web analytics
Connect with us

Rilis

KEADAAN SOSIOLOGIS KORBAN TRAFFICKING DALAM MASYARAKAT DI DESA NOMPOREJO, GALUR, KULON PROGO YOGYAKARTA

Published

on

Police line. Sumber gambar : https://www.you.co.za

Oleh: Yeni Apriana A. Onittiya Sekarrini. Atik Sholiqah. Addini Nur A

Abstrak

Trafficking merupakan salah satu masalah sosial dalam bidang Ketenagakerjaan di Indonesia dan di Dunia. Di Indonesia kasus Trafficking banyak terjadi pada pengiriman TKW ke luar negeri. Dalam pelaksanaan lokasi penempatan TKW sangat rentan terjadinya kasus perdagangan orang, hal tersebut diakibatkan karena para buruh migran melalui jalur yang tidak resmi (illegal). Dengan melalui jalur yang tidak resmi menjadikan para trafficker memanfaatkan kondisi guna mendapatkan keuntungan pribadi. Akibatnya para buruh migran mengalami kasus Trafficking yaitu berupa penyekapan dan tindak kriminalitas serta pelecahan seksual. Keadaan tersebut tentunya berdampak pada psikis para mantan buruh migran yang mempengaruhi keadaan sosiologis dalam masyarakat. Salah satu daerah yang masyarakatnya banyak bekerja di luar negeri yaitu Desa Nomporejo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan sosiologis berupa interaksi sosial korban Trafficking di masyarakat serta dampak bagi masyarkat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Subyek penelitian yaitu para mantan buruh migran dan Informan penelitian diantaranya Ketua organisasi P3A, Ibu Dukuh dan Tokoh masyarakat. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif Milles & Huberman yang langkah-langkahnya meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penyimpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keadaan sosiologis korban Trafficking yang meliputi interaksi sosial, faktor-faktor dan dampak. Terdapat 2 kategori Interaksi sosial para korban Trafficking di desa Nomporejo yang dibedakan berdasarkan kasus ringan dan berat yang dialami oleh para mantan buruh migran. Adapun faktor yang melatarbelakangi terjadinya Trafficking yaitu (1) Kurangnya pengetahuan akibat dari Trafficking, (2) Faktor Ekonomi (Kemiskinan), (3) Lokasi pelaksanaan penempatan TKW, (4) Adanyan masalah dalam keluarga (KDRT) yang menjadikan pergi ke luar negeri sebagai pelarian. Keadaan tersebut tentunya menimbulkan dampak pada keadaan sosiologis dari segi Interaksi Sosial dalam masyarakat yaitu timbulnya keterasingan diri di dalam masyarakat Desa Nomporejo, munculnya kasus perceraian di dalam rumah tangga koban Trafficking dan munculnya pengaruh buruk pada pendidikan anak.

Kata Kunci: Trafficking, Interaksi sosial. Faktor, dan Dampak.

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Trafficking merupakan salah satu masalah sosial dalam bidang Ketenagakerjaan di Indonesia dan di Dunia. Trafficking diartikan sebagai rekruitmen, transportasi, pemindahan, penyembunyian atau penerimaan seseorang, dengan penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk tekanan lain, penculikan, pemalsuan, penipuan atau pencurangan, atau penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali untuk dieksploitasi lewat prostitusi atau bentuk- bentuk eksploitasi seksual lainnya, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik- praktik yang menyerupainya, adopsi illegal atau pengambilan organ-organ tubuh (Mufidah Ch, 2011; 1). Di Indonesia kasus Trafficking banyak terjadi pada pengiriman TKW ke luar negeri. Penempatan tenaga kerja wanita (TKW) menjadi konsekuensi melimpahnya sumber daya manusia di Indonesia yang sebagian terdiri dari tenaga kerja dengan keterampilan dan pendidikan terbatas. Keterbatasan informasi dan minimnya pendidikan serta himpitan ekonomi menjadikan Perempuan calon Buruh Migran memilih jalur ilegal dan melakukan berbagai cara seperti pemalsuan identitas. Keadaan tersebut tanpa disadari termasuk kedalam human trafficking. Human Trafficking adalah rangkaian kegiatan dengan masksud eksploitasi terhadap perempuan dan anak yang meliputi perdagangan manusia khusunya perempuan yang bekerja di luar negeri melalui jalur illegal atau pemalsuan identitas sehingga tidak ada perlindungan resmi dari pemerintah.

