Arsip
Profil Desa Grabag Kabupaten Purworejo
Published
13 years agoon
By
Mitra Wacana
Nama Desa : Grabag
Kepala Desa : Rani Sumadyaningrum
Sekretaris Desa : Budi Hartono
Aparat Desa
1) Suprapto
2) Tati
3) W. Hadi Suwito ( Kaum )
4) Sutiyono ( Kaum )
5) Kaur Pemerintah : Herman M.
6) Kaur Ekbang : M.Fadlan
7) Kaur Kesra : Supangat
8) Kaur Keuangan : Widyo Sucipto
9) Kaur Umum : Puji Susanto
10) Kadus 1 : Wahyono
11) Kadus 2 : Puji Asmito
12) Kadus 3 : Legiman
13) Kadus 4 : Yulianto
14) Kadus 5 : Mardiyanto
15) Kadus 6 : S. Basuki
Luas wilayah desa : 338,100 Ha
Batas Desa
– Utara : Desa Sangubanyu
– Timur : Desa Roworejo, Tunggul rejo
– Selatan : Desa Aglik
– Barat : Desa Banyuoso
Pertanahan
a) Tanah kas desa : 30,00 Ha
b) Tanah bersertifikat : 78 buah 4,8 Ha
Perumahan
a) Permanen : 400 buah
b) Semi Permanen : 190 buah
c) Non Permanen : 135 buah
Jumlah Penduduk
a) Laki – laki : 1818 orang
b) Perempuan : 1874 orang
c) Jumlah total : 3692 orang
d) Kepala Keluarga : 944 KK
Pendidikan
a) Lulusan pendidikan umum : 2102 orang
b) Lulusan pendidikan khusus : 56 orang
Kelompok Pendidikan Berdasar Usia
a) 04 – 07 tahun : 318 orang
b) 07 – 12 tahun : 260 orang
c) 13 – 15 tahun : 230 orang
Agama
a) Agama Islam : 3659 orang
b) Agama Kristen : 12 orang
c) Agama Khatolik : 6 orang
Bangunan tempat ibadah
a) Masjid : 2
b) Mushola : 8
c) Gereja : 0
Jumlah RT :15, Jumlah RW : 6
Mata Pencaharian
a) Karyawan (PNS) : 126 orang
b) TNI : 64 orang
c) POLRI : 615 orang
d) Tani : 669 orang
e) Buruh tani : 364 orang
f) Pertukangan : 67 orang
g) Pensiunan : 81 orang
Jenis Usaha
a) Home industri gula merah,
b) Pedagang
c) membuat snack tradisional
d) penggilingan padi
e) pengepul kelapa
f) pengepul bawang merah
g) pengepul telur
Arsip
Merajut Kolaborasi Lintas Iman: Mencegah Intoleransi, Radikalisme dan Ekstremisme Di Baciro
Published
2 months agoon
10 September 2025By
Mitra Wacana
Sebagai upaya melakukan pencegahan terhadap fenomena intoleransi, radikalisme dan ekstremisme (IRE), Mitra Wacana melaksanakan program kolaboratif dengan masyarakat lintas iman sepanjang bulan Maret hingga Mei 2025. Program ini dilaksanakan di Kalurahan Baciro, Kapanewon Gondokusuman Kota Yogyakarta. Dijalankannya program ini tidak terlepas dari eskalasi kasus intoleransi yang sempat terjadi di Yogyakarta dalam beberapa tahun terakhir. Kasus-kasus tersebut menjadi goresan-goresan luka bagi realitas masyarakat Yogyakarta yang kaya akan keberagaman dan menjunjung kehidupan yang toleran.
Kalurahan Baciro dipilih karena beberapa alasan. Pertama, Kalurahan Baciro merepresentasikan kemajemukan masyarakatnya yang meliputi warga urban, mahasiswa dan masyarakat lintas iman. Kedua, di Baciro pernah terjadi tindakan intoleran berupa penolakan rumah ibadah dan persekusi terhadap kelompok Ahmadiyah. Ketiga, tokoh lokal dan struktur formal di Kalurahan Baciro memberikan dukungan untuk dilaksanakannya program ini. Selain itu, Baciro juga telah ditetapkan sebagai Kalurahan Kerukunan sehingga memiliki potensi besar untuk dijadikan model replikasi upaya pencegahan IRE.
Melalui program ini, Mitra Wacana hadir dengan pendekatan partisipatif, melibatkan perempuan, orang muda, tokoh agama, aparat, kelompok minoritas, organisasi lintas iman dan media sebagai agen yang merawat keberagaman. Pelaksana program menggunakan pendekatan edukasi berbasis komunitas berperspektif gender, menghadirkan ruang aman bagi dialog lintas iman serta melakukan kampanye narasi damai baik secara daring maupun luring.
Program ini diawali dengan dialog bersama para jurnalis untuk mengkampanyekan narasi damai di media. Selain mengajak jurnalis dan admin media berbagai komunitas dan lembaga, media Mitra Wacana sendiri juga melakukan produksi konten narasi damai dan mempublikasikannya dengan mengajak jejaring sebagai kolaborator postingan media sosial. Di samping itu, Mitra Wacana juga memberikan workshop mengenai kampanye digital kepada admin media sosial komunitas-komunitas yang ada di Yogyakarta.
Implementasi program ini juga meliputi lokalatih tentang pengenalan IRE dan strategi pencegahannya yang dilaksanakan sebanyak dua kali, peluncuran Buku Panduan Praktis Deteksi Dini IRE, talkshow di radio untuk memperluas jangkauan isu, evaluasi partisipatif hingga audiensi ke Walikota Yogyakarta dan Kesbangpol DIY. Namun, pencegahan IRE tidak sepenuhnya berjalan mulus. Beberapa hal masih menjadi tantangan dalam pelaksanaan program misalnya masih adanya stigma terhadap minoritas (Ahmadiyah, penghayat). Kemudian, pencegahan IRE juga tidak dianggap populer di media, tidak semua masyarakat dan organisasi terjangkau langsung serta durasi program yang sangat singkat.
Mitra Wacana perlu menerapkan strategi khusus agar program pencegahan IRE ini berjalan lancar dan menghasilkan output serta outcome yang tepat sasaran. Adapun beberapa strategi yang dilakukan Mitra Wacana antara lain: membangun kepercayaan melalui komunikasi personal dengan kelompok minoritas, melakukan kolaborasi strategis dengan Aliansi Jurnalis Independen Yogyakarta, distribusi buku deteksi dini IRE ke 21 Rukun Warga serta advokasi ke Wali Kota dan Kesbangpol untuk keberlanjutan kebijakan dan replikasi program.
Program yang dijalankan Mitra Wacana ini berhasil menjangkau 53 peserta dari beragam gender, agama dan usia. Kemudian, menghasilkan lebih dari 25 konten digital edukatif dengan lebih dari 82 ribu penonton, menjangkau 41 kolaborator, menghasilkan 10 artikel dan 38 publikasi kegiatan, tersusunnya Buku Panduan Praktis Deteksi Dini IRE serta menjangkau 21 content creator.
Hasil survei terhadap peserta menunjukkan bahwa peserta meningkat dari sisi pengetahuan, sikap dan perilaku. Tools deteksi dini IRE juga dirasakan sangat membantu sebagai alat mengidentifikasi gejala intoleransi, radikalisme dan ekstremisme dalam masyarakat. Nugraha Dhayu Mukti dari Gema Pakti mengaku setelah mengikuti program ini dia merasa lebih paham tentang bentuk dan perilaku IRE. Selain itu dia merasa lebih percaya diri karena penghayat kepercayaan sudah mulai diterima berkegiatan secara umum atau lintas iman karena Mitra Wacana selalu melibatkan kelompok penghayat di setiap kegiatan.
Adapun Abdul Halim dari FKUB Kota Yogyakarta menyampaikan program-program yang dilaksanakan Mitra Wacana menjadi ruang dialog lintas iman yang sesungguhnya. “Kegiatan lintas iman seperti ini memberi ruang untuk membangun silaturahmi lintas iman. Tidak sekadar teori, tapi benar-benar menghidupkan dialog” ungkapnya. Program ini membuktikan bahwa perdamaian bisa dibangun mulai dari ruang-ruang kecil yang partisipatif dan keterlibatan lintas kelompok menjadi kunci keberhasilan. (wiji nur asih)








kartowirdjo
12 December 2015 at 10:48 pm
Assalamu’alaikum wr wb.
Tumpah darah saya adalah dari Desa, Kec. Grabag artinya saya dilahirkan di desa tersebut tepatnya Minggu Kliwon, 20 Januari 1957.
Saya sangat bersyukur dilahirkan dan sampai sekarang Allah SWT masih memberikan kesehatan, iman dan taqwa, sehingga saya mengingat 58 tahun terlewati, namun setiap pulang ke kampung halaman terasa prihatin, karena perkembangan terkait dengan pembangunan belum menyentuh desa dimaksud. Untuk itu smg para pemimpin (pangembatin projo) untuk lebih semangat dan serius untuk memperjuangkan membangun desa yang saya cintai. mengingat perkembangan desa-desa lain menurut saya cukup lumayan pembangunan fisik, namun desa Grabag belum.
Demikian unek-unek saya semenjak Ibu Lurah terpilih menjadi Kepala Desa da waktu itu (sudah lama) saya sowan dan bertemu langsung dengan memberikan selamat dan memberikan masukan terkait dengan perjuangan untuk desa Grabag. ……….
kartowirdjo
12 December 2015 at 10:48 pm
Assalamu’alaikum wr wb.
Tumpah darah saya adalah dari Desa, Kec. Grabag artinya saya dilahirkan di desa tersebut tepatnya Minggu Kliwon, 20 Januari 1957.
Saya sangat bersyukur dilahirkan dan sampai sekarang Allah SWT masih memberikan kesehatan, iman dan taqwa, sehingga saya mengingat 58 tahun terlewati, namun setiap pulang ke kampung halaman terasa prihatin, karena perkembangan terkait dengan pembangunan belum menyentuh desa dimaksud. Untuk itu smg para pemimpin (pangembatin projo) untuk lebih semangat dan serius untuk memperjuangkan membangun desa yang saya cintai. mengingat perkembangan desa-desa lain menurut saya cukup lumayan pembangunan fisik, namun desa Grabag belum.
Demikian unek-unek saya semenjak Ibu Lurah terpilih menjadi Kepala Desa da waktu itu (sudah lama) saya sowan dan bertemu langsung dengan memberikan selamat dan memberikan masukan terkait dengan perjuangan untuk desa Grabag. ……….
kartowirdjo
12 December 2015 at 10:52 pm
1. Sugeng ndalu Ibu Rani Summadiyaningrum, nyuwun pangapunten inggih, mugi2 kerso pangaupro manawi kulo kirang prayogi.
2. Salam kagem keng Ibu Yuli lan selamat kabaripun unggul ing Pilkada
3. Nuwun