang terkait dengan kebutuhan. Minat membaca dikalangan masyarakat juga menjadi kurang karena untuk mendapatkan buku tergolong susah di tempat tertentu. Di Kabupaten Kulonprogo, Kecamatan Kokap, tepatnya Desa Hargotirto dan Hargorejo merupakan salah satu desa yang telah bekerjasama dengan Mitra Wacana WRC dalam membangun minat membaca dikalangan masyarakat, baik perempuan, laki-laki, remaja dan anak-anak.

“Kalo ibu-ibu banyak yang pinjam terus bawa ke rumah, tapi kalau remaja paling cuma lihat-lihat bentar terus pergi lagi” ungkap Partini yang merupakan salah satu anggota P3A (Pusat Pembelajaran Perempuan dan Anak) di Desa Hargotirto saat ditemui dikediamannya untuk menerima sumbangan buku dari Mitra Wacana pada Rabu, 15 November 2017.

Minat membaca memang telah banyak berkurang dikalangan masyarakat, apalagi dengan adanya hotspot Wi-fi yang terpasang hampir disetiap rumah di Desa Hargotirto. Pemasangan Wi-fi merupakan cara yang ditempuh oleh masyarakat dalam memperoleh komunikasi yang mudah disana, karena sulitnya sinyal jaringan biasa pada ­Handphone, karena itu masyarakat lebih memilih Gadget dibanding buku dalam memperoleh ilmu berupa bacaan, dan memilih media sosial daripada berkomunikasi secara langsung. Kemudahan yang diperoleh dengan adanya internet memang banyak sekali karena dianggap lebih efisien, praktis dan lengkap, namun tidak menutup kemungkinan internet menjadi penghalang bagi masyarakat untuk memperoleh hal yang lain dari membaca buku dan berinteraksi secara langsung.

Membaca buku merupakan salah satu kegiatan yang mampu menyehatkan otak dan membantu pikiran mengembangkan yang dimaksud oleh penulis. Dengan bantuan membaca buku atau hasil pencarian di internet memang tidak jauh berbeda, namun harus bijak dalam memilih bacaan, karena tidak semua bacaan sesuai dengan kebutuhan yang kita inginkan. Berkomunikasi secara langsung juga dinilai lebih baik bagi diri kita sendiri, bagi orang lain dan dapat memperkuat tali silaturrahmi. (Ridha & Nia).

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opini

KONSTRUKSI MEDIA MASSA TERHADAP CITRA PEREMPUAN

Published

on

Sumber: Freepik
TANTANGAN GERAKAN PEREMPUAN DI ERA DIGITAL

Lilyk Aprilia Volunteer Mitra Wacana

Di era globalisasi, media massa menjadi salah satu hal yang penting dalam kehidupan masyarakat baik digunakan sebagai alat untuk komunikasi, mencari informasi, atau hiburan. Media massa terus mengalami perkembangan dari yang mulanya konvensional hingga sekarang menjadi modern . Berbicara mengenai media massa tentu ada hal yang menjadikan media massa memiliki nilai tarik tersendiri terlebih jika dihubungkan dengan keberadaan perempuan.

      (Suharko, 1998)  bahwa tubuh perempuan digunakan sebagai simbol untuk menciptakan citra produk tertentu atau paling tidak berfungsi sebagai latar dekoratif suatu produk.  Media massa dan perempuan merupakan dua hal yang sulit dipisahkan. Terutama dalam bisnis media televisi. Banyaknya stasiun televisi yang berlomba-lomba dalam menyajikan sebuah program agar diminati oleh masyarakat membuat mereka mengemas program tersebut semenarik mungkin salah satunya dengan melibatkan perempuan. Perempuan menjadi kekuatan  media untuk menarik perhatian masyarakat. Bagi media massa tubuh perempuan seolah aset terpenting yang harus dimiliki oleh media untuk memperindah suatu tayangan yang akan disajikan kepada masyarakat sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.