Menurut data data BARESKRIM POLRI mencatat bahwa selama tahun 2010 s/d 2013 terdapat 467 kasus Trafficking. Jumlah anak yang menjadi korban Trafficking dan eksploitasi sebanyak 197 orang sebagian besar adalah anak perempuan. Jumlah perdagangan manusia atau human Trafficking yang terjadi di Indonesia mencapai 6.651 orang pada periode Maret 2005 hingga Desember 2014. Sehingga keadaan tersebut menjadikan Indonesia pada waktu itu sebagai salah satu Negara tempat terjadinya Trafficking paling besar di dunia. Salah satunya perempuan yang dikirim ke luar negeri melalui jalur ilegal yang tidak mendaptkan perlindungan resmi dari pemerintah. Salah satu daerah di Yogyakarta yang memiliki tingkat pengiriman TKW dalam jumlah besar yaitu di Daerah Kulon Progo Galur tepatnya Di Desa Nomporejo yang setiap tahunya mengirimkan jumlah tenaga kerja ke luar negeri melalui jalur yang tidak resmi dan menjadikan banyak kasus munculnya Trafficking.

Dengan melalui jalur yang tidak resmi menjadikan para trafficker memanfaatkan kondisi guna mendapatkan keuntungan pribadi. Akibatnya para buruh migran mengalami kasus Trafficking yaitu berupa penyekapan dan tindak kriminalitas serta pelecahan seksual. Keadaan tersebut tentunya berdampak pada psikis para mantan buruh migran yang dibawa di tempat asal sehingga mempengaruhi keadaan sosiologis dalam masyarakat. Maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Keadaan Sosiologis Dalam Masyarakat Di Desa Nomporejo.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang muncul dapat dirumuskan:
“Bagaimana Keadaan Sosiologis Korban Trafficking dalam Masyarakat Nomporejo, Kulon Progo, Yogyakarta ?”.

3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana keadaan sosiologis korban trafficking dalam masyarakat di desa Nomporejo.

4. Luaran yang Diharapkan

Dari hasil penelitian yang kami laksanakan mengenai keadaan sosiologi korban Trafficking dalam masayarakat di Desa Nomporejo .Maka luaran yang akan dihasilkan adalah Artikel ilmiah, sebagai bentuk publikasi tertulis hasil penelitian mengenai Keadaan sosiologis korban Trafficking dalam masyarakat di Desa Nomporejo.

5. Manfaat

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu:

a. Bagi kalangan akademisi dapat menambah khasanah pengetahuan tentang keadaankorban Trafficking.

b. Bagi masyarakat secara luas dapat dijadikan sebagai pengetahuan tentang keadaan sosiologis korban Trafficking dalam masyarakat Nomporejo, Galur, Kulon Progo.

c. Bagi pemerintah dapat dijadikan sebagai : 1.) Pemerintah Desa harus lebih sektif dalam perizinan Tenaga Kerja (Pelaksanaan PERDES), 2.) Sumber informasi bahwa Trafficking mempunyai dampak yang cukup besar terutama pada interaksi dimasyarakat sehingga berpengaruh pada kemajuan dalam bidang sosial dan Pendidikan

B. METODE

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif merupakan suatu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena atau peristiwa yang dialami oleh subjek penelitian yaitu pengalaman atau kasus dari para korban Trafficking dan hubungan dengan masyarakatnya. Lokasi penelitian ini di Desa Nomporejo, Galur, Kulon Progo, Yogyakarta. Hal ini dikarenakan, Desa Nomporejo merupakan salah satu desa yang warganya kebanyakan bekerja sebagai TKW. Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 3 (empat) bulan, yaitu pada bulan Maret 2017- Juni 2017. Subyek Penelitian ini adalah 10 korban Trafficking dan 3 Informan diantaranya Ketua P3A, Ibu Dukuh, dan Tokoh Masyarakat. Teknik pengumpulan data meliputi observasi yang dilakukan pada saat perkumpulan P3A berlangsung, wawancara kepada 10 orang korban Trafficking, dan dokumentasi data pendukunng. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif Milles & Huberman yang langkah-langkahnya meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penyimpulan data. Tahapan dalam penelitian ini meliputi (1) Tahap Persiapan yaitu memasukan izin penelitian di LSM Mitra Wacana dan Kelurahan Desa Nomporejo, (2) Tahap Pelaksanaan yaitu pelaksanaan penelitian di Desa Nomporejo (3) Tahap Pengolahan Data yang menggunakan teknik analisis data Interaktif Milles and Huberman (4) Tahap Pembuatan Artikel

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. PEMBAHASAN

a. Interaksi yang Dilakukan Korban Trafficking di Lingkungan Masyarakat Kasus Trafficking yaitu berupa penyekapan dan tindak kriminalitas serta pelecahan seksual yang terjadi oleh para mantan yang diakibatkan karena mereka pergi ke luar negeri dengan melalui jalur yang tidak resmi atau hanya melewati calo-calo. Keadaan tersebut tentunya berdampak pada psikis para mantan buruh migran yang dibawa ke dalam tempat tinggal asal sehingga mempengaruhi keadaan sosiologis korban dalam masyarakat yang salah satunya adalah Interaksi sosial. Interaksi sosial korban Trafficking dalam masyarakat di Desa Nomporejo dikategorikan menjadi 2 berdasarkan kasus ringan dan kasus buruk. Hal itu dilihat dari kondisi yang dialami para korban Trafficking sewaktu bekerja di luar negeri. Kondisi baik buruknya pengalaman yang pernah dialami oleh para korban Trafficking tentunya sangat menimbulkan dampak terutama pada psikisnya yang dapat mempengaruhi kondisi sosiologis di dalam masyarakat. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang telah dialami oleh para korban Trafficking kondisi Interaksi yang dilakukan terbagi menjadi 2 kategori berdasarkan kasus ringan maupun kasus berat yaitu

1.) Kondisi Interaksi Sosial Korban Traficking Kasus ringan

a) Adanya interaksi antara Korban Trafficking dengan keluarganya di tempat tinggal asal. Hubungan tersebut memang cukup baik, hal itu dikarenakan keluarga mendukung keputusan untuk pergi ke luar negeri.

b) Korban Trafficking mempunyai hubungan baik dengan lingkungan sekitar, sesama Korban Trafficking mereka cenderung melakukan hubungan yang relatif baik. Mereka sering curhat tentang pengalaman selama bekerja di luar negri

c) Korban Trafficking juga mengikuti organisasi yang berada di kampung Desa Nomporejo. Mereka mengikuti kegiatan organisasi P3A dengan baik. Organisasi P3A tersebut merupakan sebuah organisasi yang sengaja dibentuk oleh lembaga LSM Mitra Wacana guna memberikan kontribusi terhadap para korban Trafficking di Desa Nomporejo yang cukup banyak ini. Di dalam organisasi tersebut tentunya mereka melakukan Interaksi Sosial dan saling bertukar pikiran mengenai pengalaman-pengalamnya selama bekerja di luar negeri kepada pihak dari Mitra Wacana. Sehingga timbul komunikasi yang baik yang dilakukan oleh para korban Trafficking tersebut.

d) Interaksi Sosial para korban Trafficking dengan masyarakat sekitar relatif terjalin baik, bahkan mereka hidup berdampingan dengan baik berada di suatu masyarakat pada umumnya. Para korban Trafficking juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat.

2.) Kondisi Interaksi Sosial Korban Trafficking Kasus Berat

a) Adanya interaksi yang tidak baik antara Korban Trafficking dengan keluarganya di tempat tinggal asal. Hubungan tersebut memang tidak cukup baik, hal itu dikarenakan keluarga tidak mendukung keputusan untuk pergi ke luar negri. Dengan modal nekad mereka pergi tanpa sepengetahuan pihak keluarganya. Sehingga dampak yang ditimbulkan keluarga cenderung tidak menerima kembali ke kelurarga tersebut.

b) Korban Trafficking tidak dapat melakukan hubungan baik dengan lingkungan sekitar, sesama Korban Trafficking mereka cenderung menutup diri sehingga mereka melakukan hubungan yang relatif tidak baik. Pengalaman yang buruk mengakibatkan mereka enggan menceritakan kepada seseorang yang berada di sekitar bahkan sesama keluarga merekapun cenderung tertutup mengenai itu semuanya. Akibatnya timbul rasa keterasingan yang ada dalam diri Korban Trafficking .

c) Korban Trafficking yang mengalami pengalaman yang buruk enggan mengikuti organisasi yang berada di kampung Desa Nomporejo. Mereka masih mengalami sikap minder dan malu akibat pengalaman buruk yang dialami sewaktu menjadi TKW di luar negeri. Sehingga mereka kurang antusias mengikuti kegiatan organisasi P3A di Desa Nomporejo. Akibatnya mereka tidak melakukan hubungan yang baik pada masyarakat dan tidak melakukan Interaksi sosial baik dengan masyarakat sekitar. Organisasii P3A tersebut merupakan sebuah organisasi yang sengaja dibentuk oleh lembaga LSM Mitra Wacana guna memberikan kontribusi terhadap para korban Trafficking di Desa Nomporejo yang cukup banyak ini.

b. Faktor Terjadinya Trafficking

1. Kurangnya Pengetahuan akibat dari Trafficking
Masyarakat Desa Nomporejo yang umunya memiliki pengetahuan yang belum begitu maju dan belum sepenuhnya terbuka terhadap hal-hal baru mengenai kemajuan pendidikan yang mengakibatkan mereka belum mengetahui akibat dari Trafficking. Pemahaman tentang tindak pidana perdagangan orang terutama yang terjadi pada mantan buruh migran di Desa Nomporejo sendiri masih sangat rendah. Masyarakat tidak sadar bahwa mereka sedang terindikasi dalam kasus perdagangan manusia dan masyarakat yang mengetahui adanya kejahatan tersebut tidak melaporkan kepada polisi atau pemerintah desa setempat.

a) Faktor Ekonomi (Kemiskinan)

Kemiskinan yang begitu berat dan minimya lapangan pekerjaan di Desa Nomporejo mendorong kaum perempuan untuk memilih menjadi TKW di luar Negeri guna menemukan cara agar dapat menghidupi diri mereka dan keluarga serta untuk membiayai sekolah anak menjadi alasan para kaum perempuan pergi ke luar negeri meskipun pendidikan yang dimilki sangat minim. Sehingga mereka memilih cara atau proses yang cepat dan tidak terlalu banyak mengeluarkan uang untuk mencari persyaratan guna menjadi TKW. Disamping itu dalam masyarakat tersebut terdapat oknum-oknum yang illegal yang mendukung berjalanya kasus Trafficking.

b) Dalam pelaksanaan penempatan TKI/TKW yang rentan terjadinya kasus Trafficking.

Pengalaman para mantan buruh migran yang mengalami kasus Trafficking rentan dalam proses pelaksaan pada lokasi diantaranya (1) Pada proses rekrutmen, Di dalam desa Nomporejo masih terdapat calo-calo yang bekerja mengatasnamakan PPTKIS ( Pelasksanaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta) sehingga persepsi masyarakat terhadap calo tersebut masih percaya dan baik. Minimnya Informasi menjadikan masyarakat tersebut percaya terhadap calo-calo tersebut, disinilah titik awal dari rangkaian penyalahgunaan kekuasaan yang sistematis tersebut berlangsung, (2) Tahap Penampungan, dalam tahap penampungan pada kenyataanya lebih meneyerupai gudang tertutup dari hasil penelitian yang dilakukan terdapat berbagai hal-hal kriminal yang dilakukan oleh oknum tertentu seperti tidak di beri makan dan peneyekapan selama beberapa minggu sebelum diberangkatkan di luar negeri, (3) Tahap Penempatan kerja ,dengan proses rekrutmen menggunakan penipuan, pembujukan, dan pemberangkatan tanpa orientasi yang memadai mengakibatkkan kondisi tempat kerja yang tidak sesuai dengan uraian dalam kontrak, (4) Proses Kepulangan, dalam perjalanan pulang dari tempat kerja di luar negeri mengalami kerentanan biaya pulang yang memakai uang sendiri.

c) Adanyan masalah dalam keluarga (KDRT) yang menjadikan pergi ke luar negeri sebagai pelarian.

Masalah keluarga yang menjadikan para kaum Ibu melampiaskan pergi ke luar negeri untuk menghindari masalah tersebut dan di dukung dengan lingkungan di Desa Nomporejo yang mayoritas mengalami KDRT yang cukup tinggi.

c. Dampak yang ditimbulkan Korban Traficking Terhadap Interaksi Sosial Di Masyarakat

1. Timbulnya keterasingan diri di dalam masyarakat Desa Nomporejo. Keterasingan diri ini terjadi kepada para korban Trafficking yang mengalami kasus buruk seperti tindakan kriminalitas, dan pelecehan seksual. Sehingga mengakibatkan depresi yang luar biasa serta ditambah lagi dengan tidak diberikannya upah atau gaji selama bekerja. Hal ini yang membuat para korban Trafficking ini cenderung menghindar dari hubungan lingkungan masyarakat karena muncul nya rasa minder, malu dan trauma.

2. Munculnya kasus perceraian di dalam rumah tangga korban Trafficking. Wanita dan Ibu Rumah Tangga Desa Nomporejo yang memilih menjadi TKW di luar negeri harus mengobarbankan dengan meninggalkann kewajibannya mengurus suami dan anaknya. Waktu yang lama dan jarak yang tidak dekat serta tidak adanya komunikasi yang lancar dalam suatu hubungan suami istri maka akan mudah muncul ketidakpercayaan yang menuju pada konflik rumah tangga atau hubungan disharmonis yang mengarah pada suatu kasus perceraian.

3. Banyaknya KDRT

Pengaruh buruk terhadap pendidikan anak, anak biasanya akan melakukan sebuah penyimpangan karena pendidikan yang tidak sempurna yang diakibatkan karena peran ibu yang digantikan oleh seorang ayah.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka peneliti dapat menarik hasil kesimpulan sebagai berikut :

a. Kasus Trafficking di Desa Nomporejo terjadi pada pengiriman tenaga kerja wanita di luar negeri (TKW) yang kebanyakan melalui jalur yang tidak resmi. Sehingga menimbulkan dampak yang berpengaruh dalam keadaan sosiologis dalam masyarakat. Keadaan Sosiologis yang mengacu pada Interaksi Sosial dalam masyaraakat ini dibedakan menjadi 2 kategori yaitu berdasarkan kasus ringan dan kasus berat yang dialami oleh para korban Trafficking. Interaksi sosial dalam penelitian ini antara lain Interaksi Korban Trafficking dengan keluarga dan Interaksi Korban Trafficking dengan masyarakat sekitar. Sehingga kasus yang dialami oleh para korban Trafficking tersebut menentukan berjalanya Interaksi sosial yang baik dalam masyarakat.

b. Faktor yang menyebabkan terjadinya Trafficking di Desa Nomporejo adalah Kesadaran akibat dari Trafficking, Kemiskinan, Pelaksanan pengiriman TKW, Kasus KDRT yang tinggi di Desa Nomporejo. Berada di tingkat ekonomi bawah, membuat para kaum perempuan sulit untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sehingga hanya bermodalkan nekad demi terpenuhinya kebutuhan ekonomi. Dalam kehidupan para korban Trafficking sebagian besar merupakan tulang punggung keluarga, sehingga beban berat untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga ada di pundak mereka.

c. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku Korban Trafficking meliputi meliputi dampak sosial yaitu banyaknya kasus perceraian di Desa Nomporejo tersebut yang diakibatkan karena kurangnya hubungan komunikasi yang baik dengan pihak keluarga dan munculnya keterasingan diri yang diakibatkan oleh pengalaman buruk sewaktu bekerja di luar negeri.

2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan beberapa saran, antara lain:

a. Pemerintah perlu memperbaiki sumber daya manusia melalui pendidikan di setiap Daerah

b. Pemerintah perlu memberikan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan bekal keterampilan yang mereka dapatkan selama mengikuti pelatihan dari pemerintah.

c. Pemerintah sebaiknya memberikan pendidikan mengenai Trafficking kepada masyarakat agar mereka mengetahui akibat yang ditimbulkan

d. Masyarakat harus lebih meningkatkan kontrol sosial (aturan yang sesuai dengan norma agama yang berlaku di lingkungan sekitarnya)

E. DAFTAR PUSTAKA

Farhana. 2012. Aspek Hukum Perdagangan Orang Di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika
L.M. Gandhi Lapian. 2010. Trafficking Perempuan dan Anak Penaggulangan Komprehensif Studi Kasus Sulawesi Utara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Mufidah.2011. Mengapa Mereka Diperdagangkan? Membongkar Trafiking. Malang: UIN-Maliki Press.
Nanang Martono. 2014. Sosilogi Perubahan Sosial. Jakarta : Raja Grafido Persada
Sudarwan Danim. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Soerjono Soekanto. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafido Persada

BIODATA PENULIS

A. Biodata 1

1. Nama : Yeni Apriana Anandari
2. NIM : 14416241019
3. Jurusan :Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
4. Instansi :Universitas Negeri Yogyakarta

B. Biodata 2

1. Nama : Onitiya Sekarrini
2. NIM : 14416241031
3. Jurusan :Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
4. Instansi :Universitas Negeri Yogyakarta

C. Biodata 3

1. Nama : Atik Sholiqah
2. Tempat, tanggal lahir :Sleman, 02 Oktober 1995
3. Alamat : Cageran Rt05/Rw 01 Tamanmartani Kalasan Sleman
4. No.HP : 085848225682
5. NIM : 14416241009
6. Jurusan :Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
7. Instansi :Universitas Negeri Yogyakarta

D. Biodata 4

1. Nama : Addini Nur Anjani
2. Tempat, tanggal lahir : Sleman, 10 Februari 1996
3. Alamat : Baran Rt02/Rw05, Kalitirto Berbah Sleman
4. No.HP : 081802762464
5. NIM : 14416241017
6. Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
7. Instansi : Universitas Negeri Yogyakarta

Foto para penulis. Sumber: Yeni Arfiana

Foto para penulis. Sumber: Yeni Arfiana

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Publikasi

Cerpen : Kebencian Malam

Published

on

Maryatul Kuptiah, Sekarang sedang menempuh pendidikan sebagai mahasiswa aktif jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas. Hobi menulis puisi, puisi dan cerpen.

Di penghujung tahun, detik- detik yang di hitung dengan hitungan jari di guyur hujan deras. Jalan tampak sunyi. Aspal basah di hujani, atas rahmat sang kuasa. Harusnya, saat itu semua orang berada di sebuah gubuk yang biasanya orang-orang menyebutnya ‘rumah’. Mata yang sibuk terpejam melawan kerasnya malam, selayaknya ingin merebahkan sekujur  di tempat ternyaman mereka. 

Malam pergantian tahun ini, sudah tanggal 1 Januari. Ada apa dengan alam yang seolah murung. Malam yang sudah gelap, jauh tampak lebih jelas tanpa sinar bulan purnama penuh sebagai penyambutan tamu baru. Air turun di mana-mana, orang-orang tak dapat di merayakannya. Tak ada asap yang mewarnai batas kota, rumah-rumah menutup rapat dari segala arah. Bersama kabut dan rintihan air hujan di sepanjang kota. 

Suara gemuruh kilat membuatku menekap  daun telinga, menarik selimut dan berdoa. Takut yang tak kunjung hilang, saat mendengar suara tajam dari langit itu. Mataku tertuju di jendela yang berada di sisi kiriku. Hal baiknya adalah gorden yang menjutai. Sehingga, cahaya kilat yang berakar itu tidak terlihat jelas olehku. 

Satu jam berlalu, aku menunggu hujan yang tak kunjung reda. Rasa lelah sepanjang hari di tempat kerja membuat ku tertidur. Ponsel yang berada di saku pun bergetar dan membuatku terbangun.

“Nak Naini tidak pulang malam ini?” Tanya bik Arsih. 

“Aku tidak bik, hujan deras. Malam ini sepertinya aku tidur di  rumah sakit. Bibik tidurlah, tidak usah menungguku”. Jawabnya. 

Dengan  terpaksa, aku harus tidur di ruangan bersuhu nol sedikia derajat itu. Itu biasa untukku, tidak ku heran lagi. Kadag kala rasa bosan ini membuatku jengkel. Meskipun begitu, aku malas pulang kerumah. Pulang pun untuk apa, tak ada yang menunggu atau menyambutku. Di rumah itu hanya ada aku dan bik Arsih yang sudah ku anggap sebagai keluarga. 

“Apa ku terobos saja hujan ini? Batinnya.

“Sepertinya, juga sudah mereda. Hanya rinai. Tapi… (melihat jam) ini sudah jam segini. Tapi kasihan bibik yang tinggal di rumah sendiri. Tak apa lah basah sedikit.” Kataku pelan.

Hari-hari mengabdi di tempat bagi orang-orang yang berharap akan manusia yang menjadi perantara Tuhan. Sesekali aku menggerutu akan apa yang aku lakukan sekarang. Padahal itu adalah keinginan ku sejak lama. 

“Dulu ini yang aku mau, tapi sekarang ntah kenapa aku begitu muak. Aku lelah menghadapi hari-hari. Bahkan malam ku pun terusik.” Kataku dengan nada agak marah. 

Sebelum aku berpikir, bahwa hal ini tidak akan menyangkut persoalan malam hari. Bagiku, malam begitu indah untuk di ganggu. Tapi nyatanya, aku sendiri yang merusaknya. Karena saat malam, tanpa terkecuali siapa pun pasti menantinya, utuk bisa merasakan apa saja. Anehnya, bagi beberapa orang, malam buruk bagi wanita. Selalu saja di sangkut pautkan dengan karakter manusia. 

“Aku tak peduli apa yang dipikirkan orang tentangku, apa lagi mereka-mereka…”

Saat itu, malam sudah kembali. Langkahku diterangi oleh bulan sebagian purnama. Kala itu, jalan tak begitu sepi masih banyak yang lalu lalang. Gedung-gedung tinggi terlihat menyala dan berpenghuni yang megurangi sedikit ketakutanku. 

“Huhh… hari ini begitu melelahkan. Sampai saja aku di rumah akan ku dorong raga ini untuk meninggalkan jiwaku sejenak.”

Memang lokasi rumah sakit tidak terlalu jauh dari rumahku. Tetap saja lelah jika harus berjalan kurang lebih 20 menit. Akhirnya, hanya beberapa langkah lagi. Tak sengaja, ia bertemu dengan seorang laki-laki tua.

“Baru pulang kah nak?.” Tanya bapak itu.

“Iya, Pak. Kebetulan rumahku di sebrang jalan itu, Pak?”

Tanpa mengetahui alas anku, bapak itu langsung saja mengatakan.

“Apa kau tidak malu nak? Bukanlah anak seorang wanita? Pulang selarut ini tidak dilihat baik oleh siapapun.” Ketus bapak itu dengan mata melotot. 

“Aku menunggu hujan reda, Pak. Ketika ku lihat sudah reda, aku pulang.” Jawabku pelan. 

“(menggelengkan kepala) ada baiknya besok pagi kau pulang.”

Dengan wajah tertunduk, hatiku rasanya seperti selembar  kertas yang kusut setelah remas-remas. Aku tak berkata-kata apa saat itu, hanya mengangguk dan berkata iya. 

“Tapi saya seorang dokter, Pak”. Jawabku sedikit membentak.

“Sungguh hal yang wajar, jika seorang dokter pulang larut malam pak. Sibuk banget merawat pasien membuat ku lupa apakah ada siang dan malam.” Balas ku sedikit keras.

“Tidak ada alasan. Bapak tak mau hanya karena kamu pulang larut malam. Kompleks lingkungan ini jadi kotor”.

Lidahku kelu, tak bekutik untuk sepatah katapun. Bola mata kuliah lirih akan ucapan bapak itu.

“Apakah aku seburuk itu?” (Tanya batinku).

             Rasa lelah yang terpendam seketika melayang bersama kata per kata yang    keluar dari mulut bapak itu. Aku tak ingin berpikir tentang apa-apa lagi, meskipun apa yang di katakan itu menusuk hati. Aku terus saja berjalan walau dengan wajah murung.

“Kalau di bilang sedih ketika ada orang yang meragukan karekaterku. Itu hak mereka. Tapi… apakah dokter yang pulang malam itu buruk? Hmm.. entah salah ku, atau alam yang sedang tak berpihak kepadaku.”

 

Saat kaki ku tepat di depan pintu, aku tak berpikir apa-apa selain tidur. Terpejam lah mata ini, tak ingin memikirkan perkataan bapak itu. Tapi masih saja terpikir olehku setiap ucapan yang dilontarkan bapak itu kepada ku beberapa menit  yang lalu. 

“Apa salahnya bapak itu mendengarkan penjelasan ku. Sebelum ia menuduhku yang tidak-tidak. Entah apa yang di pikirkan bapak itu. Matanya saat melihatku seolah-olah aku adalah sampah.”

Hampir sekitar 3 menit aku termenung, namun akhirnya rasa kesalku kalah dengan rasa lelahku. 

****

Keesokan paginya, kebetulan aku mendapatkan jadwal shift pagi. Rasa lelah yang belum tuntas, tapi boleh buat apa. Ini adalah resiko setiap apa yang kamu lakukan mau tidak mau harus menerima dengan lapang dada. Berusaha lupa, akan kejadian malam pergantian tahun itu. Alam lagi-lagi mengajakku bercanda dengan manusia-manusia yang menganggap diri mereka adalah orang berdarah putih. 

Kejadian itu tak ada ceritakan kepada siapapun. Terkecuali bapak itu dan aku untuk menjalani hari-hari seperti biasanya. Mencoba tersenyum dengan orang-orang yang harus ku berikan senyuman.

Pagi Minggu di tanggal 1 dengan tahun yang baru, cuaca tampak cerah. Tak seperti kemarin, yang tampak murung. Alam memiliki tangan yang menggandengku dengan terangnya hari ini. Ia memberiku semangat. 

“Berarti kemarin itu memberikan tanda untukku, akan ketemu bapak itu”. Ucapku.

“Tapi sudahlah, itu cerita kemarin”. Lanjutnya.

“Dok, pasien ruangan mawar 2 darurat (bergegas)”.

Di antara kamar-kamar dalam lowongan rumah sakit, terpikir dibenakku kenapa aku harus memikirkan apa yang orang lain katakan. Melakukan apapun tak harus di ketahui banyak orang. Biarlah sang kuasa yang menilai bagaimana aku. Akhirnya, ku tutup cerita kemarin dengan kebaikan hari ini dan selanjutnya. 

Continue Reading

Trending