web analytics
Connect with us

Kulonprogo

Kunjungan Talithakum: Berbagi Cerita dan Menguatkan Keluarga Purna Migran P3A Rengganis

Published

on

Pada Jumat, 10 Januari 2025, kelompok Pusat Pembelajaran Perempuan dan Anak (P3A) Rengganis Kalurahan Salamrejo Kapanewon Sentolo menerima kunjungan dari Talithakum, sebuah lembaga sosial masyarakat yang aktif dalam pendampingan keluarga migran. Kegiatan ini berlangsung mulai pukul 10.00 WIB dan diawali dengan pembukaan oleh Ibu Jumini. Selanjutnya, Ketua P3A Rengganis, Ibu Yuni, memberikan sambutan hangat kepada Talithakum atas kesediaannya hadir di pertemuan rutin kelompok tersebut.

Dalam sambutannya, Ibu Yuni mengucapkan terima kasih atas perhatian Talithakum yang telah tertarik untuk berkenalan dengan P3A Rengganis. Setelah itu, ia mempersilakan Suster Catarina, perwakilan dari Talithakum, untuk menyampaikan maksud dan tujuan kunjungan mereka. Didampingi oleh dua rekannya, Mbak Hilmi dan Mbak Abrigisa, Suster Catarina memperkenalkan diri dengan penuh antusias.

Suster Catarina menjelaskan bahwa dirinya memiliki pengalaman dalam program pendampingan pemberdayaan ekonomi untuk keluarga migran melalui organisasi Gembala Baik. Kedatangan Talithakum ke Rengganis, lanjutnya, adalah untuk mendengar langsung cerita para purna migran tentang pengalaman mereka selama bekerja di luar negeri. Selain itu, mereka ingin berbagi pengalaman dan membangun hubungan yang lebih dekat dengan kelompok Rengganis, yang sebelumnya sudah diperkenalkan oleh Mas Muazim dan Bu Sekti.

Kegiatan berlangsung akrab dengan anggota P3A Rengganis yang secara bergantian berbagi pengalaman. Salah satunya adalah Ibu Jumini, yang menceritakan perjalanan hidupnya sebagai pekerja migran di Malaysia setelah lulus sekolah menengah atas. Selain membahas pengalaman bekerja di luar negeri, diskusi juga mencakup dinamika kehidupan berumah tangga, terutama tantangan menghadapi pola pikir patriarkis dalam keluarga.

Mbak Ira, salah satu anggota P3A Rengganis, berbagi cerita tentang upayanya mengajarkan nilai keadilan gender di rumah tangga tanpa menggunakan istilah seperti “feminisme” atau “gender,” yang menurutnya masih sulit diterima oleh sebagian besar suami. Ia membiasakan anak laki-lakinya untuk mandiri, seperti memasak nasi dan mencuci piring sendiri, meskipun hal itu dianggap tabu oleh suaminya.

Ibu Jumini menambahkan pandangannya, menekankan pentingnya perempuan memprioritaskan kesejahteraan diri sendiri. Ia bahkan aktif mengedukasi adik laki-lakinya yang akan menikah agar tidak banyak menuntut pasangannya, serta memberi pemahaman kepada calon adik iparnya untuk tidak terlalu memanjakan suaminya di masa depan. “Kalau sudah terlanjur, itu akan dianggap kewajiban istri, dan yang capek ya kita sendiri,” tegasnya. Bagi Ibu Jumini, perempuan perlu memastikan kebahagiaan dirinya terlebih dahulu agar mampu menjalani kehidupan keluarga dengan baik.

Melalui kunjungan ini, Talithakum tidak hanya belajar dari P3A Rengganis, tetapi juga membawa inspirasi baru untuk terus menguatkan perempuan, terutama para purna migran. Diskusi yang hangat ini menggarisbawahi pentingnya kolaborasi dan saling berbagi pengalaman dalam menghadapi tantangan kehidupan. Kegiatan seperti ini menjadi momen berharga untuk saling menguatkan, memperluas wawasan, dan menumbuhkan semangat solidaritas antarperempuan.

Penulis : Alfi Ramadhani

Penyunting : Ruliyanto

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Berita

Workshop DRPPA: Dalam Diskusi Bahas Strategi Pemberdayaan Perempuan di Tengah Efisiensi Anggaran

Published

on

Workshop Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) yang diinisiasi oleh Mitra Wacana, Senin, (24/3/2025). Kegiatan yang diadakan di Balai Langit, Kalurahan Salamrejo ini merupakan transformasi dari program Rumah Bersama Indonesia (RBI), disesuaikan dengan perubahan kebijakan pemerintah terbaru. Meski berganti nama, komitmen untuk mewujudkan desa yang inklusif bagi perempuan dan anak melalui pemenuhan hak serta perlindungan dari kekerasan tetap menjadi inti agenda.

Acara dihadiri oleh perwakilan tiga kalurahan (Salamrejo, Sentolo, Demangrejo),  dan Mitra Wacana. Denagn tema “Strategi Pemberdayaan Perempuan di Tengah Kebijakan Efisiensi Anggaran” mengemuka, menyoroti dampak kebijakan nasional seperti Inpres No. 1/2025, MBG (Makan Bergizi Gratis) dan efisiensi dana desa terhadap program pemberdayaan.

Dampak Kebijakan Pusat pada Perencanaan Desa
Pak Teguh, Lurah Sentolo, menjelaskan bahwa perubahan kebijakan pusat seringkali mengganggu perencanaan jangka panjang desa. “RPJMKal (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kalurahan) yang disusun 8 tahun harus menyesuaikan instruksi baru, seperti program ketahanan pangan yang tiba-tiba memerlukan penyertaan modal BUMDes. Ini berdampak pada alokasi anggaran untuk pemberdayaan perempuan dan anak,” ujarnya.

Aji Jogoboyo, mewakili Lurah Demangrejo, menambahkan bahwa efisiensi anggaran tidak hanya mengalihkan dana tetapi memotongnya langsung. “Contohnya, anggaran untuk kelompok P3A (Pemberdayaan Perempuan dan Anak) sempat tertunda, sehingga kami harus berkolaborasi dengan mitra seperti Mitra Wacana untuk menjaga keberlanjutan program,” paparnya.

Suara dari Kelompok Perempuan: Tantangan Nyata di Lapangan
Ibu Sri Hari Murtiati dari Tim Penggerak PKK Salamrejo menyoroti dampak langsung pemangkasan anggaran pada program pemberdayaan perempuan. “Terus terang, dampaknya terasa hingga ke tingkat bawah. Misalnya, program cor blok jalan dua jalur yang tidak ramah bagi ibu hamil atau kurangnya polisi tidur yang aman. Padahal, infrastruktur yang inklusif adalah hak dasar perempuan,” tegasnya.

Ia juga mengungkapkan keprihatinan atas kasus perundungan (bullying) di Sentolo. “Kami berencana mengadakan sosialisasi di sekolah, tetapi anggaran yang dipotong membuat kegiatan ini terancam. Meski begitu, PKK berkomitmen untuk tetap bergerak, sekalipun dengan dana terbatas.”

Lebih lanjut, Ibu Sri menekankan pentingnya membangun ketangguhan perempuan. “Perempuan tangguh bukan hanya mampu mengelola ekonomi, tetapi juga menjadi ‘penyejuk’ dan ‘pemanas’ keluarga. Tanggung jawab kami besar: merawat suami, anak, sekaligus aktif di masyarakat. Karena itu, dukungan untuk PKK sebagai ujung tombak pemberdayaan perempuan dan anak harus tetap menjadi prioritas,” tandasnya.

Strategi Kolaborasi dan Inovasi Lokal
Pak Dani, Lurah Salamrejo, menekankan pentingnya memberdayakan perempuan sebagai kunci pembangunan. “65% penduduk kami adalah perempuan. Mereka adalah garda terdepan dalam pendidikan anak dan penguatan ekonomi keluarga. Kami fokus pada program non-fisik seperti pelatihan dan pendampingan,” tegasnya.

Sementara itu, Alfi dari Mitra Wacana mengapresiasi upaya desa melibatkan perempuan dalam forum diskusi. “Budaya ‘bisu’ pada perempuan masih jadi tantangan. Kehadiran perempuan sebagai pembicara hari ini adalah langkah progresif untuk membuka ruang partisipasi,” ujarnya.

Solusi di Tengah Tantangan
Beberapa solusi yang mengemuka antara lain:

  1. Kolaborasi dengan BUMDes dan Mitra: Memanfaatkan BUMDes untuk program MBG dan usaha lokal seperti peternakan ayam petelur di Demangrejo.
  2. Penguatan Kelembagaan Perempuan: Memastikan kelompok seperti KWT (Kelompok Wanita Tani) dan P3A mendapat pendampingan berkelanjutan.
  3. Advokasi Kebijakan Berperspektif Gender: Mendesak pemerintah pusat mempertimbangkan dampak efisiensi anggaran pada program pemberdayaan.

Workshop ditutup dengan komitmen bersama untuk terus mendorong terwujudnya Generasi Emas 2045 melalui pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Perubahan nama dari DRPPA ke RBI bukanlah hambatan, selama esensi pemenuhan hak perempuan dan anak tetap menjadi prioritas.

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending