web analytics
Connect with us

Berita

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dan Mitra Wacana Perkuat Sinergi Cegah Perdagangan Orang dan Kekerasan Berbasis Gender

Published

on

Kulon Progo, 29 Juli 2025 — Pemerintah Kabupaten Kulon Progo menyambut baik kehadiran LSM Mitra Wacana dalam audiensi resmi yang digelar pada Selasa (29/07), membahas kerja sama strategis untuk menangani isu-isu sosial yang kian kompleks, terutama Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), kekerasan berbasis gender, serta perlindungan perempuan dan anak. Forum ini merupakan tindak lanjut dari permohonan audiensi kepada Bupati dan dihadiri oleh Dinas Sosial PPPA, Dinas Tenaga Kerja, Kesbangpol, Sekretariat Daerah serta Organisasi Pemerintah Daerah terkait.

Mitra Wacana telah menjalankan programnya di Kulon Progo sejak 2014. Audiensi kali ini berfokus pada pemaparan capaian dan tantangan program priode 2021-2024 dalam kerja-kerja di sembilan Kalurahan di tiga Kapanewon. Program yang diusung mencakup pencegahan perdagangan orang, pemberdayaan ekonomi, pelindungan pekerja migran dan advokasi kebijakan.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Mitra Wacana pada akhir 2024 lalu bahwa 20% Pekerja migran di Kulonprogo mengalami masalah dan rentan menjadi korban perdagangan orang.  . Praktek migrasi undokumen, pemotongan gaji, overcharging dan kekerasan masih ditemukan.  “Ini menunjukkan adanya migrasi yang berisiko dan potensi TPPO yang tinggi,” ungkap Wahyu Tanoto dari Mitra Wacana. Dari hasil assessment dan pemantauan yang dilakukan Mitra Wacana,  Kulonprogo masih rentan menjadi, asal, transit dan tujuan TPPO.

Dalam paparannya, Mitra Wacana menyoroti pula kasus eksploitasi digital dan skema penipuan di luar negeri yang melibatkan warga DIY, termasuk anak muda dari Kulon Progo. Salah satunya adalah korban perempuan yang dijebak ke Kamboja melalui modus pekerjaan fiktif dan dieksploitasi secara seksual serta ekonomi.

Siti Sholikhah dari Dinas Sosial PPPA menegaskan pentingnya kemitraan dengan LSM untuk menghadapi kompleksitas kasus kekerasan. “Tanpa kolaborasi, kami akan kewalahan menangani kasus yang terus meningkat, dari KDRT, kekerasan anak, hingga perdagangan orang,” ujarnya.

Data dari Disnakertrans Kulon Progo menunjukkan 95 warga menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) pada semester pertama 2025, mayoritas ke Malaysia. Namun, keterbatasan sosialisasi dan literasi migrasi membuat warga rentan menjadi korban penipuan dan eksploitasi.

Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Drs. Jazil Ambar Was’an, menyampaikan refleksi mendalam atas fenomena sosial ini. “Masalah-masalah ini bukan hanya kabar, tapi luka sosial yang membutuhkan kerja kolektif dari semua pihak—keluarga, sekolah, pemerintah, dan masyarakat.”

Audiensi ini juga membahas potensi penandatanganan MoU antara Pemkab Kulon Progo dan Mitra Wacana sebagai dasar legalitas kerja sama ke depan. Pemerintah daerah membuka ruang untuk penguatan kolaborasi, dengan target menjadikan seluruh Kalurahan sebagai Kesa Ramah Perempuan dan Peduli Anak pada 2029.

“Ini bukan sekadar soal data dan angka. Ini soal martabat manusia, tentang bagaimana kita bersama mencegah anak-anak kita, perempuan, dan warga yang rentan jatuh ke jurang eksploitasi,” tutup Wahyu Tanoto dengan penuh keprihatinan dan semangat kolaborasi.

Dalam Audiensi kali ini Mitra Wacana mengajukan kolaborasi dan dukungan untuk program 2025-2027 mendatang sebagai berikut :

  1. Program pendampingan dan pemberdayaan masyarakat di 9 Kalurahan, meliputi (Hargorejo, Kalirejo, Hargotirto, Sentolo, Demangrejo, Salamrejo, Banaran, Nomporejo, dan Tirtorahayu).
  2. Mendorong peningkatan sebaran Kalurahan Ramah Perempuan dan Peduli Anak.
  3. Mendukung pendirian dan pengelolaan Migrant Crisis Center. Khususnya dikawasan Bandara YIA (Kapanewon Temon).
  4. Meningkatkan sinergi antar pihak dalam upaya pencegahan TPPO di Kabupaten Kulon Progo.
  5. Advokasi dalam rangka mewujudukan pemenuhan hak dan pelindungan masyarakat dari kekerasan berbasis gender.

