Kulonprogo
Jurnalisme Warga di Dukuh Gunung Rawas

Published
6 years agoon
By
Mitra Wacana
Oleh : Dana Throssell (Volunteer from The Australian National University)
Pada Sabtu ini (3/16/2019), saya memiliki kesempatan istimewa mengikuti tim Mitra Wacana, ada Direktur Mbak Imelda dan Mas Poyeng, pada kunjungannya ke Dukuh Gunung Rawas di desa Sentolo untuk melakukan kegiatan di komunitas tentang jurnalisme warga.
Peserta yang terlibat sekitar 23 orang, sebagian besar di antaranya adalah ibu-ibu atau anak perempuan yang ada di komunitas. Kegiatan workshop dimulai dengan sambutan dari ibu Sukarmi (ketua P3A Srikandi) dan Mbak Imelda dari Mitra Wacana.
Selama beberapa jam workshop dilakukan dengan tujuan untuk melatih peserta tentang kepenulisan dan memproduksi artikel yang efektif, khususnya artikel yang membahas masalah masyarakat dan sosial.
Pembahasan hari ini ada diskusi kelompok dan kegiatan tentang bagaimana menulis konten yang bagus dan menggunakan perangkat jurnalistik untuk memproduksi artikel yang penting dan menarik. Tim Mitra Wacana kemudian menjelaskan caranya; perempuan bisa menyebarkan artikel melalui komunitas, seperti dengan menggunakan platform media sosial populer.
Sesi ini juga memberi tahu peserta tentang risiko dan tanda-tanda berita bohong (Hoax) melalui media online – Hal yang berbahaya untuk mengabadikan informasi palsu atau memikat korban ke dalam situasi yang tidak aman.
Ini adalah salah satu dari banyak kegiatan yang telah dilakukan oleh Mitra Wacana selama 4 tahun terakhir. Beberapa program diantaranya adalah lokakarya, diskusi dan pertemuan rutin yang bertujuan untuk memperkuat pengetahuan masyarakat seputar isu-isu gender, salah satunya soal perdagangan orang.
Jurnalisme warga adalah alat vital yang bisa digunakan untuk memberdayakan masyarakat untuk mencegah dan mengurangi ancaman perdagangan orang di daerah. Jurnalisme warga membuat suara perempuan dan isu perempuan bisa lebih disuarakan karena biasanya suara perempuan dipinggirkan dan kurang dibahas oleh media massa yang lebih besar.
Jika perempuan lokal memiliki pengetahuan dan sarana untuk menghasilkan konten mereka sendiri, ini menjadi alat yang ampuh untuk memperkuat informasi dan memperkecil risiko terjadinya kasus perdagangan orang di dalam masyarakat. Jurnalisme warga sangat efektif karena meluasnya penggunaan media sosial dan jaringan kuat di dalam masyarakat.
Mitra Wacana akan kembali ke Sentolo dan berinteraksi dengan beberapa dusun selama beberapa minggu mendatang untuk lebih banyak melakukan pertemuan rutin, lokakarya dan sesi analisis sosial dalam persiapan untuk pendataan pekerja migran dan kasus perdagangan manusia di desa-desa dampingan.
Foto diambil oleh Penyelenggara Komunitas: Cornelia Natasya
You may like
Perempuan 24 Jam, Kisah Seorang Istri dalam The Great Indian Kitchen
Membangun Sinergi Media: Mitra Wacana Adakan Briefing Informal Pencegahan Intoleransi dan Radikalisme Bersama Jurnalis
IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PUSAT PEMBELAJARAN PEREMPUAN DAN ANAK (P3A) OLEH LSM MITRA WACANA DI KULON PROGO
Berita
Workshop DRPPA: Dalam Diskusi Bahas Strategi Pemberdayaan Perempuan di Tengah Efisiensi Anggaran

Published
4 weeks agoon
27 March 2025By
Mitra Wacana
Workshop Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) yang diinisiasi oleh Mitra Wacana, Senin, (24/3/2025). Kegiatan yang diadakan di Balai Langit, Kalurahan Salamrejo ini merupakan transformasi dari program Rumah Bersama Indonesia (RBI), disesuaikan dengan perubahan kebijakan pemerintah terbaru. Meski berganti nama, komitmen untuk mewujudkan desa yang inklusif bagi perempuan dan anak melalui pemenuhan hak serta perlindungan dari kekerasan tetap menjadi inti agenda.
Acara dihadiri oleh perwakilan tiga kalurahan (Salamrejo, Sentolo, Demangrejo), dan Mitra Wacana. Denagn tema “Strategi Pemberdayaan Perempuan di Tengah Kebijakan Efisiensi Anggaran” mengemuka, menyoroti dampak kebijakan nasional seperti Inpres No. 1/2025, MBG (Makan Bergizi Gratis) dan efisiensi dana desa terhadap program pemberdayaan.
Dampak Kebijakan Pusat pada Perencanaan Desa
Pak Teguh, Lurah Sentolo, menjelaskan bahwa perubahan kebijakan pusat seringkali mengganggu perencanaan jangka panjang desa. “RPJMKal (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kalurahan) yang disusun 8 tahun harus menyesuaikan instruksi baru, seperti program ketahanan pangan yang tiba-tiba memerlukan penyertaan modal BUMDes. Ini berdampak pada alokasi anggaran untuk pemberdayaan perempuan dan anak,” ujarnya.
Aji Jogoboyo, mewakili Lurah Demangrejo, menambahkan bahwa efisiensi anggaran tidak hanya mengalihkan dana tetapi memotongnya langsung. “Contohnya, anggaran untuk kelompok P3A (Pemberdayaan Perempuan dan Anak) sempat tertunda, sehingga kami harus berkolaborasi dengan mitra seperti Mitra Wacana untuk menjaga keberlanjutan program,” paparnya.
Suara dari Kelompok Perempuan: Tantangan Nyata di Lapangan
Ibu Sri Hari Murtiati dari Tim Penggerak PKK Salamrejo menyoroti dampak langsung pemangkasan anggaran pada program pemberdayaan perempuan. “Terus terang, dampaknya terasa hingga ke tingkat bawah. Misalnya, program cor blok jalan dua jalur yang tidak ramah bagi ibu hamil atau kurangnya polisi tidur yang aman. Padahal, infrastruktur yang inklusif adalah hak dasar perempuan,” tegasnya.
Ia juga mengungkapkan keprihatinan atas kasus perundungan (bullying) di Sentolo. “Kami berencana mengadakan sosialisasi di sekolah, tetapi anggaran yang dipotong membuat kegiatan ini terancam. Meski begitu, PKK berkomitmen untuk tetap bergerak, sekalipun dengan dana terbatas.”
Lebih lanjut, Ibu Sri menekankan pentingnya membangun ketangguhan perempuan. “Perempuan tangguh bukan hanya mampu mengelola ekonomi, tetapi juga menjadi ‘penyejuk’ dan ‘pemanas’ keluarga. Tanggung jawab kami besar: merawat suami, anak, sekaligus aktif di masyarakat. Karena itu, dukungan untuk PKK sebagai ujung tombak pemberdayaan perempuan dan anak harus tetap menjadi prioritas,” tandasnya.
Strategi Kolaborasi dan Inovasi Lokal
Pak Dani, Lurah Salamrejo, menekankan pentingnya memberdayakan perempuan sebagai kunci pembangunan. “65% penduduk kami adalah perempuan. Mereka adalah garda terdepan dalam pendidikan anak dan penguatan ekonomi keluarga. Kami fokus pada program non-fisik seperti pelatihan dan pendampingan,” tegasnya.
Sementara itu, Alfi dari Mitra Wacana mengapresiasi upaya desa melibatkan perempuan dalam forum diskusi. “Budaya ‘bisu’ pada perempuan masih jadi tantangan. Kehadiran perempuan sebagai pembicara hari ini adalah langkah progresif untuk membuka ruang partisipasi,” ujarnya.
Solusi di Tengah Tantangan
Beberapa solusi yang mengemuka antara lain:
- Kolaborasi dengan BUMDes dan Mitra: Memanfaatkan BUMDes untuk program MBG dan usaha lokal seperti peternakan ayam petelur di Demangrejo.
- Penguatan Kelembagaan Perempuan: Memastikan kelompok seperti KWT (Kelompok Wanita Tani) dan P3A mendapat pendampingan berkelanjutan.
- Advokasi Kebijakan Berperspektif Gender: Mendesak pemerintah pusat mempertimbangkan dampak efisiensi anggaran pada program pemberdayaan.
Workshop ditutup dengan komitmen bersama untuk terus mendorong terwujudnya Generasi Emas 2045 melalui pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Perubahan nama dari DRPPA ke RBI bukanlah hambatan, selama esensi pemenuhan hak perempuan dan anak tetap menjadi prioritas.

Warga Baciro dan Organisasi Lintas Iman Rancang Langkah Pencegahan Intoleransi dan Radikalisme

Pembaharuan Akta Organisasi, Mitra Wacana Kunjungi Bakesbangpol Bantul Bangun Komunikasi
