web analytics
Connect with us

Publikasi

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Kunjungi Mitra Wacana Diskusikan Rencana Magang

Published

on

Yogyakarta, 25 Februari 2025 – Mitra Wacana menerima kunjungan dari mahasiswa Fakultas Dakwah, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kunjungan ini berlangsung di Kantor Mitra Wacana dan dihadiri oleh empat orang mahasiswa serta satu orang pendamping dari pihak kampus.

Kunjungan ini bertujuan untuk menjajaki peluang magang bagi mahasiswa UIN di Mitra Wacana. Dalam diskusi yang berlangsung hangat, para mahasiswa menyampaikan ketertarikan mereka untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Mitra Wacana. Mereka ingin mendapatkan pengalaman lapangan dan memahami lebih dalam isu-isu sosial yang ditangani oleh organisasi masyarakat sipil tersebut, khususnya dalam bidang pemberdayaan perempuan dan pencegahan perdagangan orang.

Wahyu Tanoto, perwakilan dari Mitra Wacana, menyambut baik kedatangan para mahasiswa dan menyampaikan bahwa Mitra Wacana selalu terbuka untuk mahasiswa yang ingin belajar dan berkontribusi. Ia menekankan bahwa organisasi masyarakat sipil seperti Mitra Wacana juga membutuhkan masukan dari berbagai pihak, termasuk akademisi dan mahasiswa, untuk terus berkembang dan memberikan dampak positif yang lebih luas bagi masyarakat.

“Mitra Wacana bukan hanya sebagai lembaga yang melakukan pendampingan dan pengorganisasian masyarakat, tetapi juga sebagai ruang belajar bersama. Dengan adanya mahasiswa magang, kami berharap ada pertukaran ilmu dan pengalaman,” ujar Wahyu Tanoto.

Para mahasiswa UIN yang hadir menyampaikan rasa antusias mereka terhadap kemungkinan magang di Mitra Wacana. Mereka ingin terlibat dalam berbagai program yang sedang berjalan, seperti pendampingan kelompok perempuan, kampanye kesetaraan gender, serta advokasi kebijakan terkait perlindungan perempuan dan anak.

Dengan adanya kunjungan ini, diharapkan kerja sama antara Mitra Wacana dan UIN Sunan Kalijaga semakin erat. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman langsung dalam pengorganisasian masyarakat, sementara Mitra Wacana juga mendapatkan perspektif baru yang dapat memperkaya pendekatan mereka dalam pendampingan komunitas. (wtn).

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Berita

PAMERAN ARSIP KERTAS 2025: SETARA – MEREKAM PEREMPUAN DALAM RUANG DEMOKRASI

Published

on

Yogyakarta – Pameran arsip tahunan KERTAS kembali digelar di Gedung Iso Reksohadiprojo, Departemen Bahasa Seni dan Manajemen Budaya, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Madah (UGM). Pameran KERTAS 2025 berlangsung dari 8 November hingga 15 November 2025 dan teruka untuk umum serta dapat dikunjungi secara gratits. Tahun ini, pameran berjudul “Setara: Merekam Perempuan dalam Ruang Demokrasi”, menghadirkan refleksi tentang jejak perjuangan, partisipasi, dan representasi perempuan dalam sistem demokrasi Indonesia.

Lebih dari 260 arsip dalam bentuk foto, teks, data, dan audio-visual diolah menjadi infografis interaktif. Melalui arsip-arsip ini, mahasiswa program studi Kearsipan, Sekolah Vokasi, UGM mengajak public menelusuri dinamika perempuan dalam ruang demokrasi, mulai dari partisipasi politik, represi sosial, serta bentuk resistensi di tengah ketimpangan ini.

PIC Kegiatan, Irfan Rizky Darajat, S.I.P., M.A., menjelaskan bahwa pameran ini tidak hanya menjadi ruang dokumentasi, tetapi juga forum diskusi sosial. “Pameran ini dapat membantu dalam melihat cara pandang yang lain bagaimana pameran arsip bisa dijadikan sebagai diskusi tentang wacana sosial,” ujarnya.

Pameran ini dibagi menjadi ruang utama, yaitu partisipasi, represi, dan resistensi. Ruang partisipasi menyoroti keterlibatan perempuan dalam Trias Politika, mulai dari tokoh-tokoh pionir seperti Maria Ulfah, S.K. Trimurti, Sri Widoyati, Siti Sukaptinah, dan Supeni Pudjobuntoro, hingga peta perwakilan perempuan di DPR, Pilkada, dan lembaga Yudikatif, dari sebelum reformasi hingga sesudah reformasi. Selain itu, dalam ruangan ini juga menghadirkan peran dari Non-Governmental Organization (NGO) yang mendampingi dan melayani masyarakat secara umum maupun perempuan secara khusus, seperti Mitra Wacana, Mama Aleta Fund, Beranda Migran, SP Kinasih, dan organisasi lainnya yang tersebar di seluruh Indonesia.

Mitra Wacana, salah satu organisasi pemberdayaan perempuan yang berdiri pada 2 April 1996 dengan nama awal Pusat Layanan Informasi Perempuan (PLIP) Mitra Wacana. Sejak berdiri, organisasi ini berfokus pada penyediaan layanan informasi tentang keadilan dan kesetaraan gender, serta pemberdayaan perempuan dan anak. Saat ini, Mitra Wacana memiliki delapan fokus isu utama, yakni penghapusan kekerasan seksual, pencegahan perkawinan anak, pendidikan politik perempuan, pencegahan perdagangan manusia, pencegahan Intoleransi, Radikalisme, Extremisme, dan Terorisme (IRET), perempuan dan anti korupsi, serta perempuan dan kebencanaan.

Dalam menjalankan kegiatannya, Mitra Wacana mengusung strategi pengorganisasian dan advokasi langsung di masyarakat, antara lain melalui pendirian Pusat Pembelajaran Perempuan dan Anak (P3A) di berbagai wilayah dampingan, pendampingan kader perempuan, advokasi kebijakan publik ramah gender, serta produksi materi edukatif seperti buku, modul, film, dan komik bertema kesetaraan gender. Kehadiran Mitra Wacana di pameran ini memperluas pemahaman tentang bagaimana advokasi gender dijalankan secara konkret dan berkelanjutan di tingkat masyarakat.

Ruang kedua menelusuri berbagai bentuk represi terhadap perempuan, baik dalam ranah sosial dan politik. Arsip-arsip di ruang ini menyoroti berbagai bentuk praktik diskriminasi, mulai dari kekerasan seksual, femisida, diskriminasi, polemik politik, perampasan tanah adat, hingga domestikasi peran perempuan. Salah satu sorotan pentingnya adalah kisah Mama Aleta Baun, aktivis tenun dari Nusa Tenggara Timur (NTT), yang pernah memimpin perlawanan terhadap tambang marmer di melalui menenun bersama di lokasi tambang.

Ruang terakhir menampilkan ketahanan dan solidaritas perempuan melalui empat bentuk ekspresi budaya dan aktivisme, yaitu aksi unjuk rasa, tulisan, aktivisme digital, dan karya seni. Pameran ini menegaskan bahwa resistensi bukan hanya tindakan politik, melainkan juga keberanian perempuan untuk terus bersuara dan mengarsipkan pengalamannya sendiri.

Sebagai bagian dari upaya membuka akses publik yang lebih luas, panitia juga menyediakan guide book digital yang dapat diundung langsung melalui situs resmi https://pameranarsip.sv.ugm.ac.id/koleksi/. Panduan ini berisi kurasi tema, penjelasan tiap raung, dan koleksi-koleksi yang memudahkan pengunjung menjelajahi pameran, baik secara luring maupun daring.

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending