web analytics
Connect with us

Kulonprogo

MITRA WACANA DAN FORUM PEREMPUAN HARGOTIRTO EDUKASI KESEHATAN MENTAL DI DUSUN SEKENDAL, HARGOTIRTO

Published

on

Mitra Wacana dan Forum Perempuan Hargotirto memberikan edukasi kepada komunitas perempuan di padukuhan sikendal kalurahan Hargotirto Kapanewon Kokap Kulon Progo. Kegiatan yang berlangsung pada Minggu, 12 Januari 2025, mengambil tema penting: mengenali masalah kesehatan mental pada anak. Program ini dirancang untuk merespons permintaan komunitas perempuan di Sekendal yang ingin belajar lebih mendalam tentang kesehatan mental anak, sebuah isu yang kini semakin relevan di tengah tantangan sosial dan budaya.

Kegiatan tersebut dihadiri oleh 38 peserta, yang sebagian besar terdiri dari perempuan penggerak PKK dan kader aktif di tingkat padukuhan. Jumlah ini menunjukkan tingginya antusiasme komunitas dalam meningkatkan kapasitas diri, khususnya dalam peran mereka sebagai ibu dan pendidik pertama bagi anak-anak di lingkungan keluarga. Kehadiran peserta yang signifikan ini juga mencerminkan kesadaran yang mulai tumbuh di masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental sebagai bagian dari kesejahteraan keluarga.

Acara dimulai dengan nuansa formal namun penuh semangat. Diawali dengan seremonial khas PKK, peserta bersama-sama menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dan Mars PKK, menciptakan suasana yang menggugah kebersamaan. Setelah itu, sesi utama dimulai, dipandu oleh Mansur, perwakilan dari Mitra Wacana, yang didampingi oleh anggota Forum Perempuan Hargotirto. Materi yang dibawakan berfokus pada bagaimana orang tua dapat mengenali tanda-tanda masalah mental pada anak serta cara memberikan dukungan yang tepat.

Dalam pemaparannya, Mansur menekankan pentingnya peran orang tua dalam memahami kesehatan mental anak. “Ketika orang tua mampu mengenali dan memahami kondisi mental yang dialami anak, mereka dapat melakukan upaya dini untuk memberikan dukungan psikologis,” jelasnya. Dukungan ini bisa berupa pendampingan emosional, menyediakan lingkungan yang aman, hingga merujuk anak ke tenaga profesional jika diperlukan. Ia juga mengingatkan peserta untuk tidak terjebak dalam mitos yang salah terkait kesehatan mental, seperti anggapan bahwa anak yang sering murung hanya “kurang bersyukur” atau masalah tersebut hanya akan hilang seiring waktu.

Melalui diskusi interaktif, peserta diajak untuk berbagi pengalaman dan bertanya tentang tantangan yang mereka hadapi. Beberapa peserta bahkan mengungkapkan pengalaman pribadi dalam menghadapi anak-anak yang menunjukkan tanda-tanda stres atau kecemasan. Diskusi ini memperkaya wawasan peserta sekaligus memberikan rasa empati bahwa mereka tidak sendiri dalam menghadapi situasi serupa.

Di akhir kegiatan, harapan besar disampaikan oleh fasilitator dan peserta. Mereka berharap agar edukasi seperti ini bisa menjadi agenda rutin, karena dampaknya dirasakan sangat signifikan dalam membuka wawasan dan memberikan pemahaman baru. Selain itu, kegiatan ini diharapkan mampu mendorong para peserta untuk lebih peduli, tidak hanya terhadap kesehatan mental anak, tetapi juga terhadap kesehatan mental mereka sendiri sebagai orang tua.

Dengan semangat kolaborasi dan kepedulian yang mendalam, Dusun Sekendal perlahan tapi pasti menjadi contoh bagaimana komunitas dapat bergerak bersama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun mental. Semoga kegiatan serupa dapat terus dilakukan di masa mendatang, membawa manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat.

 

Penulis : M. Mansur

Penyunting : Ruliyanto

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Berita

Workshop DRPPA: Dalam Diskusi Bahas Strategi Pemberdayaan Perempuan di Tengah Efisiensi Anggaran

Published

on

Workshop Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) yang diinisiasi oleh Mitra Wacana, Senin, (24/3/2025). Kegiatan yang diadakan di Balai Langit, Kalurahan Salamrejo ini merupakan transformasi dari program Rumah Bersama Indonesia (RBI), disesuaikan dengan perubahan kebijakan pemerintah terbaru. Meski berganti nama, komitmen untuk mewujudkan desa yang inklusif bagi perempuan dan anak melalui pemenuhan hak serta perlindungan dari kekerasan tetap menjadi inti agenda.

Acara dihadiri oleh perwakilan tiga kalurahan (Salamrejo, Sentolo, Demangrejo),  dan Mitra Wacana. Denagn tema “Strategi Pemberdayaan Perempuan di Tengah Kebijakan Efisiensi Anggaran” mengemuka, menyoroti dampak kebijakan nasional seperti Inpres No. 1/2025, MBG (Makan Bergizi Gratis) dan efisiensi dana desa terhadap program pemberdayaan.

Dampak Kebijakan Pusat pada Perencanaan Desa
Pak Teguh, Lurah Sentolo, menjelaskan bahwa perubahan kebijakan pusat seringkali mengganggu perencanaan jangka panjang desa. “RPJMKal (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kalurahan) yang disusun 8 tahun harus menyesuaikan instruksi baru, seperti program ketahanan pangan yang tiba-tiba memerlukan penyertaan modal BUMDes. Ini berdampak pada alokasi anggaran untuk pemberdayaan perempuan dan anak,” ujarnya.

Aji Jogoboyo, mewakili Lurah Demangrejo, menambahkan bahwa efisiensi anggaran tidak hanya mengalihkan dana tetapi memotongnya langsung. “Contohnya, anggaran untuk kelompok P3A (Pemberdayaan Perempuan dan Anak) sempat tertunda, sehingga kami harus berkolaborasi dengan mitra seperti Mitra Wacana untuk menjaga keberlanjutan program,” paparnya.

Suara dari Kelompok Perempuan: Tantangan Nyata di Lapangan
Ibu Sri Hari Murtiati dari Tim Penggerak PKK Salamrejo menyoroti dampak langsung pemangkasan anggaran pada program pemberdayaan perempuan. “Terus terang, dampaknya terasa hingga ke tingkat bawah. Misalnya, program cor blok jalan dua jalur yang tidak ramah bagi ibu hamil atau kurangnya polisi tidur yang aman. Padahal, infrastruktur yang inklusif adalah hak dasar perempuan,” tegasnya.

Ia juga mengungkapkan keprihatinan atas kasus perundungan (bullying) di Sentolo. “Kami berencana mengadakan sosialisasi di sekolah, tetapi anggaran yang dipotong membuat kegiatan ini terancam. Meski begitu, PKK berkomitmen untuk tetap bergerak, sekalipun dengan dana terbatas.”

Lebih lanjut, Ibu Sri menekankan pentingnya membangun ketangguhan perempuan. “Perempuan tangguh bukan hanya mampu mengelola ekonomi, tetapi juga menjadi ‘penyejuk’ dan ‘pemanas’ keluarga. Tanggung jawab kami besar: merawat suami, anak, sekaligus aktif di masyarakat. Karena itu, dukungan untuk PKK sebagai ujung tombak pemberdayaan perempuan dan anak harus tetap menjadi prioritas,” tandasnya.

Strategi Kolaborasi dan Inovasi Lokal
Pak Dani, Lurah Salamrejo, menekankan pentingnya memberdayakan perempuan sebagai kunci pembangunan. “65% penduduk kami adalah perempuan. Mereka adalah garda terdepan dalam pendidikan anak dan penguatan ekonomi keluarga. Kami fokus pada program non-fisik seperti pelatihan dan pendampingan,” tegasnya.

Sementara itu, Alfi dari Mitra Wacana mengapresiasi upaya desa melibatkan perempuan dalam forum diskusi. “Budaya ‘bisu’ pada perempuan masih jadi tantangan. Kehadiran perempuan sebagai pembicara hari ini adalah langkah progresif untuk membuka ruang partisipasi,” ujarnya.

Solusi di Tengah Tantangan
Beberapa solusi yang mengemuka antara lain:

  1. Kolaborasi dengan BUMDes dan Mitra: Memanfaatkan BUMDes untuk program MBG dan usaha lokal seperti peternakan ayam petelur di Demangrejo.
  2. Penguatan Kelembagaan Perempuan: Memastikan kelompok seperti KWT (Kelompok Wanita Tani) dan P3A mendapat pendampingan berkelanjutan.
  3. Advokasi Kebijakan Berperspektif Gender: Mendesak pemerintah pusat mempertimbangkan dampak efisiensi anggaran pada program pemberdayaan.

Workshop ditutup dengan komitmen bersama untuk terus mendorong terwujudnya Generasi Emas 2045 melalui pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Perubahan nama dari DRPPA ke RBI bukanlah hambatan, selama esensi pemenuhan hak perempuan dan anak tetap menjadi prioritas.

Continue Reading

Trending