Dengan berlangsungnya audiensi ini, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dan Mitra Wacana menunjukkan komitmen bersama dalam membangun sistem perlindungan sosial yang lebih kuat dan responsif. Sinergi lintas sektor ini diharapkan tidak hanya memperkuat langkah preventif terhadap tindak pidana perdagangan orang dan kekerasan berbasis gender, tetapi juga menciptakan lingkungan yang aman, adil, dan inklusif bagi seluruh warga, terutama perempuan dan anak.

Pemerintah daerah mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus mengedepankan kepedulian sosial, memperkuat ketahanan keluarga, dan membangun kesadaran kritis terhadap potensi eksploitasi dalam berbagai bentuk. Melalui kerja sama yang berkelanjutan dan berbasis nilai kemanusiaan, Kulon Progo diharapkan dapat menjadi wilayah yang benar-benar ramah bagi semua, dan bebas dari segala bentuk kekerasan dan perdagangan orang.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Berita

Mitra Wacana Dorong Pemerintah Perkuat Pelindungan bagi Pekerja Migran Indonesia

Published

on

Jakarta, 10 November 2025 — Mitra Wacana turut berpartisipasi aktif dalam Konsultasi Nasional tentang Akses terhadap Pelindungan Sosial yang Layak dan Berkelanjutan bagi Pekerja Migran Indonesia yang diselenggarakan di Swiss-Belresidences Kalibata, Jakarta Selatan. Kegiatan ini diinisiasi oleh Migrant Forum in Asia (MFA) bekerja sama dengan Migrant Care, Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI), dan Solidaritas Perempuan, dengan dukungan dari IOM melalui program Migration, Business and Human Rights in Asia (MBHR Asia) yang didanai oleh Uni Eropa dan Pemerintah Swedia.

Acara yang dihadiri oleh perwakilan pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan serikat buruh ini bertujuan untuk memperkuat advokasi dan sinergi kebijakan dalam menjamin akses perlindungan sosial bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI), baik di tahap pra-penempatan, selama bekerja di luar negeri, maupun setelah kembali ke tanah air.

Dalam sesi diskusi, berbagai isu krusial mencuat, mulai dari minimnya akses pendidikan dan lapangan kerja yang layak di dalam negeri hingga praktik perekrutan yang tidak adil dan jeratan hutang yang menjerat calon pekerja migran. Kondisi ini, menurut para peserta, memperlihatkan bagaimana kemiskinan struktural masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah.

“Ketika pemerintah tidak menyediakan akses pendidikan dan pekerjaan yang layak, masyarakat akhirnya mencari penghidupan di luar negeri. Tapi di sana pun mereka menghadapi eksploitasi dan kekerasan, bahkan ada yang tidak kembali dengan selamat,” ungkap salah satu peserta diskusi yang menyoroti rentannya posisi pekerja migran di berbagai negara penempatan.

Mitra Wacana, melalui perwakilannya Nurmalia, menegaskan pentingnya tanggung jawab negara dalam memastikan perlindungan menyeluruh bagi PMI. Ia menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan lembaga internasional agar pekerja migran dan keluarganya memperoleh jaminan sosial yang adil.

“Negara harus hadir secara konkret, tidak hanya menjadikan PMI sebagai pahlawan devisa, tetapi juga memastikan mereka terlindungi dari hulu ke hilir. Kami mendesak pemerintah untuk memperkuat kerja sama antara BPJS Ketenagakerjaan dan perwakilan Indonesia di luar negeri, agar sistem perlindungan berjalan efektif dan tidak ada lagi korban yang dipulangkan tanpa pemulihan yang layak,” tegas Nurmalia, mewakili Mitra Wacana.

Konsultasi nasional ini juga merekomendasikan penguatan kebijakan jaminan sosial lintas negara serta sistem reimbursement yang memungkinkan pekerja mendapatkan layanan kesehatan sebelum dipulangkan. Para peserta berharap hasil diskusi ini menjadi pijakan bagi advokasi regional dalam memperjuangkan kebijakan yang lebih adil, berkelanjutan, dan berpihak pada pekerja migran.

Kegiatan ditutup dengan komitmen bersama untuk memperluas jaringan advokasi dan mendorong pembentukan kebijakan yang tidak hanya melindungi pekerja migran, tetapi juga memberikan jaminan kesejahteraan bagi keluarga mereka di tanah air.

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending