Arsip
Workshop Mekanisme Pelindungan Warga dari Ancaman Tindak Pidana Perdagangan Orang
Published
2 years agoon
By
Mitra Wacana
Kulon Progo, 6-7 Desember 2023, Mitra Wacana mengadakan workshop bagi perwakilan P3A dan kelompok Media Desa dengan tema “Mekanisme Pelindungan Warga dari Ancaman Tindak Pidana Perdagangan Orang” yang dilaksanakan 2 hari pad tanggal 6-7 Desember 2023 bertempat di Hotel ibis Yogyakarta International Airport, Kulon Progo. Kegiata ini bertujuan guna mendukung adanya regulasi dan mekanisme ditingkat kalurahan dan kabupaten yang melindungi warga agar terbebas jeratan perdagangan orang.
Pelaksanaan workshop menghadirkan berbagai narasumber, mulai dari Kepala BP3MI DIY, Kapolres Kulon Progo, Kepala Dinas Sosial PPA, Kepala Dinas Tenaga Kerja KP, Ketua Perkumpulan Mitra Wacana dan Fasilitator Pegiat Mitra Wacana.
![]()

Dalam kurun 2020-2021 terlaporkan 1.581 menjadi korban perdagangan orang di Indonesia. Di Kulon Progo sendiri, belum ada laporan resmi warga kulon progo yang menjadi korban TPPO. Namun pada kenyataanya 20% Pekerja Migran rentan menjadi korban TPPO, praktek pengangkatan anak secara ilegal, perjodohan untuk melunasi hutang, penipuan lowongan pekerjaan, pemagangan kerja unprosedural dan prostitusi online sangat erat dengan kejahatan kemanusiaan ini.
Sejak juni 2023 hingga saat ini eskalasi korban TPPO semakin tinggi setidaknya ada 29 korban yang telah di identifikasi, fakta tersebut membuktikan Kulon Progo sangat rentan menjadi wilayah transit/perlintasan TPPO.
Pada hari pertama Kerentanan, upaya pencegahan dan penanganan TPPO di bidang Ketenagakerjaan. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kulon Progo, Drs. Nur Wahyudi, MM mengatakan, pihaknya mendukung dan mengapresiasi kegiatan ini karena sangat membantu dalam tugas-tugs Dinas Tenaga Kerja Organisasi Kulon Progo, Nur Wahyudi juga menambahkan, informasi dan edukasi dalam workshop tersebut tentunya secara berjenjang dapat diteruskan kembali di lingkup yang lebih kecil dari kelurahan, pedukuhan, hingga masyarakat.

Ditambahkan, “Jadilah pekerja migran Indonesia yang aman, sesuai dengan prosedur yang ada sehingga memberikan manfaat bagi keluarga, masyarakat juga bangsa dan negara.”, ucap Nur Wahyudi.
Dalam kegiatan hari kedua , diawali dengan ice breking berupa senam, kemudian dilanjutkan mereview materi hari pertama, dan mengidentifikasi terkait permasalahan, situasi dan kondisi migrasi dan isu perdagangan orang di tingkat kelurahan. Dalam kegiatan ini juga diselingi dengan shearing dari perwakilan P3A terkait permasalahan tersebut. Kemudain setelah itu dilanjutkan dengan shearing terkait pemahaman berbasis UU dan Kebijakan daerah yaitu UU PPMI No 18 Tahun 2017 dan Perbub TPPO. Kegiatan ini guna meningkatkan pemahaman peserta terkait alur, mekanisme dan kewenanagn masing-masing tingkatan. Kemudian dilanjutkan dengan praktik terkait hal tersebut. Kegiatan praktik ini dilakukan oleh perwakilan peserta setiap daerah didampingi oleh teman-teman dari Mitra wacana. Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi terkait UU PPMI No.18 tahun 2017, ditutup dengan pembuatan rancangan tindak lanjut oleh setiap P3A dan kalurahan masing-masing.
(Oleh Aviara)
You may like
Arsip
Merajut Kolaborasi Lintas Iman: Mencegah Intoleransi, Radikalisme dan Ekstremisme Di Baciro
Published
2 months agoon
10 September 2025By
Mitra Wacana
Sebagai upaya melakukan pencegahan terhadap fenomena intoleransi, radikalisme dan ekstremisme (IRE), Mitra Wacana melaksanakan program kolaboratif dengan masyarakat lintas iman sepanjang bulan Maret hingga Mei 2025. Program ini dilaksanakan di Kalurahan Baciro, Kapanewon Gondokusuman Kota Yogyakarta. Dijalankannya program ini tidak terlepas dari eskalasi kasus intoleransi yang sempat terjadi di Yogyakarta dalam beberapa tahun terakhir. Kasus-kasus tersebut menjadi goresan-goresan luka bagi realitas masyarakat Yogyakarta yang kaya akan keberagaman dan menjunjung kehidupan yang toleran.
Kalurahan Baciro dipilih karena beberapa alasan. Pertama, Kalurahan Baciro merepresentasikan kemajemukan masyarakatnya yang meliputi warga urban, mahasiswa dan masyarakat lintas iman. Kedua, di Baciro pernah terjadi tindakan intoleran berupa penolakan rumah ibadah dan persekusi terhadap kelompok Ahmadiyah. Ketiga, tokoh lokal dan struktur formal di Kalurahan Baciro memberikan dukungan untuk dilaksanakannya program ini. Selain itu, Baciro juga telah ditetapkan sebagai Kalurahan Kerukunan sehingga memiliki potensi besar untuk dijadikan model replikasi upaya pencegahan IRE.
Melalui program ini, Mitra Wacana hadir dengan pendekatan partisipatif, melibatkan perempuan, orang muda, tokoh agama, aparat, kelompok minoritas, organisasi lintas iman dan media sebagai agen yang merawat keberagaman. Pelaksana program menggunakan pendekatan edukasi berbasis komunitas berperspektif gender, menghadirkan ruang aman bagi dialog lintas iman serta melakukan kampanye narasi damai baik secara daring maupun luring.
Program ini diawali dengan dialog bersama para jurnalis untuk mengkampanyekan narasi damai di media. Selain mengajak jurnalis dan admin media berbagai komunitas dan lembaga, media Mitra Wacana sendiri juga melakukan produksi konten narasi damai dan mempublikasikannya dengan mengajak jejaring sebagai kolaborator postingan media sosial. Di samping itu, Mitra Wacana juga memberikan workshop mengenai kampanye digital kepada admin media sosial komunitas-komunitas yang ada di Yogyakarta.
Implementasi program ini juga meliputi lokalatih tentang pengenalan IRE dan strategi pencegahannya yang dilaksanakan sebanyak dua kali, peluncuran Buku Panduan Praktis Deteksi Dini IRE, talkshow di radio untuk memperluas jangkauan isu, evaluasi partisipatif hingga audiensi ke Walikota Yogyakarta dan Kesbangpol DIY. Namun, pencegahan IRE tidak sepenuhnya berjalan mulus. Beberapa hal masih menjadi tantangan dalam pelaksanaan program misalnya masih adanya stigma terhadap minoritas (Ahmadiyah, penghayat). Kemudian, pencegahan IRE juga tidak dianggap populer di media, tidak semua masyarakat dan organisasi terjangkau langsung serta durasi program yang sangat singkat.
Mitra Wacana perlu menerapkan strategi khusus agar program pencegahan IRE ini berjalan lancar dan menghasilkan output serta outcome yang tepat sasaran. Adapun beberapa strategi yang dilakukan Mitra Wacana antara lain: membangun kepercayaan melalui komunikasi personal dengan kelompok minoritas, melakukan kolaborasi strategis dengan Aliansi Jurnalis Independen Yogyakarta, distribusi buku deteksi dini IRE ke 21 Rukun Warga serta advokasi ke Wali Kota dan Kesbangpol untuk keberlanjutan kebijakan dan replikasi program.
Program yang dijalankan Mitra Wacana ini berhasil menjangkau 53 peserta dari beragam gender, agama dan usia. Kemudian, menghasilkan lebih dari 25 konten digital edukatif dengan lebih dari 82 ribu penonton, menjangkau 41 kolaborator, menghasilkan 10 artikel dan 38 publikasi kegiatan, tersusunnya Buku Panduan Praktis Deteksi Dini IRE serta menjangkau 21 content creator.
Hasil survei terhadap peserta menunjukkan bahwa peserta meningkat dari sisi pengetahuan, sikap dan perilaku. Tools deteksi dini IRE juga dirasakan sangat membantu sebagai alat mengidentifikasi gejala intoleransi, radikalisme dan ekstremisme dalam masyarakat. Nugraha Dhayu Mukti dari Gema Pakti mengaku setelah mengikuti program ini dia merasa lebih paham tentang bentuk dan perilaku IRE. Selain itu dia merasa lebih percaya diri karena penghayat kepercayaan sudah mulai diterima berkegiatan secara umum atau lintas iman karena Mitra Wacana selalu melibatkan kelompok penghayat di setiap kegiatan.
Adapun Abdul Halim dari FKUB Kota Yogyakarta menyampaikan program-program yang dilaksanakan Mitra Wacana menjadi ruang dialog lintas iman yang sesungguhnya. “Kegiatan lintas iman seperti ini memberi ruang untuk membangun silaturahmi lintas iman. Tidak sekadar teori, tapi benar-benar menghidupkan dialog” ungkapnya. Program ini membuktikan bahwa perdamaian bisa dibangun mulai dari ruang-ruang kecil yang partisipatif dan keterlibatan lintas kelompok menjadi kunci keberhasilan. (wiji nur asih)








