Berita
Delapan Tahun Pesisir: Tumbuh Berkembang Tetap Jaya dalam Kebersamaan

Published
1 year agoon
By
Mitra Wacana
Oleh Yunia Nur Andini
Tanggal 16 Desember 2023, Pusat Pembelajaran Perempuan dan Anak (P3A) Pesisir, Kalurahan Banaran, Kapanewon Galur, Kabupaten Kulon Progo mengadakan acara Senam dan Gowes Sehat, dalam rangka memperingati hari ulang tahun ke-8 P3A Pesisir. Acara ini mengangkat tajuk “Tumbuh Berkembang Tetap Jaya dalam Kebersamaan”. Tema tersebut bermakna perjalanan Pesisir dari lahir hingga berkembang seperti sekarang, berkat kebersamaan dan kekeluargaan dari anggotanya dan berharap akan tetap bersama meraih kejayaan.
Acara Senam dan Gowes Sehat bertempat di lapangan Kalurahan Banaran, berlokasi di Jl. Trisik, depan Balai Kalurahan Banaran. Peserta yang mengikuti acara ini sekitar 400-an, sedangkan tiket yang terjual sekitar 1600 lembar. Peserta berasal dari berbagai wilayah di sekitar Kapanewon Galur.
Rangkaian acara senam dan gowes dimulai pukul 07.30. Rute sepeda mengelilingi Kalurahan Banaran. Rombongan pesepeda kembali sampai di lapangan Kalurahan Banaran pada pukul 08.30. Sedangkan senam baru selesai pukul 09.10. Setelah acara senam, Bu Ngatinem selaku ketua P3A Pesisir memberikan sambutan, beliau berterima kasih dan mengapresiasi antusiasme peserta dalam mengikuti acara ini. Beliau juga berterima kasih atas partisipasi beberapa donatur sehingga bisa terwujudnya acara ini.
Pak Haryanta, Kepala Kalurahan Banaran juga memberikan sambutan sekaligus membuka acara. Dalam sambutannya, Pak Haryanta berterima kasih kepada P3A Pesisir, karena telah berkontribusi untuk Kalurahan Banaran, dalam isu perempuan dan anak. Pak Haryanta mengharapkan semoga Pesisir dapat terus maju dan tetap bermanfaat bagi perempuan dan anak-anak di Kalurahan Banaran. Kemudian acara dibuka dengan potong tumpeng.
Pada gelaran acara ini, P3A Pesisir menyediakan ratusan doorprize, dari alat-alat rumah tangga hingga keperluan sekolah untuk anak-anak dan barang-barang lainnya, dengan hadiah utamanya adalah mesin cuci dan sepeda lipat. Peserta sangat antusias ketika pembagian doorprize. Terlihat banyak peserta yang memiliki lebih dari satu tiket, berharap memiliki kesempatan untuk mendapat doorprize.
Acara ini direncanakan dan disiapkan selama tiga bulan. Menurut Bu Ngatinem, yang saya temui setelah acara, dalam persiapan tidak ada kendala yang berarti. Dan semoga Pesisir dapat mengadakan acara semacam ini setiap tahunnya.
You may like
Berita
Workshop DRPPA: Dalam Diskusi Bahas Strategi Pemberdayaan Perempuan di Tengah Efisiensi Anggaran

Published
4 weeks agoon
27 March 2025By
Mitra Wacana
Workshop Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) yang diinisiasi oleh Mitra Wacana, Senin, (24/3/2025). Kegiatan yang diadakan di Balai Langit, Kalurahan Salamrejo ini merupakan transformasi dari program Rumah Bersama Indonesia (RBI), disesuaikan dengan perubahan kebijakan pemerintah terbaru. Meski berganti nama, komitmen untuk mewujudkan desa yang inklusif bagi perempuan dan anak melalui pemenuhan hak serta perlindungan dari kekerasan tetap menjadi inti agenda.
Acara dihadiri oleh perwakilan tiga kalurahan (Salamrejo, Sentolo, Demangrejo), dan Mitra Wacana. Denagn tema “Strategi Pemberdayaan Perempuan di Tengah Kebijakan Efisiensi Anggaran” mengemuka, menyoroti dampak kebijakan nasional seperti Inpres No. 1/2025, MBG (Makan Bergizi Gratis) dan efisiensi dana desa terhadap program pemberdayaan.
Dampak Kebijakan Pusat pada Perencanaan Desa
Pak Teguh, Lurah Sentolo, menjelaskan bahwa perubahan kebijakan pusat seringkali mengganggu perencanaan jangka panjang desa. “RPJMKal (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kalurahan) yang disusun 8 tahun harus menyesuaikan instruksi baru, seperti program ketahanan pangan yang tiba-tiba memerlukan penyertaan modal BUMDes. Ini berdampak pada alokasi anggaran untuk pemberdayaan perempuan dan anak,” ujarnya.
Aji Jogoboyo, mewakili Lurah Demangrejo, menambahkan bahwa efisiensi anggaran tidak hanya mengalihkan dana tetapi memotongnya langsung. “Contohnya, anggaran untuk kelompok P3A (Pemberdayaan Perempuan dan Anak) sempat tertunda, sehingga kami harus berkolaborasi dengan mitra seperti Mitra Wacana untuk menjaga keberlanjutan program,” paparnya.
Suara dari Kelompok Perempuan: Tantangan Nyata di Lapangan
Ibu Sri Hari Murtiati dari Tim Penggerak PKK Salamrejo menyoroti dampak langsung pemangkasan anggaran pada program pemberdayaan perempuan. “Terus terang, dampaknya terasa hingga ke tingkat bawah. Misalnya, program cor blok jalan dua jalur yang tidak ramah bagi ibu hamil atau kurangnya polisi tidur yang aman. Padahal, infrastruktur yang inklusif adalah hak dasar perempuan,” tegasnya.
Ia juga mengungkapkan keprihatinan atas kasus perundungan (bullying) di Sentolo. “Kami berencana mengadakan sosialisasi di sekolah, tetapi anggaran yang dipotong membuat kegiatan ini terancam. Meski begitu, PKK berkomitmen untuk tetap bergerak, sekalipun dengan dana terbatas.”
Lebih lanjut, Ibu Sri menekankan pentingnya membangun ketangguhan perempuan. “Perempuan tangguh bukan hanya mampu mengelola ekonomi, tetapi juga menjadi ‘penyejuk’ dan ‘pemanas’ keluarga. Tanggung jawab kami besar: merawat suami, anak, sekaligus aktif di masyarakat. Karena itu, dukungan untuk PKK sebagai ujung tombak pemberdayaan perempuan dan anak harus tetap menjadi prioritas,” tandasnya.
Strategi Kolaborasi dan Inovasi Lokal
Pak Dani, Lurah Salamrejo, menekankan pentingnya memberdayakan perempuan sebagai kunci pembangunan. “65% penduduk kami adalah perempuan. Mereka adalah garda terdepan dalam pendidikan anak dan penguatan ekonomi keluarga. Kami fokus pada program non-fisik seperti pelatihan dan pendampingan,” tegasnya.
Sementara itu, Alfi dari Mitra Wacana mengapresiasi upaya desa melibatkan perempuan dalam forum diskusi. “Budaya ‘bisu’ pada perempuan masih jadi tantangan. Kehadiran perempuan sebagai pembicara hari ini adalah langkah progresif untuk membuka ruang partisipasi,” ujarnya.
Solusi di Tengah Tantangan
Beberapa solusi yang mengemuka antara lain:
- Kolaborasi dengan BUMDes dan Mitra: Memanfaatkan BUMDes untuk program MBG dan usaha lokal seperti peternakan ayam petelur di Demangrejo.
- Penguatan Kelembagaan Perempuan: Memastikan kelompok seperti KWT (Kelompok Wanita Tani) dan P3A mendapat pendampingan berkelanjutan.
- Advokasi Kebijakan Berperspektif Gender: Mendesak pemerintah pusat mempertimbangkan dampak efisiensi anggaran pada program pemberdayaan.
Workshop ditutup dengan komitmen bersama untuk terus mendorong terwujudnya Generasi Emas 2045 melalui pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Perubahan nama dari DRPPA ke RBI bukanlah hambatan, selama esensi pemenuhan hak perempuan dan anak tetap menjadi prioritas.