web analytics
Connect with us

Berita

Gebyar Kesehatan Reproduksi: Peran Media dalam Menyuarakan Kesehatan Reproduksi

Published

on



YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) sejatinya bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilindungi. Hanya saja, publik belum banyak mendapatkan pemahaman yang komprehensif terkait hak tersebut.

Di sisi lain, media massa memiliki peran kunci untuk menyampaikan edukasi HKRS ini ke masyarakat yang seluas-luasnya.

Namun, jurnalis dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Pito Agustin Rudiana menganggap, hingga kini belum banyak pemberitaan yang mengupas tuntas mengenai permasalahan tersebut.

Jurnalis dari AJI Yogyakarta, Pito Agustin Rudiana (kiri) saat menyampaikan Edukasi HKSR melalui Gebyar Kesehatan Reproduksi, di Taman Bangirejo Yogyakarta, Sabtu (14/9/2019). (dok. kabarkota.com)
Jurnalis dari AJI Yogyakarta, Pito Agustin Rudiana (kiri) saat menyampaikan Edukasi HKSR melalui Gebyar Kesehatan Reproduksi, di Taman Bangirejo Yogyakarta, Sabtu (14/9/2019). (dok. kabarkota.com)

“Jurnalis hanya memotret kasus pada hilir atau permukaannya saja, tidak mencoba mengulik penyebab atau hulunya,” kata Pito dalam Edukasi HKSR melalui Gebyar Kesehatan Reproduksi, di Taman Bangirejo Yogyakarta, Sabtu (14/9/2019).

Akibatnya, lanjut Pito, informasi yang sering muncul di media lebih banyak menyoroti angka-angka kasus, ketimbang menyajikan informasi yang komprehensif tentang HKSR untuk masyarakat.

Namun itu menurutnya, tak lepas dari kurangnya literasi wartawan tentang permasalahan gender dan kesehatan reproduksi. Pito mencontohkan, ketika melakukan peliputan tentang kasus pemerkosaan, akar masalahnya justru sering luput dari pemberitaan

“Padahal, informasi yang clear dari jurnalis itu bisa berbahaya bagi masyarakat,” tegasnya.

Salah satu kegiatan di Gebyar Kesehatan Reproduksi (dok. Kabarkota.com)

Sementara Direktur Mitra Wacana Yogyakarta, Imelda Zuhaida berpendapat bahwa derasnya arus informasi yang bisa diakses dari berbagai media, termasuk di internet tidak serta-merta membuat membuat masyarakat paham tentang HKSR.

Imelda menambahkan, perempuan dan perempuan muda yang rentan menghadapi masalah HKSR, seperti Kehamilan Tak Direncanakan (KTD) itu salah satu penyebabnya karena kurang akses informasi dan pemahaman tentang itu.

“Mereka lebih banyak mengakses informasi itu dari internet yang tidak selalu bisa dipertanggung-jawabkan kebenarannya.Kemudian baru mereka sharing ke teman-teman sebayanya. Jadi larinya bukan ke keluarganya,” sesal Imelda.

Hal itu, kata Imelda, yang justru berakibat fatal bagi keseharan reproduksi mereka, atau bahkan mengancam keselamatan jiwa mereka, saat menghadapi permasalahan ataupun melakukan tindakan-tindakan untuk mengakhiri masalah KTD.

Oleh karenanya, Mitra Wacana bersama Yayasan Ipas Indonesia menggagas Program penguatan Reproduksi Terintegrasi berbasis masyarakat. Pihaknya juga menggandeng Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, melalui layanan kesehatan reproduksi di puskesmas-puskesmas.

Imelda mengaku, hingga sekarang Mitra Wacana telah mendampingi masyarakat dari 10 kelurahan di kecamatan Tegalrejo, Jetis, dan Mergangsan Kota Yogyakarta.

“Kuncinya, dengan menjadikan mereka sebagai subyek dalam mengkampanyekan HKSR ini di media,” jelasnya. (Rep-01)
(Sumber: https://kabarkota.com/pemahaman-minim-hak-kesehatan-seksual-dan-reproduksi-terabaikan/ )



Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Berita

BPBD Kabupaten Morowali Utara Komitmen dalam Tingkatkan Literasi Kebencanaan

Published

on

Faisal Tahadju, ST., MSi
Analis Bencana
Penata Tkt. I. (III/d)
NIP. 198504052008011011
BPBD Kabupaten Morowali Utara

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Morowali Utara menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan literasi kebencanaan di kalangan generasi muda dengan turut ambil bagian dalam kegiatan Diklat Dasar Search and Rescue (SAR) se-Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Morowali Utara.

 
Kegiatan yang dilaksanakan pada 25–28 Juni 2025 ini berlangsung di SMKS Lemboraya, Desa Beteleme, Kecamatan Lembo, dan secara resmi dibuka oleh Bupati Morowali Utara, Dr. dr. Delis Julkarson Hehi, MARS
BPBD Morowali Utara Edukasi Pramuka Soal Simulasi dan Evakuasi Bencana dalam Diklat SAR
BPBD Morowali Utara Edukasi Pramuka Soal Simulasi dan Evakuasi Bencana dalam Diklat SAR
BPBD Morowali Utara, Faisal Tahadju, ST., M.Si., selaku Analis Bencana, saat memberikan materi penting terkait penanggulangan dan simulasi bencana, pada Rabu, (26/6/2025). (doc. BPBD Morowali Utara)
BPBD Morowali Utara, Faisal Tahadju, ST., M.Si., selaku Analis Bencana, saat memberikan materi penting terkait penanggulangan dan simulasi bencana, pada Rabu, (26/6/2025). (doc. BPBD Morowali Utara)
Morowali Utara, Krajan.id – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Morowali Utara menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan literasi kebencanaan di kalangan generasi muda dengan turut ambil bagian dalam kegiatan Diklat Dasar Search and Rescue (SAR) se-Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Morowali Utara.
 
Kegiatan yang dilaksanakan pada 25–28 Juni 2025 ini berlangsung di SMKS Lemboraya, Desa Beteleme, Kecamatan Lembo, dan secara resmi dibuka oleh Bupati Morowali Utara, Dr. dr. Delis Julkarson Hehi, MARS.
Dalam sambutannya, Bupati Delis menegaskan bahwa gerakan Pramuka memiliki posisi strategis dalam membentuk karakter dan kesiapsiagaan generasi muda dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk bencana.
 
“Pramuka menjadi solusi tepat untuk menanamkan nilai-nilai luhur seperti kejujuran, kedisiplinan, dan kemandirian kepada generasi muda. Pemerintah Kabupaten Morowali Utara akan terus menjadi mitra aktif dalam membina dan mendukung gerakan Pramuka,” tegas Bupati pada (25/6/2025).
 
Sebagai bagian dari kegiatan tersebut, BPBD Morowali Utara, melalui Faisal Tahadju, ST., M.Si., selaku Analis Bencana, hadir untuk memberikan materi penting terkait penanggulangan dan simulasi bencana, pada Rabu, (26/6/2025).
Dalam sesi tersebut, Faisal menyampaikan pengetahuan menyeluruh kepada para peserta Pramuka mengenai siklus bencana, yang terdiri dari tiga tahapan utama: pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana.
 
“Pemahaman terhadap siklus ini sangat penting agar setiap individu bisa mengetahui apa yang harus dilakukan sebelum, saat, dan setelah bencana terjadi. Pengetahuan inilah yang akan menyelamatkan banyak nyawa,” ujar Faisal dalam penyampaiannya.
 
Selain teori, peserta juga mendapat pembekalan tentang mitigasi bencana, baik struktural maupun non-struktural. Mitigasi struktural mencakup langkah-langkah teknis seperti pembangunan infrastruktur tahan bencana, sementara mitigasi non-struktural lebih kepada edukasi, pelatihan, dan peningkatan kesadaran masyarakat.
Puncak kegiatan BPBD berlangsung dalam bentuk simulasi evakuasi bencana gempa bumi. Dalam simulasi ini, para peserta dilatih bagaimana melakukan proses evakuasi korban dari lokasi bencana ke tempat aman, sesuai dengan protokol dan kondisi riil di lapangan. Proses evakuasi diperagakan dengan mempertimbangkan berbagai kondisi korban dan ketersediaan sarana transportasi.
Faisal menjelaskan bahwa pelatihan seperti ini tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis para Pramuka, tetapi juga membentuk pola pikir tanggap, sigap, dan terorganisir saat bencana terjadi.
 
“Kami ingin membentuk pribadi-pribadi muda yang tidak hanya tangguh secara mental, tetapi juga siap secara fisik dan pengetahuan saat berada di tengah situasi darurat,” tambahnya.
 
Kegiatan ini mendapat respons positif dari peserta dan panitia. Para anggota Pramuka merasa lebih siap dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana, serta memahami pentingnya peran mereka sebagai relawan muda di komunitas masing-masing.
Partisipasi BPBD Morowali Utara dalam Diklat Dasar SAR ini menunjukkan pentingnya kolaborasi antara lembaga pemerintah dan organisasi kepemudaan seperti Pramuka. Sinergi semacam ini diharapkan terus berlanjut untuk menciptakan masyarakat yang lebih tangguh, sadar risiko, dan mampu bertindak cepat dalam situasi bencana.

Continue Reading

Trending