Opini
Lagu Sedih dan Kesehatan Mental Gen Z: Pelepasan Emosi atau Perangkap Kesedihan?
Published
8 months agoon
By
Mitra Wacana

Winda Radisti mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Di era digital seperti sekarang, musik sudah jadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan generasi Z atau sering disebut dengan Gen Z. Dengan berbagai platform seperti Spotify, YouTube, dan platform musik lainnya, kita bisa dengan mudah mengakses jutaan lagu dalam sekali klik. Dari sekian banyak jenis musik yang tersedia, salah satu fenomena menarik adalah popularitas playlist bertema sedih, ternyata cukup populer di kalangan Gen Z. Banyak yang menjadikannya sebagai teman ketika sedang galau, patah hati, atau merasa tertekan. Tapi sebenarnya, apakah mendengarkan musik sedih bisa membantu seseorang untuk mengatasi perasaannya, atau malah membuatnya semakin terjebak dalam kesedihan itu sendiri?
Jika dilihat dari sisi positifnya, musik sedih bisa menjadi sarana untuk melepaskan emosi. Ketika mendengarkan musik, pendengar dapat merasa terhubung dengan perasaan mereka sendiri atau dengan pengalaman orang lain yang serupa, yang dapat menghasilkan empati dan pemahaman yang lebih dalam tentang masalah kesehatan mental (Muhammad Mahsa Javier, 2023:31). Musik yang liriknya menyentuh dan emosional bisa bikin seseorang merasa kalau perasaannya itu valid, bahwa dia tidak sendirian dalam menghadapi kesedihan. Bahkan, tidak jarang yang merasa lebih lega setelah mendengarkan lagu yang cocok dengan suasana hatinya.
Musik juga bisa menjadi alat katarsis. Sama seperti menulis diary atau curhat ke teman, mendengarkan lagu yang sesuai dengan perasaan kita bisa membantu menyalurkan emosi yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Ada penelitian dari Kurniawan dan Wijaya (2023) yang dilakukan di Yogyakarta, di mana sekitar 62% responden Gen Z menyatakan kalau mereka menggunakan musik sebagai strategi untuk menghadapi tekanan emosional. Dari jumlah tersebut, 47% di antaranya lebih memilih mendengarkan musik sedih saat sedang merasa tertekan. Jadi, bisa dibilang musik sedih punya peran yang cukup besar dalam membantu Gen Z mengatur emosi mereka.
Tapi disisi lain, kalau terlalu sering mendengarkan lagu-lagu yang sedih, bisa jadi malah berisiko memperparah perasaan negatif. Ada penelitian dari Pratama, Nugroho, dan Rahmawati (2023) yang meneliti lebih dari 1.200 responden Gen Z di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin sering seseorang mendengarkan musik sedih, terutama lebih dari tiga jam per hari, semakin tinggi pula kecenderungan mereka mengalami kecemasan dan depresi. Jadi, meskipun awalnya musik ini bisa membantu menenangkan perasaan, kalau terlalu sering didengar tanpa ada keseimbangan, justru bisa memperkuat emosi negatif.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah kebiasaan seseorang yang suka merenung berlebihan tentang hal-hal buruk di masa lalu ketika mendengar musik. Contohnya pada seorang mahasiswi yang tidak ingin disebutkan namanya, ketika ditanyakan alasan mengapa ia bisa sampai menangis ketika lagu dari Nadhif Basalamah dengan judul “Penjaga Hati” diputar, dan alasannya adalah karena lagu tersebut dulunya pernah ia putar bersama pasangan, tetapi karena sudah tidak memiliki hubungan lagi maka ketika ia mendengar lagu tersebut akan teringat dengan kenangan masa lalunya. Maka dapat dikatakan musik bagi mahasiswi tersebut bukannya membuat ia merasa lebih baik, malah jadi makin tenggelam dalam perasaan sedih dan sulit untuk bangkit lagi.
Fenomena ini juga semakin diperkuat dengan tren di media sosial TikTok, Instagram, dan platform lainnya seringkali memperlihatkan video-video bernuansa emosional dengan latar musik sedih. Musisi-musisi Indonesia juga tidak luput memasukkan tema kesehatan mental di dalam musiknya, seperti Kunto Aji, Nadin Amizah, Sal Priadi, Hindia dan beberapa musisi lainnya (Muhammad Mahsa Javier, 2023:4-5). Berdasarkan Top Track Spotify Indonesia tahun 2024 lagu yang paling banyak diputar adalah lagu “Satu Bulan” dari Bernadya, yang mana lagi ini bercerita tentang seseorang yang belum move on dari suatu hubungan.
Berdasarkan hal itu, menjadikan lagu tersebut relevan dengan kisah banyak orang. Sedangkan track yang paling sering diputar di Spotify tahun 2025 saat ini berdasarkan Top 50 Indonesia yaitu lagu dari band bernama Feast dengan judul “Nina” yang sudah diputar sebanyak 100 juta pendengar di Spotify. Lagu ini memiliki makna tentang perjuangan dan pengorbanan seseorang kepada orang yang disayang meski terhalang jarak dan kesibukan, dengan makna lagu yang seperti itu lagi-lagi banyak orang dari semua kalangan tidak hanya Gen Z merasa relate dengan lagu tersebut. Tidak hanya lagu Indonesia, lagu-lagu global seperti “Beautiful Things” dari Benson Boone, “BIRDS OF A FEATHER” dari Billie Eilish, “End of Beginning” dari Djo dan masih banyak lagi lainnya juga banyak diputar secara global di Spotify. Lagu-lagu di atas juga viral di sosial media lantaran banyak dipakai untuk latar konten-konten di Tiktok maupun Instagram.
Dengan perhatian yang terus-menerus terhadap konten-konten yang berlatar lagu sedih seperti ini, memungkinkan seseorang jadi makin terbiasa dengan kesedihan dan tanpa sadar justru mencari pengalaman yang cocok dengan emosi tersebut. Alternatif yang mungkin bisa mengatasi hal tersebut adalah dengan mengawali mendengar musik sedih lalu perlahan-lahan beralih ke musik yang lebih bernuansa bahagia, mungkin perlahan bisa membantu menurunkan tingkat depresi secara signifikan. Jadi, bukannya tenggelam dalam lagu-lagu melankolis sepanjang hari, seseorang bisa mencoba mendengarkan musik yang perlahan-lahan meningkatkan suasana hati mereka. Artinya, musik memang bisa jadi alat untuk mengelola emosi, asalkan digunakan dengan cara yang tepat.
Jadi, pada akhirnya mendengarkan musik sedih bukanlah sesuatu yang harus dihindari sama sekali. Dalam dosis yang tepat, musik bisa menjadi teman yang membantu kita memahami dan mengelola perasaan. Tapi kalau merasa bahwa musik justru semakin memperburuk suasana hati, ada baiknya mencoba variasi genre musik lain atau mencari cara lain untuk mengatasi emosi, seperti berbicara dan bercerita dengan teman atau orang terdekat, menulis, berolahraga atau melakukan kegiatan yang kita sukai. Sebagai generasi yang sangat terhubung dengan teknologi dan media, generasi Z memiliki kesempatan untuk menggunakan musik dengan cara yang lebih sehat dan positif. Yang penting adalah menyadari bagaimana musik mempengaruhi emosi kita dan belajar menyeimbangkan playlist agar tidak terjebak dalam pusaran kesedihan yang berkepanjangan.
Opini
Stranger Things – Siap Melihat Kisah Akhir dari Kota Hawkins? Ini 5 Hal yang Bikin Stranger Things Iconic!
Published
3 weeks agoon
22 October 2025By
Mitra Wacana

Zaky Nur Maktsuroh
Halo! Kalian ada yang belum nonton serial Stranger Things? Ini adalah saatnya untuk langsung kejar semua season-nya! Serial ini salah satu serial terbaik yang pernah ada di Netflix. Dari season 1 sampai season 4, perjalanan serial ini bikin aku speechless. Dan pada bulan November 2025 ini, Stranger Things akan hadir kembali untuk final season. Sebelum nonton season 5 yuk kita throwback dulu!
Season 1: Kita ingat lagi saat seorang anak hilang di sebuah kota Hawkins. Ternyata ada cerita ke dunia lain yang disebut “Upside Down”! Plot twist yang gila. Season 1 ini misterinya dapat dan pengenalan karakter yang smooth. Winona Ryder sebagai Joyce Byers bawa beban emosional yang berat dengan sempurna, ini buat penonton nangis sih.
Season 2: Alurnya agak melambat di bagian tengah, tapi tetap worth it ditonton. Perkembangan karakternya terlihat, terutama Eleven. Lalu ada pengenalan Maxine yang fresh dan bikin vibes lebih colorful. Banyak orang bilang season ini “underrated“, tapi tetap punya momen emosi pastinya!
Season 3: SEASON 3 PALING KEREN! Dinamika karakter yang udah demasa, akting nya intens, dan yang bikin season ini paling keren adalah nostalgia 80s-nya. Dari setting mall, synth musik, dan pertemanan yang semakin solid bikin season ini banyak disukai orang.
Season 4: Episode panjang dan munculnya Vecna sebagai penjahat yang legit menakutkan. Season ini ada yang suka dan ada yang kurang suka. Episode 1-7 mungkin agak membosankan, terus episode 8-9 boom! Semuanya seakan terjadi dalam satu waktu. Backstory-nya sangat kompleks. Chemistry Millie Bobby Brown dan Winona Ryder di season ini heartbreaking banget.
5 Hal yang Bikin Stranger Things Ikonik?
- Nostalgia 80s, dari fashion sampai musik vintage buat aestetik. Bagi yang pernah hidup di era 80-an, serial ini adalah perjalanan nostalgia yang menyenangkan. Sementara bagi generasi muda, Stranger Things menjadi jendela untuk melihat keindahan kesederhanaan masa lalu.
- Perkembangan Karakter yang smooth dari season 1 sampai season 4, perkembangan karakternya nya nggak terasa dipaksa. Terutama dari sekelompok anak-anak yang gemar bermain Dungeons & Dragons – Mike, Dustin, Lucas, dan Will – kita melihat mereka tumbuh dan berkembang melalui empat season.
- Kombinasi horror, drama, dan komedi yang seimbang. Serial ini tahu kapan harus takut, kapan harus fokus, dan kapan harus lucu. Kemampuan serial ini untuk berpindah antar genre dengan mulus tanpa kehilangan fokus cerita adalah hal yang keren.
- Persahabatan dan Kekeluargaannya yang solid, persahabatan Mike, Dustin, Lucas, dan Will adalah fondasi dari seluruh cerita, tidak peduli seberapa menakutkan ancaman yang kita hadapi, bersama teman-teman kita bisa menghadapi apa pun. Mereka menunjukkan loyalitas tanpa batas, saling melindungi, dan tidak pernah menyerah satu sama lain. Bahkan karakter-karakter dewasa seperti Joyce Byers dan Jim Hopper menunjukkan betapa kuatnya cinta dan pengorbanan untuk melindungi orang-orang yang mereka sayangi.
- Dunia Upside Down yang Misterius. Dimensi paralel yang gelap dan menakutkan ini menjadi sumber misteri dan ketegangan sepanjang serial. Monster-monster ikonik seperti Demogorgon, Mind Flayer, dan Vecna menjadi antagonis yang menakutkan sekaligus menarik. Setiap season mengungkap lebih banyak rahasia tentang dimensi ini, membuat penonton terus penasaran dan berspekulasi.
Nah, season 5 udah di depan mata! Ini final season, jadi harus menutup semua cerita dengan memuaskan. Sekarang tinggal tunggu season 5 dan bersiap-siap untuk petualangan terakhir! Siapa tau ada yang bakal bikin kita terharu. This is the end—jadi pastikan kalian sudah nonton season 1-4 sebelum season 5 tayang!
Highly recommended untuk semua orang! Serius, nggak peduli umur, series ini punya sesuatu untuk semua orang. Ada horror, drama, action, humor, dan nostalgia yang bikin kita penonton betah dan penasaran terus.
Happy watching!










