Arsip
Pelatihan Pers Release LKiS bersama NGO, Komunitas dan Gerakan Sosial di Yogyakarta
Published
10 months agoon
By
Mitra Wacana
Yayasan LKiS mengadakan kegiatan pelatihan membuat Pers Rilis bagi admin NGO, komunitas, dan jurnalis di Yogyakarta pada hari Jumat, 31 Januari 2025. Kegiatan iini merupakan upaya dari Yayasan LKiS untuk mendukung kerja-kerja komunitas dan Gerakan sosial di Yogyakarta dalam meningkatkan visibilitas literasi guna mendukung kerja-kerja advokasi. Pelatihan ini diselenggarakan di sekertariat Yayasan LKiS dan dihadiri oleh lebih dari 15 peserta dari berbagai komunitas.
Pelatihan ini diisi oleh Lugas dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta denngan materi berjudul “Membuat Pers Release.” Lugas menyampaikanbeberapa ciri pers release yang baik diantaranya adalah bersifat to the point, memiliki angle pemberitaan yang jelas, serta mengutip pendapat naras umber baik melalui wawancara secara langsung maupun kutipan pernyataan guna memperkuat validasi dari pers release tersebut.
Lebih lanjut Lugas menyampaikan juga bahwa snagat penting untuk memilih judul yang menarik dan lead paraggraf yang dapat berfungsi sebagai “hook”bagi pembaca. Catatan terakhir yang perlu diperhatikan ialah kecepatan waktu, dimana pers release idealnya dibuat.
Beberapa peserta pelatihan juga membagikan pengalamannya dalam membuat pers release seperti hambatan dalam membuat pers release untuk kegiatan yang memiliki durasi yang sangat panjang dan melelahkan. Untuk mengatasi tantangan semacam ini Lugas mengatakan, “kadang akan lebih efisien dan mudah jika kita mulai mengerjakan pers release itu ketika masih berkegiatan, jadi dicicil. Sehingga pasca kegiatan, penulis hanya perlu menambahkan kutipan-kutipan serta beberapa penyesuaian tertentu.”
Kegiatan ini menjadi sangat penting bagi gerakan sosial di Yogyakarta karena peran media yang begitu vital dalam mengamplifikasi sebuah isu, termasuk proses advokasi yang dilakukan gerakan sosial. Tanpa memiliki kemampuan membuat pers release yang baik, setiap agenda Gerakan sosial akan menghilang begitu saja. Terakhir, Ade, selaku moderator dalam acara ini menawarkan bagi seluruh peserta yang akan membuat pers release bisa mendapatkan beberapa kontak penting beberapa jurnalis untuk membantu penerbitan pers release.
(Alfi)
You may like
Arsip
Merajut Kolaborasi Lintas Iman: Mencegah Intoleransi, Radikalisme dan Ekstremisme Di Baciro
Published
2 months agoon
10 September 2025By
Mitra Wacana
Sebagai upaya melakukan pencegahan terhadap fenomena intoleransi, radikalisme dan ekstremisme (IRE), Mitra Wacana melaksanakan program kolaboratif dengan masyarakat lintas iman sepanjang bulan Maret hingga Mei 2025. Program ini dilaksanakan di Kalurahan Baciro, Kapanewon Gondokusuman Kota Yogyakarta. Dijalankannya program ini tidak terlepas dari eskalasi kasus intoleransi yang sempat terjadi di Yogyakarta dalam beberapa tahun terakhir. Kasus-kasus tersebut menjadi goresan-goresan luka bagi realitas masyarakat Yogyakarta yang kaya akan keberagaman dan menjunjung kehidupan yang toleran.
Kalurahan Baciro dipilih karena beberapa alasan. Pertama, Kalurahan Baciro merepresentasikan kemajemukan masyarakatnya yang meliputi warga urban, mahasiswa dan masyarakat lintas iman. Kedua, di Baciro pernah terjadi tindakan intoleran berupa penolakan rumah ibadah dan persekusi terhadap kelompok Ahmadiyah. Ketiga, tokoh lokal dan struktur formal di Kalurahan Baciro memberikan dukungan untuk dilaksanakannya program ini. Selain itu, Baciro juga telah ditetapkan sebagai Kalurahan Kerukunan sehingga memiliki potensi besar untuk dijadikan model replikasi upaya pencegahan IRE.
Melalui program ini, Mitra Wacana hadir dengan pendekatan partisipatif, melibatkan perempuan, orang muda, tokoh agama, aparat, kelompok minoritas, organisasi lintas iman dan media sebagai agen yang merawat keberagaman. Pelaksana program menggunakan pendekatan edukasi berbasis komunitas berperspektif gender, menghadirkan ruang aman bagi dialog lintas iman serta melakukan kampanye narasi damai baik secara daring maupun luring.
Program ini diawali dengan dialog bersama para jurnalis untuk mengkampanyekan narasi damai di media. Selain mengajak jurnalis dan admin media berbagai komunitas dan lembaga, media Mitra Wacana sendiri juga melakukan produksi konten narasi damai dan mempublikasikannya dengan mengajak jejaring sebagai kolaborator postingan media sosial. Di samping itu, Mitra Wacana juga memberikan workshop mengenai kampanye digital kepada admin media sosial komunitas-komunitas yang ada di Yogyakarta.
Implementasi program ini juga meliputi lokalatih tentang pengenalan IRE dan strategi pencegahannya yang dilaksanakan sebanyak dua kali, peluncuran Buku Panduan Praktis Deteksi Dini IRE, talkshow di radio untuk memperluas jangkauan isu, evaluasi partisipatif hingga audiensi ke Walikota Yogyakarta dan Kesbangpol DIY. Namun, pencegahan IRE tidak sepenuhnya berjalan mulus. Beberapa hal masih menjadi tantangan dalam pelaksanaan program misalnya masih adanya stigma terhadap minoritas (Ahmadiyah, penghayat). Kemudian, pencegahan IRE juga tidak dianggap populer di media, tidak semua masyarakat dan organisasi terjangkau langsung serta durasi program yang sangat singkat.
Mitra Wacana perlu menerapkan strategi khusus agar program pencegahan IRE ini berjalan lancar dan menghasilkan output serta outcome yang tepat sasaran. Adapun beberapa strategi yang dilakukan Mitra Wacana antara lain: membangun kepercayaan melalui komunikasi personal dengan kelompok minoritas, melakukan kolaborasi strategis dengan Aliansi Jurnalis Independen Yogyakarta, distribusi buku deteksi dini IRE ke 21 Rukun Warga serta advokasi ke Wali Kota dan Kesbangpol untuk keberlanjutan kebijakan dan replikasi program.
Program yang dijalankan Mitra Wacana ini berhasil menjangkau 53 peserta dari beragam gender, agama dan usia. Kemudian, menghasilkan lebih dari 25 konten digital edukatif dengan lebih dari 82 ribu penonton, menjangkau 41 kolaborator, menghasilkan 10 artikel dan 38 publikasi kegiatan, tersusunnya Buku Panduan Praktis Deteksi Dini IRE serta menjangkau 21 content creator.
Hasil survei terhadap peserta menunjukkan bahwa peserta meningkat dari sisi pengetahuan, sikap dan perilaku. Tools deteksi dini IRE juga dirasakan sangat membantu sebagai alat mengidentifikasi gejala intoleransi, radikalisme dan ekstremisme dalam masyarakat. Nugraha Dhayu Mukti dari Gema Pakti mengaku setelah mengikuti program ini dia merasa lebih paham tentang bentuk dan perilaku IRE. Selain itu dia merasa lebih percaya diri karena penghayat kepercayaan sudah mulai diterima berkegiatan secara umum atau lintas iman karena Mitra Wacana selalu melibatkan kelompok penghayat di setiap kegiatan.
Adapun Abdul Halim dari FKUB Kota Yogyakarta menyampaikan program-program yang dilaksanakan Mitra Wacana menjadi ruang dialog lintas iman yang sesungguhnya. “Kegiatan lintas iman seperti ini memberi ruang untuk membangun silaturahmi lintas iman. Tidak sekadar teori, tapi benar-benar menghidupkan dialog” ungkapnya. Program ini membuktikan bahwa perdamaian bisa dibangun mulai dari ruang-ruang kecil yang partisipatif dan keterlibatan lintas kelompok menjadi kunci keberhasilan. (wiji nur asih)