     Media massa memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai wadah untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Informasi yang diberikan kepada masyarakat salah satunya dalam bentuk iklan sebuah produk atau layanan jasa . Iklan merupakan sebuah informasi yang diberikan kepada masyarakat mengenai hal yang berhubungan dengan suatu produk atau jasa yang dikemas dengan semenarik mungkin.  Memiliki tujuan untuk menarik minat konsumen membuat salah satu pihak menjadi dirugikan . Pasalnya pemasang iklan dalam mengenalkan produknya kepada masyarakat sering kali memanfaatkan perempuan sebagai objek  utama untuk memikat para konsumen. Memanfaatkan wajah dan bentuk tubuh sebagai cara untuk menarik perhatian masyarakat membuat citra perempuan yang dimuat pada iklan terus menjadi sumber perdebatan karena dinilai menjadikan tubuh perempuan sebagai nilai jual atas produk yang ditawarkan . Ironisnya hal ini terus menerus dilakukan. 

         Memanfaatkan fisik sebagai objek untuk diekploitasi sudah bukan menjadi rahasia umum lagi. Terlihat dari citra perempuan yang digambarkan oleh tayangan iklan ataupun acara program televisi. Kecantikan perempuan dijadikan sebagai penghias tampilan dari suatu program acara. Dipoles sedemikian rupa untuk mendapatkan tampilan yang cantik kemudian dikonsumsi oleh publik. Demi untuk mengedepankan kepentingan media bahkan hak hak perempuan yang seharusnya dimiliki mereka dikesampingkan oleh media .  

     Selain sebagai wadah informasi untuk masyarakat media massa juga berfungsi sebagai hiburan.. Tayangan televisi yang sampai saat ini menempati rating tertinggi yaitu dalam kategori sinetron. Gambaran dalam tayangan tersebut banyak yang melibatkan perempuan dengan menggambarkan posisi perempuan selalu dibawah laki-laki. Tidak terlalu memperhatikan  pesan tersirat apa yang terkandung dalam tayangan tersebut, masyarakat terus-menerus mengkonsumsinya seolah tayangan tersebut tidak memiliki pesan yang bermasalah. Jika diperhatikan lebih lanjut banyak sekali peran perempuan yang digambarkan dari sisi lemahnya atau hanya melakukan pekerjaan domestik saja. Dengan begitu apa yang disajikan oleh media akan tertanam difikiran mereka sehingga menganggap pesan media massa sebagai realitas yang benar dan menjadi nilai yang kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

 

 Kekuatan Media Massa Dalam Membentuk Citra Perempuan

      Media massa memiliki kemampuan dalam membentuk citra . Bermula dari gambaran atas kenyataan yang ada dimasyarakat kemudian dikembangkan dengan menggunakan bahasa yang mengandung makna baru  namun masih memiliki acuan terhadap fakta yang ada kemudian disajikan kepada masyarakat secara terus menerus.  Dengan begitu citra yang dibentuk oleh media massa akan mempengaruhi realitas kehidupan dimasyarakat. Mengingat minat masyarakat terhadap objektifikasi perempuan cukup tinggi, media massa berlomba-lomba membentuk citra perempuan yang sempurna untuk mencapai target pasar dengan menggiring opini publik dalam menetapkan standar ‘cantik’ menurut media. Perempuan kerap kali dijadikan alat oleh media massa sebagai ladang untuk mendapatkan keuntungan dengan menampilkan kemolekan dan kecantikan fisiknya. Konstruksi sosial pada citra perempuan yang terjadi pada media massa bukan lagi hal baru dan tabu, fenomena ini terus berulang seolah menjadi kebenaran dalam mengkotakkan citra perempuan. 

     Selain itu pembenaran yang terus dilanggengkan oleh media massa terkait citra perempuan menjadikan sudut pandang masyarakat berkiblat pada standar yang digaungkan media massa tersebut sehingga menjadi salah satu agen budaya yang berpengaruh terhadap realita di kehidupan masyarakat.  Penggambaran terhadap perempuan oleh media massa semakin memperjelas bahwa posisi perempuan diranah publik masih lemah.

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending