web analytics
Connect with us

Kulonprogo

P3A Selaras Adakan Sosialisasi PTPPO di Dusun Samiranan

Published

on

P3A Selaras Adakan Sosialisasi PTPPO

P3A Selaras mengadakan sosialisasi Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang, di Dusun Samiranan, Nomporejo, Galur. Kegiatan ini diadakan bersamaan dengan pertemuan rutin PKK Dusun Samiranan pada Jum’at, 5 Januari 2024.

Sosialisasi dibuka oleh Bu Suryati, dengan memperkenalkan P3A Selaras sebagai salah satu organisasi perempuan di Kalurahan Nomporejo. Bu Suryati juga menjelaskan bahwa fokus isu dari P3A Selaras adalah seputar perempuan dan anak, serta isu tindak pidana perdagangan orang. Materi sosialisasi disampaikan oleh Ibu Dwi salah satu anggota P3A Selaras Kalurahan Nomporejo. Ibu Dwi memulai sosialisasi dengan bertanya kepada peserta yang hadir, apakah peserta sudah pernah mendengar istilah TPPO?

Sebagian besar peserta menjawab, belum. Istilah TPPO memang belum familiar di masyarakat Nomporejo. Bu Dwi kemudian menjelaskan definisi TPPO, unsur-unsur TPPO dan modus perdagangan orang. Bu Dwi juga mengingatkan, ketika kita akan bekerja ke luar negeri, sebaiknya melalui perusahaan yang resmi dan pengurusan berkas-berkas yang sesuai prosedur. Karena orang yang bekerja di luar negeri sangat rentan menjadi korban perdagangan orang. Selain membicarakan perihal migrasi aman. Bu Dwi juga menyampaikan bahwa perdagangan orang juga bisa berupa adopsi ilegal dan pekerja anak.

Sosialisasi Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang ini adalah sebentuk upaya yang dilakukan oleh P3A Selaras dan Mitra Wacana, untuk melakukan pencegahan agar tidak terjadi kasus perdagangan orang di Nomporejo. (Yunia)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita

Kunjungan Volunteer Mitra Wacana ke Desa Hargorejo

Published

on

Oleh India Lewis & Charli Kay

Volunteer Mitra Wacana

Pada Rabu, 5/6/2024, kami, volunteer Mitra Wacana India dan Charli dari Australia, berkunjung ke desa Hargoreja untuk melaksanakan presentasi relasi gender. Kunjungannya merupakan kesempatan khusus untuk membagi pengetahuan lintas-budaya, hingga ada banyak pembelajaran yang terjadi bagi kedua sisi.

Presentasinya mencakup tiga aspek relasi gender, yaitu peran gender di sekolah, peran gender dalam pacaran, dan peran perempuan dalam tenaga kerja. Sebagai pemandu diskusi, kami membahas keadaan isu ini di Australia, sambil bertanya kepada ibu-ibu di sana tentang pengalaman mereka. Kami mencari beberapa kemiripan dan perbedaan antara kedua budaya kita. Ternyata ada cukup banyak kemiripan terkait dengan sekolah. Kami membahas stereotip seperti perempuan yang lebih suka pelajaran humaniora, dan laki-laki yang lebih suka sains dan matematika.

Ibu-ibu dari Hargorejo setuju bahwa ini merupakan masalah di Indonesia yang mencegah perempuan dari bekerja dalam bidang sains dan matematika. Namun, ada cukup banyak perbedaan antara Australia dan Indonesia dalam dunia pacaran dan pernikahan. Rata-rata, perempuan Australia menikah pada usia 27, dan laki-laki pada usia 33. Usia rata-rata ini lebih rendah di Indonesia; 21 untuk perempuan dan 25 untuk laki-laki. Akhirnya, kami membahas beberapa alasan untuk kekurangan jumlah Perempuan yang masuk ke tenaga kerja di kedua negara kita. Salah satunya adalah ketidaktersediaan alat kontrasepsi, dan ibu-ibunya penasaran bertanya tentang metode kontrasepsi di Australia.

Kunjungannya diakhiri dengan percakapan yang lebih kasual, dan tentu saja foto bersama. Untuk saling berbagi budaya masing-masing merupakan aktivitas yang sangat penting dan bermanfaat. Dari sesi ini, kami mendapat perspektif baru terhadap budaya kami berdasarkan pertanyaan yang diajukan oleh ibu-ibu Indonesia. Semoga, ibu-ibunya juga bermanfaat dari perspektif kami, dan bisa belajar tentang budaya Australia dan budayanya sendiri.

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending