Rilis
Guideline Siaran International Women’s Day 2017
Published
9 years agoon
By
Mitra Wacana
International Women’s Day atau Hari Perempuan Sedunia diperingati setiap tanggal 8 maret setiap tahunnya. Memperingati Hari perempuan internasional adalah bentuk penghormatan terhadap para perempuan yang telah berjuang untuk mengupayakan banyak perubahan bagi situasi perempuan di seluruh negara di dunia. Ruang-ruang yang awalnya dikhususkan untuk laki-laki saja sebagai dampak dari idelogi patriarki kini mengalami banyak perubahan signifikan setelah perjuangan perempuan yang tonggaknya disepakati pada tanggal 8 Maret tersebut, terus menerus digerakkan.
Bagaimana Sejarah IWD?
International Womens Day merupakan tonggak sejarah gerakan perempuan terlibat dalam perubahan sosial dunia. Di tahun 1908, sebanyak 15.000 perempuan tumpah ruah di jalanan New York menuntut pemenuhan hak-hak politik perempuan dan hak-hak buruh.
Tahun 1910, Konferensi Internasional Pekerja Perempuan dilaksanakan di Copenhagen. Clara Zetkin, Ketua “Perempuan Kantor” dari Partai Sosial Demokrat di Jerman mengusulkan gagasan Hari Perempuan Internasional yang idealnya dirayakan oleh seluruh perempuan di setiap negara. Gagasan tersebut diterima, dan pada perjalanannya tanggal 8 Maret dipilih sebagai penghormatan terhadap demonstrasi yang dilakukan oleh seorang perempuan di Rusia yaitu “roti dan perdamaian” yang mengecam tewasnya 2 juta tentara Rusia.
Mengapa kita masih merayakan IWD?
Tujuan utama IWD yakni untuk mencapai kesetaraan gender penuh bagi perempuan dunia masih belum terealisasi. Kedudukan perempuan sebagai penentu keputusan masih rendah, begitu pula akses perempuan terhadap sumber daya. Hal ini digarisbawahi oleh ketidaksetaraan yang masih terus berlanjut, seperti :
– Masih rendahnya perwakilan perempuan dalam posisi yang berpengaruh dalam dunia politik dan ekonomi dunia
– Perempuan masih mendominasi angka kaum miskin
– Berlanjutnya kekerasan terhadap perempuan;
– Adanya pemisahan jenis kelamin (gender gap) dalam pendidikan dan besar-kecilnya gaji.
Menurut World Economic Forum, kesenjangan gender tidak akan tertutup hingga 2186. Pada perayaan IWD, perempuan di seluruh dunia datang bersama-sama memaksa dunia untuk mengakui ketidaksetaraan ini – sementara juga merayakan prestasi wanita yang telah berhasil mengatasi hambatan tersebut.
Peringatan Hari Perempuan Internasional di Yogyakarta
Yogyakarta memiliki sejarah penting dalam perjalanan pergerakan perempuan. Pasca Gerwani dipukul mundur oleh rezim Soeharto; pergerakan perempuan yang mendorong terwujudnya kesetaraan dan kesamaan hak yang harus diterima oleh seluruh perempuan tidak memiliki ruang dan dibungkam. Pada perjalanannya, Forum Diskusi Perempuan Yogyakarta di periode tahun 1980an melawan situasi tersebut dengan menggelar demonstrasi untuk perayaan Hari Perempuan Internasional di Yogyakarta. Moment tersebut menjadi penanda kesejarahan baru bagi pergerakan perempuan di Indonesia.
Tahun 2017, Yogyakarta kembali meneruskan tradisi perayaan Hari Perempuan Internasional dengan menyelenggarakan Aksi dengan tajuk Perempuan Menggugat.
Tajuk ini muncul sebagai respon atas semakin banyaknya upaya diskriminasi terhadap perempuan seperti pemberangusan ruang ekspresi bagi perempuan, termasuk kelompok LGBTQ; semakin menurunnya tingkat toleransi yang ditunjukkan dengan makin banyaknya aksi kekerasan yang ditunjukkan oleh kelompok intoleran, juga semakin hilangnya ruang-ruang produksi bagi perempuan di berbagai situasi konflik sumber daya alam di Yogyakarta.
Aksi ini ditampilkan dengan beragam ekspresi diantaranya :
1) Tarian adaptasi “Jampi Gugat”karya Kinanti Sekar Rahina – tarian yang mengekspresikan kemarahan perempuan atas situasi yang makin terpuruk, baik di Yogyakarta maupun di pada situasi perempuan di seluruh dunia. Tarian ini secara filosofis ingin menunjukkan bahwa perempuan memiliki kemampuan untuk menyembuhkan (diwakillkan dengan konsep Jampi atau jamu) yang harus dilakukan bersama-sama (diwujudkan ke dalam koreografi tarian). Aksi menari ini rencananya akan dilakukan oleh kurang lebih 75 orang, yang bersepakat untuk menyembuhkan situasi hari ini agar lebih aman bagi perempuan.
2) Surat 1.000 bangau
Diinisiasi oleh Fitri DK yang mengajak semua orang yang peduli dan ingin terlibat untuk mengubah situasi perempuan agar lebih setara, dengan menuliskan harapan maupun pengalaman perempuan yang pernah mengalami kekerasan (kurang lebih hitungannya 1:10 perempuan pernah mengalami kekerasan). Tulisan yang ditulis di kertas tersebut akan disusun ke dalam bentuk bangau (simbolisasi pembawa kehidupan) yang akan dibuat menjadi karya seni setelah mencapai jumlah 1.000 kertas.
3) Dramatic reading
Bersama dengan Forum Aktor Yogyakarta akan membuat sebuah performance berbasis tuntutan aksi, yang merespon berbagai situasi perempuan berdasar data-data kekerasan maupun situasi aktual yang dihadapi perempuan di Yogyakarta dan dunia.
Kapan aksi ini akan dilaksanakan?
Hari, tanggal : Rabu, 8 Maret 2016
Waktu : 14.00 WIB – selesai
Tempat : Titik Nol Yogyakarta
Penyelenggara aksi: Jaringan Perempuan Yogyakarta
You may like
Berita
BIOSKOP RAKYAT FEST #2 MENJADI AJANG EDUKASI PENCEGAHAN PERDAGANGAN ORANG
Published
2 months agoon
29 September 2025By
Mitra Wacana
Kulon Progo, 27 September 2025 – Demangan Media menyelenggarakan Bioskop Rakyat Fest #2 pada Sabtu (27/9/2025) di Padukuhan Demangan, Kalurahan Demangrejo, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Demangan Media merupakan salah satu media desa dampingan Mitra Wacana yang beranggotakan generasi muda Padukuhan Demangan dengan minat dan potensi di bidang sinematografi. Bioskop Rakyat Fest menampilkan film-film hasil produksi Demangan Media, Mitra Wacana, dan Deduktif.id, yang sarat dengan isu Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), topik yang menjadi fokus utama Mitra Wacana.
Film yang diputar antara lain Pinjol; Judol (DMC Pictures x Sekolah Vokasi UGM), Galmaling (Konon Katanya Studio), Ater Ater (DMC Pictures), Bundhet (Rofiq Art Studio), Pekerja Migran Indonesia (Media Desa se-Kapanewon Sentolo x Mitra Wacana), Kekerasan Berbasis Gender Online (Nawasena Films x Mitra Wacana), dan Neraka Perbatasan: Jejak Mafia Judol & Perbudakan (Deduktif.id).
Acara dibuka dengan sambutan dari Ketua Panitia, Lurah Demangrejo, dan Panewu Sentolo. “Kalurahan Demangrejo ini menyampaikan keresahan sosial masyarakat melalui media yang sangat bagus,” ujar Panewu Sentolo. “Kegiatan ini sangat menarik dan bermanfaat. Melalui media ini, kita bisa mendapatkan banyak hal positif,” tambahnya.

Acara ini terselenggara atas dukungan dari Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, Mitra acana, BP3MI/KP2MI dan Padukuhan Demangan, Demangrejo sebagai tuan rumah dan penyelenggara atas nama Demangan Media (DMC),” Terima kasih yang sebanyak-banyaknya atas dukungan dari berbagai pihak atas terselenggaranya Bioskop Fest 2 di Padukuhan Demangan Demangrejo, Sentolo, Kulon Progo di tahun 2025 ini,” ujar Ketua Panitia Dukuh Demangan Heriyanto.
Rangkaian acara diperkaya dengan sosialisasi, penampilan musik, dan pemutaran film. Sosialisasi pertama menghadirkan Panggah Widiandana, S.Kom., M.Kom., Wicaksono, dan Rokhayati, S.ST., M.Kom., dari Universitas Islam Mulia Yogyakarta. Mereka memperkenalkan aplikasi Pandurejo, sebuah platform digital pendataan untuk Posyandu Balita dan Remaja.
Setelah itu, ditayangkan film Kekerasan Berbasis Gender Online karya Nawasena Films x Mitra Wacana, yang mengangkat kisah nyata perdagangan orang dan scam daring. Pemutaran film ini dilanjutkan dengan sosialisasi bersama Muazim dari Mitra Wacana dan perwakilan dari Badan Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Yogyakarta. Mereka menekankan pentingnya perlindungan pekerja migran, mengingat Demangrejo merupakan salah satu Desa Migran Emas yang mendapatkan akses informasi terkait pekerjaan migran yang adil, aman, dan bermartabat.

Film berikutnya, Pekerja Migran Indonesia Nyaman karya Media Desa se-Kapanewon Sentolo x Mitra Wacana, diikuti dengan sesi berbagi pengalaman dari Muslimah, warga Demangan yang pernah mengikuti program migran ke Jepang pada tahun 2017–2020. Ia memberikan tips penting sebelum bekerja di luar negeri, seperti waspada terhadap iming-iming proses mudah, menyiapkan lima kesiapan (dokumen, keterampilan, fisik dan mental, bahasa, dan budaya negara tujuan), menghindari negara konflik, serta memeriksa legalitas agen penyalur. Ia juga menyarankan penggunaan situs resmi Kementerian Ketenagakerjaan RI untuk mengecek informasi lapangan kerja di negara tujuan.
Pemutaran film dilanjutkan dengan Bundhet karya Rofiq Art Studio, Pinjol karya Demangan Media Channel x Sekolah Vokasi UGM 2024, dan Judol karya Demangan Media Channel x Sekolah Vokasi UGM 2025. Seusai pemutaran, Dr. Supriyono yang merupakan dosen UGM memberikan sosialisasi singkat mengenai modus penipuan daring, khususnya terkait pinjaman online ilegal dan perjudian online. “Penipuan lowongan kerja biasanya menjanjikan gaji tinggi dan proses mudah. Sesuatu yang terlihat terlalu manis, hampir pasti bohong,” tegasnya.

Acara kemudian menampilkan film lokal Ater Ater oleh Demangan Media Channel dan Galmaling karya Konon Katanya Studio. Seluruh rangkaian kegiatan ditutup dengan meriah melalui penampilan musik dari DJ VWXYZ. ”Acara ini merupakan acara tahunan yang diinisiasi oleh anak muda Demangan, Demangrejo, Sentolo, Kulon Progo, acara tahun ke-2 ini di tahun 2025 menghadirkan bintang tamu dari Mitra Wacana DJ VWXYZ untuk memberikan hiburan unik tersendiri dan berbeda bagi masyarakat desa”, ujar Koordinator kegiatan Aji Saputra Jogoboyo Kalurahan Demangrejo.
(Maria Ingridelsya J. Kolin, Magang UAJY)









