web analytics
Connect with us

Talkshow

Sinau Sareng : Kekerasan Terhadap Perempuan di Masa Pandemi

Published

on

Rabu, (24/03/2021) Mitra Wacana mengadakan Talkshow Sinau Sareng ke-32 bertemakan “Kasus kekekerasan perempuan berbasis gender di masa pandemic” . Talkshow kali ini Mitra Wacana menghadirkan Dra. Istiatun, MA (Ketua Dewan Pengurus Mitra Wacana) ditemani Muazim (Host-Koordinator divisi pendidikan dan pengorganisasian Mitra Wacana). Meningkatnya kasus kekerasan di masa pandemic seperti fenomena gunung es, dimana yang tercatat sebanyak 63%, namun kenyataanya banyak kasus yang tidak tercatat.

Menurut data Komnas Perempuan, kekerasan terhadap perempuan selama 12 tahun terakhir meningkat hampir 8 kali lipat dan di masa pandemi covid-19 semakin meningkat sebanyak 63%. Angka kasus ini tentunya jauh lebih kecil dari kenyataannya karena banyak korban tidak mampu untuk melawan dan melaporkannya.

Istiatun menjelaskan bentuk-bentuk kekerasan berbasis gender seperti penganiayaan, eksploitasi seksual, kekerasan seksual, kekerasan fisik, kekerasan psikologis, penelantaran ekonomi yang merujuk pada perilaku yang membuat perempuan bergantung secara finansial. 

Istiatun juga menambahkan  bahwa pentingnya menanamkan cara pandang dan pendidikan adil gender sejak dini, mengelola maskulinitas  dan membangun perspektif berbagi peran antara laki-laki dan perempuan, sehingga dapat mengurangi kasus kekerasan yang terjadi saat ini.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Talkshow

TALKSHOW QUARTER LIFE CRISIS “ SANTAPAN PROBLEMATIKA KAUM MUDA ”

Published

on

Melihat fenomena sekarang yang cenderung mengandalkan gadget ternyata bisa berpotensi bagi anak muda mengalami quarter life crisis. Penggunaan gadget yang seolah-olah dunia ada ditangan kita bisa menjadi hal yang baik jika digunakan dengan benar dan sebaliknya akan menjadi buruk jika salah dalam penggunaannya. Ketika seseorang sering menghabiskan waktu dengan bermain sosial media kemudian suka membandingkan diri sendiri dengan orang lain akan menimbulkan rasa insecure dalam diri sendiri. Terlalu sering bermain sosial media tanpa melakukan hal yang produktif juga menjadi salah satu dampak buruk dari penggunaan gadget. Namun sebaliknya, jika ketika menggunakan sosial media lalu merasa termotivasi atas pencapaian orang lain  dan terdorong untuk bisa memiliki prestasi juga hal itu merupakan bentuk penggunaan sosial media yang benar. 

 Disituasi pandemi seperti sekarang ini yang membuat segala sesuatu dilakukan secara online termasuk sekolah membuat beberapa anak mengalami perubahan perilaku. Disini orang tua tidak boleh serta merta menghakimi perubahan perilaku anak tersebut apalagi jika perubahan perilaku tersebut mengarah ke hal buruk. Kedekatan emosional perlu dibentuk dalam proses pertumbuhan seperti memulai obrolan santai dengan mereka agar keterbukaan seorang anak kepada orang tua lebih tercipta. Jika kedekatan antara anak dan orang tua belum bisa terbentuk secara maksimal maka orang tua bisa menggali informasi lebih dalam terkait anaknya kepada teman atau guru disekolahnya. 

Anak-anak diusia peralihan dari SMP ke SMA dalam tahap perkembangannya memiliki rasa ingin menunjukkan bahwa mereka itu sudah dewasa dan memiliki otoritas atas diri mereka sendiri sehingga diharapkan orang tua tidak terlalu menggali lebih dalam terkait persoalan mereka namun orang tua bisa menempatkan diri sebagai sahabat atau teman untuk anak. Jika perubahan perilaku pada anak mengarah ke hal yang buruk dan terjadi perubahan yang cukup signifikan maka alangkah lebih baik jika orangtua melakukan konsultasi kepada psikolog profesional untuk mendapatkan penanganan yang benar.  Terkait dengan fase peralihan dari remaja ke dewasa terdapat fase isolasi dan keterikatan. Komunikasi anak dan orang tua dalam fase ini sangat penting . Jika pola komunikasi dapat berjalan dengan baik maka orang tua juga bisa mengontrol atau memberikan pemahaman terkait crisis identitas yang sedang dialami anak. Sebaliknya, jika pola komunikasi kurang baik maka dibutuhkan pihak ketiga untuk memberikan pemahaman crisis identitas kepada anak tersebut.

Intensitas yang tinggi dalam menggunakan gadget bisa menjadi pemicu adanya quarter life crisis yang merupakan salah satu ciri atau indikator dari gangguan mental. Gejala yang dirasakan antara lain cemas, panik, dan lain sebagainya. Namun quarter life crisis tidak bisa dikatakan sebagai gangguan psikologis. Quarter life crisis merupakan fenomena dalam sebuah perkembangan dan semua orang mengalami. Setiap individu pasti berbeda dalam menyikapi quarter life crisis tergantung dengan bagaimana latar belakang yang dimiliki. Ketika seseorang apatis atau tidak sadar terhadap crisis yang sedang dialami maka akan bisa berpotensi menjadi depresi yang tidak disadari. Maka penting sekali bagi orang-orang yang mulai menginjak dewasa dan rentang terhadap quarter life crisis ada baiknya mencari support system disekitar mereka. Pada tahap perkembangan usia dewasa awal ini lebih terkait dengan bagaimana hubungan interpersonal mereka baik dari keluarga, teman, dan kolega.  

Yang perlu ditekankan kepada orang-orang yang memasuki usia dewasa awal yaitu mengenali diri sendiri. Ketika kita paham diri kita seperti apa, kita sedang ditahap mana dalam fase perkembangan maka kita akan lebih sadar terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi kedepannya. Ketika seseorang tahu apa yang dia mau atau nilai-nilai yang dia pegang terhadap masa depannya kemudian dibersamai dengan tuntutan sosial yang harus dia lewati maka seseorang yang memiliki nilai-nilai ini akan lebih adaptif dan lebih mudah menghadapi crisis ini karena sudah mengenali dirinya dengan baik. Mengetahui kelebihan dan kekurangan diri juga perlu dilakukan agar bisa menyusun rencana ke depannya jadi hidup yang dijalani tidak hanya mengalir namun disertai perencanaan. Mulai melakukan sesuatu dan menyelesaikan sesuatu serta belajar mengenai tanggung jawab. Hal yang harus diketahui adalah bahwa dalam setiap fase kita memiliki tanggung jawab tersendiri yang harus dihadapi bukan dihindari . Berhenti untuk membandingkan diri sendiri dengan orang lain karena setiap orang memiliki warnanya sendiri.    

Continue Reading

Trending