web analytics
Connect with us

Publikasi

Mitra Wacana dan LBH APIK Yogyakarta Tandatangani MoU untuk Penanganan Kasus Kekerasan Berbasis Gender

Published

on

Yogyakarta, 26 Februari 2025 – Mitra Wacana dan Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH APIK) Yogyakarta menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) mengenai pelimpahan kasus-kasus kekerasan berbasis gender. Acara ini berlangsung di kantor Mitra Wacana dan dihadiri oleh Direktur LBH APIK Yogyakarta, Siti Roswati Handayani, SH., MPA, beserta rombongan, serta Ketua Dewan Pengurus Mitra Wacana, Wahyu Tanoto, bersama staf.

Sebelum prosesi penandatanganan, kegiatan diawali dengan diskusi terfokus yang membahas fenomena maraknya kekerasan seksual berbasis gender elektronik di media sosial. Selain itu, diskusi juga membahas tentang meningkatnya kerentanan masyarakat terhadap modus penipuan daring seperti scamming untuk judi online dan love scam.

Dalam paparannya, Roswati menegaskan bahwa kerja sama ini diharapkan dapat memperkuat kedua lembaga dalam merespon dan menangani kasus-kasus kekerasan berbasis gender secara lebih efektif.

“Kami berharap sinergi ini dapat meningkatkan kapasitas dan efektivitas dalam mendampingi para korban serta memperluas jangkauan advokasi,” ujar Roswati.

Sementara itu, Ketua Dewan Pengurus Mitra Wacana, Wahyu Tanoto, menyatakan bahwa Mitra Wacana pada prinsipnya selalu terbuka untuk bekerja sama dengan organisasi mana pun yang memiliki kepedulian terhadap isu gender dan perlindungan hak-hak perempuan.

“Kolaborasi seperti ini menjadi bagian dari upaya bersama untuk memberikan perlindungan dan keadilan bagi korban kekerasan berbasis gender,” ungkap Tanoto.

Acara penandatanganan MoU ini berjalan lancar dan diakhiri dengan sesi foto bersama sebagai simbol komitmen kedua lembaga dalam menangani dan mengadvokasi kasus-kasus kekerasan berbasis gender di Yogyakarta dan sekitarnya. (wtn).

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Berita

Masyarakat Baciro Ikuti Lokalatih Deteksi Dini Intoleransi dan Radikalisme Kolaborasi Lintas Iman untuk Menjaga Keberagaman

Published

on

Puluhan warga Kelurahan Baciro, Gondokusuman, mengikuti Lokalatih deteksi dini intoleransi, radikalisme, dan ekstremisme (IRE) di Aula Kelurahan setempat, Rabu (19/3/2025). Kegiatan yang diselengarakan oleh Mitra Wacana yang didukung oleh Yayasan Keadilan dan Perdamaian Indonesia (YKPI). Pelatihan ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman masyarakat dalam mengenali tanda-tanda dini IRE serta membangun strategi perlindungan diri dan komunitas.

Sebanyak 24 peserta yang berasal dari berbagai kelompok, termasuk perempuan, pemuda, tokoh agama, dan perwakilan pemerintah kelurahan, mengikuti kegiatan ini dengan antusias. Lokalatih ini merupakan bagian dari program Merajut Kolaborasi Lintas Iman dalam Upaya Pencegahan Intoleransi, Radikalisme, dan Ekstremisme, yang hadir sebagai respons atas meningkatnya kasus intoleransi di Yogyakarta. Kota yang dikenal dengan keberagamannya ini menghadapi berbagai tantangan, seperti ujaran kebencian, tindakan diskriminatif, serta ketegangan berbasis perbedaan identitas yang dapat mengancam harmoni sosial. Oleh karena itu, pemahaman tentang deteksi dini IRE menjadi sangat penting.

Dalam sambutannya, Lurah Baciro, Sutikno, menegaskan pentingnya upaya preventif untuk menjaga perdamaian dan kerukunan di wilayahnya. “Kelurahan Baciro adalah miniatur Yogyakarta: padat, majemuk, namun rentan gesekan. Pelatihan ini menjadi langkah penting dalam membangun kesadaran kolektif agar konflik dapat dicegah sedini mungkin. Kami sangat mengapresiasi Mitra Wacana atas inisiatif ini,” ujarnya.

Dua narasumber dengan latar belakang berbeda dihadirkan untuk memberikan perspektif yang mendalam. Bayu, perwakilan dari Kesbangpol Kota Yogyakarta, membahas situasi terkini terkait IRE, mengenali bentuk-bentuk intoleransi, serta strategi deteksi dini. Ia juga memaparkan beberapa studi kasus insiden intoleransi yang pernah terjadi di Yogyakarta sebagai pembelajaran bagi peserta. Sementara itu, Siti Aminah dari Srikandi Lintas Iman Yogyakarta mengajak peserta untuk menggali cara menghilangkan prasangka terhadap kelompok berbeda, membangun dialog lintas iman yang konstruktif, serta memahami strategi perlindungan diri dari pengaruh negatif IRE.

Tidak hanya sekadar sesi pemaparan materi, kegiatan ini juga mengedepankan diskusi interaktif dan simulasi dalam mengidentifikasi potensi IRE di lingkungan sekitar. Peserta diajak untuk berbagi pengalaman serta mendiskusikan solusi yang dapat diterapkan di komunitas masing-masing. Dengan metode yang partisipatif, pelatihan ini berhasil menciptakan ruang dialog yang inklusif dan mendorong keterlibatan aktif peserta.

“Harapan kami, kegiatan ini tidak hanya memberi pemahaman, tetapi juga membangun komitmen peserta sebagai agen perubahan di komunitas mereka. Dengan meningkatkan kesadaran dan keterampilan dalam membangun dialog yang sehat, kita bisa bersama-sama menjaga keberagaman agar tetap menjadi kekuatan, bukan sumber konflik,” ungkap Ruliyanto, Koordinator Program.

Melalui lokakarya ini, diharapkan peserta dapat memahami berbagai bentuk IRE, memperkuat jejaring komunikasi lintas iman, serta membangun lingkungan yang lebih damai dan harmonis di Baciro dan sekitarnya. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat, diharapkan ancaman intoleransi dan radikalisme dapat dicegah sebelum berkembang lebih jauh.

Continue Reading

Trending