web analytics
Connect with us

Ekspresi

POLA ASUH ANAK

Published

on

Sumber: hamimeha.com

Penulis: Lutfi (Tim Graha Media Hargorejo)

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1088) bahwa “pola adalah model, sistem, atau cara kerja”. Asuh adalah “menjaga, merawat, mendidik, membimbing, membantu, melatih, dan sebagainya”. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pola asuh anak adalah bagaimana cara orang tua berinterakasi dengan anak dengan memberikan perhatian kepada anak dan memberikan pengarahaan agar anak mampu mencapai hal yang diinginkannya serta mendisiplinkan dalam proses kedewasaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan memberikan pola asuh yang baik dan positif kepada anak, akan memunculkan konsep diri yanag positif bagi anak dalam menilai dirinya. Dimuali dari masyarakat yang tidak membatasi pergaulan anak namun tetap membimbing agar anak dapat bersikap objektif dan menghargai diri sendiri, dengan mencoba bergaul dengan teman yang lebih banyak. Peran keluarga begitu penting bagi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak, baik perkembangan sosial, budaya dan agamanya.

Orang tua berperan penting dalam pengasuhan anak yaitu menjadi model peran ayah dan ibu kepada anak. Pengasuhan oleh orang tua berperan dalam memberikan rasa aman dann nyaman, memenuhi kebutuhan dasar anak, mengajarkan penerimaan dan penghargaan, mengajarkan kebersamaan dan keceriaan, mendorong perkembangan dan belajar, serta menanamkan nilai-nilai moral. Komunikasi merupakan salah satu aspek penting dalam pengasuhan. Untuk mendorong tumbuh kembang anak, orang tua harus mengajarkan anak berbicara dan bahasa menjadi aspek yang penting. Pola pengasuhan orang tua juga akan menentukan karakter anak setelah dewasa, yaitu watak, sikap, dan ciri-ciri khususnya. Karakter sebuah bangsa akan ditentukan pada karakter yang dibangun pada saat tumbuh kembang anak.

Pola asuh sangat penting dalam pembentukan sikap dan perilaku anak kelak. Salah satu pembentuk perilaku adalah pola asuh anak saat usia dini. Setiap orang tua tentu saja memiliki keinginan yang sama, bisa menerapkan pola asuh anak pada usia dini yang terbaik untuk anaknya. Dalam membentuk perilaku anak terutama di usia dini, memiliki dampak secara psikologi dan sosial terhadap anak tersebut, karena anak pada usia dini biasanya memiliki rasa keingintahuan yang besar. Pada anak usia dini, mereka biasanya akan menirukan apa yang dilihat dan didengarnya. Setiap keluarga tentu saja memiliki cara mereka sendiri dalam menerapkan pola asuh anak usia dini.

Namun ada beberapa kesalahan yang kerap dilakukan orang tua pada anaknya. Tak mengherankan, jika mengingatnya akan timbul perasaan sesal dan ingin memperbaiki. Kesalahan yang sering dilakukan orang tua kepada anak, diantaranya jarang berbicara dengan anak-anak, lupa memberika pelukan hangat, kurang memiliki dokumentasi foto atau video bersama anak, terlalu ketat pada anak, sering melewatkan momen penting dalam kehidupan anak, dan tidak berusaha membuat anak bahagia. Selain itu lingkungan sosial juga berpengaruh terhadap perilaku anak. Karena secara tidak langsung anak di usia dini juga akan bergaul dengan anak seusianya yang ada di lingkungannya. Sebagai orang tua perlu menanamkan nilali spiritual tentang pendidikan agama dan bagaimana cara beribadah.

 

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh anak menurut Hurlock, diantaranya kepribadian orang tua, agama atau keyakinan, pengaruh lingkungan, pendidikan orang tua, usia orang tua, jenis kelamin, status ekonomi, kemampuan anak, dan situasi. Faktor ini bisa membentuk orang tua menjadi pengasuh yang baik bagi anak ataupun sebaliknya. Dalam mengubah pola asuh anak, orang tua pun perlu bekerja keras dimulai dari mengenal dirinya sendiri serta kelebihan dan kelemahannya. Sehingga dirinya dengan kebiasaan baru bisa mengasuh anak-anak lebih baik

Pola asuh yang baik juga memiliki beberapa pokok yang perlu diperhatikan agar pola asuh anak menjadi efektif. Setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga orang tua harus selalu berfikir kreatif untuk menyesuaikan pola asuh mereka. Berikut pola asuh orang tua yang baik pada anak usia dini, diantaranya ayah dan ibu harus kompak, memberikan contoh yang baik, komunikasi efektif, disiplin, konsisten, berikan pujian dan sentuhan sayang, ajarkan sopan santun, dan ajarkan berbagi.

Oleh karena itu, pola asuh orang tua kepada anak sangat berperan penting, dimana orang tua mendidik anaknya dengan sangat baik mulai dari lingkungan internal keluarga. Pola asuh orang tua untuk anaknya harus mempunyai jiwa yang bisa merawat, membantu, mendidik, membimbing, dan melatih anak agar menjadi anak yang tumbuh kembang secara kreatif, baik dan patuh, bisa menjadikan anak merasa mempunyai tanggung jawab serta percaya diri dan dapat menerima pahit manisnya kehidupan ketika dewasa kelak. Untuk itu jadilah orang tua yang berpikiran positif, kreatif dan aktif dalam tumbuh kembang anak.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Ekspresi

Narasi Cinta yang Terbelah di Simpang Keyakinan Dalam Lagu “Mangu”

Published

on

Penulis Yuliani Tiara (Mahasiswi jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)

Abstrak

Lagu Mangu karya Fourtwnty dan Charita Utami menampilkan dinamika cinta yang tidak sekadar kandas oleh konflik biasa, melainkan oleh perbedaan spiritual yang fundamental. Artikel ini mengeksplorasi makna lirik sebagai bentuk refleksi eksistensial, dan memperluas pemahaman melalui pendekatan musikologis. Musik populer dalam hal ini menjadi medium kontemplatif terhadap isu-isu kepercayaan, identitas, dan spiritualitas.

Pendahuluan

Di tengah arus musik populer yang kerap menyederhanakan tema cinta, Mangu hadir sebagai pengecualian yang memikat. Kata mangu, yang berarti tertegun atau diam dalam kebimbangan, menjadi landasan emosional dari lagu ini. Dirilis dalam album Linimasa (2017) dan kembali viral pada 2025, lagu ini menandai kebangkitan musik reflektif di tengah masyarakat yang semakin haus makna.

Cinta dalam Simpang Spiritualitas

Lirik Mangu menyampaikan tragedi cinta yang tidak bisa dipertahankan karena benturan spiritual.

“Cerita kita sulit dicerna,

Tak lagi sama,

Cara berdoa”

Bait ini memperlihatkan pergulatan antara perasaan dan keyakinan. Penggunaan diksi seperti “kiblat” dan “berdoa” menunjukkan bahwa relasi ini berhenti bukan karena hilangnya rasa, melainkan karena jalan spiritual yang tidak searah. Lagu ini mengangkat dilema etis yang jarang disentuh oleh musik populer bahwa cinta kadang harus tunduk pada iman.Musikologis: Ketika Aransemen Menjadi Medium Sunyi Secara musikal, Mangu mengusung pendekatan minimalistik dengan warna akustik yang kuat. Lagu ini dibangun di atas progresi akor yang repetitif dan lembut, yang menciptakan ruang emosional yang kontemplatif. Beberapa poin penting dari analisis musikologis:

  1. Tempo dan Ritme:

Lagu ini berjalan dalam tempo lambat (sekitar 70–75 BPM), mendekati karakter ballad. Ritme yang datar dan tenang mendukung nuansa meditasi dan renungan. Tidak ada ketukan tajam atau dinamika mendadak; semua bergerak dengan lembut, menciptakan suasana mangu itu sendiri—diam, termenung, dan berat.

  1. Harmoni dan Progresi Akor:

Progresi akor lagu ini tidak kompleks, namun sangat efektif dalam menciptakan resonansi emosional. Akor minor mendominasi, dengan sesekali modulasi ke akor mayor yang memberikan kesan “harapan yang gagal”. Struktur ini mencerminkan situasi emosional lirik: cinta yang pernah hangat, namun perlahan surut tanpa bisa dicegah.

  1. Vokal dan Ekspresi:

Kekuatan utama Mangu terletak pada teknik vokal yang mengandalkan restrain (penahanan). Vokal Fourtwnty tidak pernah meledak; justru dengan desahan dan nada rendah itulah kesedihan tersampaikan lebih dalam. Kehadiran Charita Utami sebagai kolaborator menambah dimensi naratif: suara laki-laki dan perempuan yang sama-sama lirih, menandakan keterlibatan emosional dua pihak secara setara dalam perpisahan ini.

  1. Instrumentasi:

Dominasi gitar akustik dan ambience suara latar seperti efek reverb menciptakan ilusi ruang hampa—seolah narasi ini terjadi dalam ruangan kosong yang penuh gema. Unsur musik ambient menjadi semacam pengingat bahwa yang hadir bukan hanya manusia, tapi juga kesadaran spiritual yang tak terlihat.

Simbolisme Arah Kiblat: Antara Religiusitas dan Identitas

Frasa “arah kiblat” menjadi titik kunci dalam lirik. Secara literal, ia merujuk pada arah shalat umat Islam. Namun secara simbolik, kiblat adalah arah hidup: nilai, tujuan, dan orientasi eksistensial. Dua insan yang saling mencintai tetapi kehilangan arahkiblat yang sama adalah dua jiwa yang berpotensi saling mencintai, namun tak bisa berjalan bersama.

Penutup: Musik Populer sebagai Ruang Perenungan

Lagu Mangu bukan hanya karya musik, tetapi juga artefak kultural. Ia berbicara tentang ketegangan antara cinta dan spiritualitas dalam masyarakat plural. Analisis musikologis memperkuat kenyataan bahwa kesedihan dan kontemplasi tidak hanya datang dari lirik, melainkan juga dari bagaimana musik dibangun secara struktural. Dalam dunia yang semakin tergesa, Mangu hadir untuk mengajak kita berhenti sejenak, memikirkan ulang makna cinta, keyakinan, dan diam. Lagu ini tidak memberikan jawaban, melainkan ruang untuk memahami luka yang sunyi namun

dalam.

Referensi

  • Kierkegaard, S. (1843). Fear and Trembling.
  • Meyer, Leonard B. (1956). Emotion and Meaning in Music. University of Chicago Press.
  • Tagg, Philip. (2013). Music’s Meanings: A Modern Musicology for Non-Musos.
  • Spotify. (2017). Mangu – Fourtwnty ft. Charita Utami.
  • Liputan6. (2025). Di Balik Viralnya Lagu Mangu dari Fourtwnty.
  • Detik. (2025). Lirik Lagu Mangu Fourtwnty ft. Charita Utami

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending