web analytics
Connect with us

Uncategorized @id

Training Mitra Wacana WRC di Tiga Komunitas Kulon Progo

Published

on

Diskusi komunitas Rengganis untuk pemetaan desa

Diskusi komunitas Rengganis untuk pemetaan desa

Pada 2015 ini Mitra Wacana wrc mengadakan dua training untuk tiga komunitas dampingannya yang ada di Kulon Progo. Komunitas ini beranggotakan perempuan-perempuan mantan TKW. Training pertama tentang Pendidikan Manajemen Organisasi dan Pengorganisasian, training kedua tentang Kepemimpinan Setara dan Public Speaking. Training-training tersebut diselenggarakan di tiga desa yang ada di tiga kecamatan di Kabupaten Kulon Progo. Adalah Komunitas Putri Pertiwi di desa Nomporejo di Kecamatan Sentolo, Komunitas Putri Menoreh di Desa Hargotirto Kecamatan Kokap dan Rengganis di Desa Salamrejo kecamatan Galur. Training Putri Menoreh dilaksanakan (12-15) Januari. Dilanjutkan ke komunitas Putri Pertiwi kecamatan Galur (17-20) Januari, dan yang terakhir di komunitas Rengganis desa Salamrejo Kecamatan Sentolo pada (17-18) Januari 2015, dilanjutkan 19 Januari dan 01 Februari. Kegiatan training ini diikuti oleh masing-masing komunitas yang beranggotakan 25 orang perempuan.
Dalam kedua training tersebut diberikan beberapa materi, diantaranya materi tentang 1) Analisis Sosial 2)Gender dan Seksualitas ,3)Perdagangan Orang atau trafficking dan 4)Pengorganisasian yang meliputi teori, prinsip-prinsip, tahapan, alur, 4)Advokasi: meliputi, teori, prinsip-prinsip, bentuk, penggalangan sekutu dan membuat rencana advokasi, 5)Kepemimpinan setara: teori, prinsip, manajemen organisasi dan 6)Public speaking.
Menurut ibu Jumini, salah satu anggota Rengganis “Training ini sangat bermanfaat untuk kami anggota Rengganis, karena banyak ilmu dan pengalaman serta pembelajaran yang bisa kami dapatkan”. Ibu jumini sudah enam bulan bergabung dengan komunitas Rengganis. “Menyenangkan sekali bisa bergabung dengan komunitas Rengganis yang diinisiasi oleh mitra wacana ini, kata ibu Jumini”
Training ini tidak hanya diikuti oleh anggota komunitas saja, ada beberapa orang disekitar komunitas yang mengikuti training dan merasa tertarik untuk ikut bergabung menjadi anggota. Salah satunya Ibu Suprihatin. “Saya memang belum ikut menjadi anggota Rengganis, tetapi sangat tertarik dengan training yang diadakan oleh Mitra wacana ini karena selalu dapat ilmu baru” kata ibu suprihatin.
Tujuan diadakan kedua training tersebut agar semakin menyadarkan mereka tentang posisi, relasi perempuan serta hak-hak mereka sebagai perempuan. Pertemuan mereka dalam rangkaian kegiatan di MItra Wacana WRC semakin memperkuat jalinan diantara mereka, karena merasa mempunyai kepentingan yang sama dari sini kemudian tumbuh komitmen bersama dalam memerangi kekerasan perempuan dan ancaman trafficking di desa mereka. (as3)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opini

KONSTRUKSI MEDIA MASSA TERHADAP CITRA PEREMPUAN

Published

on

Sumber: Freepik
TANTANGAN GERAKAN PEREMPUAN DI ERA DIGITAL

Lilyk Aprilia Volunteer Mitra Wacana

Di era globalisasi, media massa menjadi salah satu hal yang penting dalam kehidupan masyarakat baik digunakan sebagai alat untuk komunikasi, mencari informasi, atau hiburan. Media massa terus mengalami perkembangan dari yang mulanya konvensional hingga sekarang menjadi modern . Berbicara mengenai media massa tentu ada hal yang menjadikan media massa memiliki nilai tarik tersendiri terlebih jika dihubungkan dengan keberadaan perempuan.

      (Suharko, 1998)  bahwa tubuh perempuan digunakan sebagai simbol untuk menciptakan citra produk tertentu atau paling tidak berfungsi sebagai latar dekoratif suatu produk.  Media massa dan perempuan merupakan dua hal yang sulit dipisahkan. Terutama dalam bisnis media televisi. Banyaknya stasiun televisi yang berlomba-lomba dalam menyajikan sebuah program agar diminati oleh masyarakat membuat mereka mengemas program tersebut semenarik mungkin salah satunya dengan melibatkan perempuan. Perempuan menjadi kekuatan  media untuk menarik perhatian masyarakat. Bagi media massa tubuh perempuan seolah aset terpenting yang harus dimiliki oleh media untuk memperindah suatu tayangan yang akan disajikan kepada masyarakat sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.

     Media massa memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai wadah untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Informasi yang diberikan kepada masyarakat salah satunya dalam bentuk iklan sebuah produk atau layanan jasa . Iklan merupakan sebuah informasi yang diberikan kepada masyarakat mengenai hal yang berhubungan dengan suatu produk atau jasa yang dikemas dengan semenarik mungkin.  Memiliki tujuan untuk menarik minat konsumen membuat salah satu pihak menjadi dirugikan . Pasalnya pemasang iklan dalam mengenalkan produknya kepada masyarakat sering kali memanfaatkan perempuan sebagai objek  utama untuk memikat para konsumen. Memanfaatkan wajah dan bentuk tubuh sebagai cara untuk menarik perhatian masyarakat membuat citra perempuan yang dimuat pada iklan terus menjadi sumber perdebatan karena dinilai menjadikan tubuh perempuan sebagai nilai jual atas produk yang ditawarkan . Ironisnya hal ini terus menerus dilakukan. 

         Memanfaatkan fisik sebagai objek untuk diekploitasi sudah bukan menjadi rahasia umum lagi. Terlihat dari citra perempuan yang digambarkan oleh tayangan iklan ataupun acara program televisi. Kecantikan perempuan dijadikan sebagai penghias tampilan dari suatu program acara. Dipoles sedemikian rupa untuk mendapatkan tampilan yang cantik kemudian dikonsumsi oleh publik. Demi untuk mengedepankan kepentingan media bahkan hak hak perempuan yang seharusnya dimiliki mereka dikesampingkan oleh media .  

     Selain sebagai wadah informasi untuk masyarakat media massa juga berfungsi sebagai hiburan.. Tayangan televisi yang sampai saat ini menempati rating tertinggi yaitu dalam kategori sinetron. Gambaran dalam tayangan tersebut banyak yang melibatkan perempuan dengan menggambarkan posisi perempuan selalu dibawah laki-laki. Tidak terlalu memperhatikan  pesan tersirat apa yang terkandung dalam tayangan tersebut, masyarakat terus-menerus mengkonsumsinya seolah tayangan tersebut tidak memiliki pesan yang bermasalah. Jika diperhatikan lebih lanjut banyak sekali peran perempuan yang digambarkan dari sisi lemahnya atau hanya melakukan pekerjaan domestik saja. Dengan begitu apa yang disajikan oleh media akan tertanam difikiran mereka sehingga menganggap pesan media massa sebagai realitas yang benar dan menjadi nilai yang kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

 

 Kekuatan Media Massa Dalam Membentuk Citra Perempuan

      Media massa memiliki kemampuan dalam membentuk citra . Bermula dari gambaran atas kenyataan yang ada dimasyarakat kemudian dikembangkan dengan menggunakan bahasa yang mengandung makna baru  namun masih memiliki acuan terhadap fakta yang ada kemudian disajikan kepada masyarakat secara terus menerus.  Dengan begitu citra yang dibentuk oleh media massa akan mempengaruhi realitas kehidupan dimasyarakat. Mengingat minat masyarakat terhadap objektifikasi perempuan cukup tinggi, media massa berlomba-lomba membentuk citra perempuan yang sempurna untuk mencapai target pasar dengan menggiring opini publik dalam menetapkan standar ‘cantik’ menurut media. Perempuan kerap kali dijadikan alat oleh media massa sebagai ladang untuk mendapatkan keuntungan dengan menampilkan kemolekan dan kecantikan fisiknya. Konstruksi sosial pada citra perempuan yang terjadi pada media massa bukan lagi hal baru dan tabu, fenomena ini terus berulang seolah menjadi kebenaran dalam mengkotakkan citra perempuan. 

     Selain itu pembenaran yang terus dilanggengkan oleh media massa terkait citra perempuan menjadikan sudut pandang masyarakat berkiblat pada standar yang digaungkan media massa tersebut sehingga menjadi salah satu agen budaya yang berpengaruh terhadap realita di kehidupan masyarakat.  Penggambaran terhadap perempuan oleh media massa semakin memperjelas bahwa posisi perempuan diranah publik masih lemah.

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending