web analytics
Connect with us

Rilis

Seberapa Pentingkah Ujian Nasional?

Published

on

ilustrasi
Waktu dibaca: 2 menit

Ujian nasional atau sering disingkat dengan UN adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan, Depdiknas di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan oleh lembaga yang mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan dan proses pemantauan evaluasi tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan.

Namun tujuan UN bukan sekadar pemenuhan target kelulusan, tapi sebagai tolak ukur mutu pendidikan di sekolah. Selama ini UN hanya sebatas memenuhi target, sehingga menjelang ujian disibukkan dengan program bimbingan belajar dan pelatihan soal-soal yang diuji. Artinya, sistem pendidikan sekarang ini telah mengabaikan tujuan yang sebenarnya, yakni meningkatkan kecerdasan pelajar baik sebelum maupun setelah menyelesaikan studinya. Parahnya lagi, ketika UN menjadi satu-satunya standar kelulusan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No.19/2005 tentang standar pendidikan nasional, prestasi pendidikan bukannya membaik, malah dalam indeks pendidikan dunia terus menurun. Menurunnya indeks pendidikan Indonesia di tingkat dunia itu diketahui berdasarkan laporan terbaru UNESCO badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang membidangi pendidikan dan kebudayaan.

Hal ini menunjukkan pelaksanaan UN gagal karena dijadikan satu-satunya standar keluluran pelajar semua sekolah seluruh negeri ini dan bukan seperti sebelum lahirnya peraturan standar tersebut. “Penilaian kemampuan siswa mencakup tiga aspek, pengetahuan, keterampilan dan sikap. Penentuan kelulusan harus diserahkan kepada guru di sekolah. Guru orang yang mengetahui kondisi anak didiknya,” ungkap salah satu pakar pendidikan UI. Bekal utama yang diperlukan agar anak-anak mampu bersaing dalam dunia yang terus bergerak maju dan mengglobal adalah kemampuan berpikir logis. Namun, pendidikan di Indonesia justru cenderung mengabaikan kemampuan bernalar itu.

Mulai tahun ajaran 2013/2014, ujian nasional sekolah dasar (SD) resmi ditiadakan. Hal ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah (PP) No 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang ditandatangani Presiden Republik Indonesia pada pekan lalu. Dengan demikian, mulai tahun depan anak-anak SD tidak lagi akan direpotkan dengan UN. Namun, UN jenjang SMP dan SMA tetap akan ada seperti biasa. Penghapusan ini ada kaitannya dengan program wajib belajar 9 tahun dan kurikulum 2013 yang akan segera diterapkan pada pertengahan Juli ini.
Direktur Pembinaan Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ibrahim Bafadal mengatakan, meski UN ini ditiadakan, bukan berarti tidak ada alat evaluasi bagi anak-anak yang duduk di bangku SD ini untuk ke jenjang selanjutnya. Format evaluasinya nanti bisa dikerjakan oleh daerah. Yang pasti penghapusan UN ini tidak akan menghilangkan sistem evaluasi pada jenjang pendidikan dasar tersebut. Pasalnya, di tiap jenjang pendidikan memang harus terdapat sistem evaluasi.

*Dari berbagai sumber

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Ekspresi

Diskusi Asik: Memang bisa menjadi lebih baik setelah trauma?

Published

on

Posttraumatic Growt (PTG)
Waktu dibaca: 3 menit

Yogyakarta, 04 Desember 2023 – sesuai dengan apa yang telah diagendakan, siang ini di Mitra Wacana ada diskusi menarik terkait Posttraumatic Growt (PTG) yang di sampaikan oleh mahasiswa magang dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Antusiasme dari teman-teman Mitra Wacana juga sagat bagus terkait topik PTG ini. Nah, Apasih sebenarnya Post traumatic Growt itu? Mimin akan membagi informasinya kepada temen-temen. Lets go….

Sebelum masuk ke Post Traumatic Growt (PTG), trauma sendiri merupakan suatu kondisi yang diakibatkan oleh peristiwa buruk yang menimpa diri seseorang. Pada dasarnya, siapa pun memiliki potensi yang sama untuk mengalami trauma, akan tetapi seseorang akan semakin rentan mengalami jika dalam kondisi yang tidak setabil. Respon trauma ini tidak dapat diukur dari kejadian yang dialami, melainkan bagaimana diri seseorang itu menerima dan menanggapi peristiwa tersebut. Dukungan dari orang terdekat, kondiri Kesehatan fisik dan mental, serta kemempuan diri dalam menghadapi situasi tersebut dapat mempengaruhi reaksi seseorang terhadap kejadian traumatis. 

Seseorang yang mampu melewati peristiwa traumatis dengan kembali membentuk pandangannya terkait kehidupan menuju perubahan yang lebih positif ini dinamakan PostTraumatic Growt (PTG). Menurut Calhoun & Tedescri (2006) menggambarkan PTG ini sebagai pengalaman perubahan kehidupan yang lebih positif sebagai hasil dari perjuangan menghadapi krisis atau peristiwa yang mengguncang. PTG ini merupakan hasil dari perjuangan seseorang dalam menghadapi realita baru setelah mengalami kejadian traumatic, bukan hasil langsung setelah peristiwa tersebut (Shafira, 2011). PTG ini merupakan hasil dari pengalaman traumatic, bukan suatu bentuk mekanisme coping dalam menghadapi peristiwa trumatik. 

Peristiwa traumatic ini diibaratkan gempa bumi yang mengguncang dapat menyiksa dan juga seseorang akan menganggap hal ini merupakan suatu tantangan yang berat. Setelah kejadian yang mengguncang tersebut seseorang akan membangun kembali proses kognitifnya, hal ini diibaratkan membangun kembali bangunan fisik yang telah hancur setelah kejadian gempa bumi. Adapun untuk factor-faktor yang mempengaruhi Post Traumatik Growt dalah Hope (harapan), dukungan sosial, optimism, agama dan spiritual, usia, time since event, dan karakteristik dari kejadian traumatic. Posttraumatic Growt (PTG)

Aspek-Aspek Posttraumatic Growt

Menurut Calhoun dan tedenschi menyebutkan bahwa perubahan dalam diri seseorang setelah kejadian traumatik dan juga merupakan elemen PTG adalah sebagai berikut: 

  1. Penghargaan terhadap hidup (Appreciation for life), ini merupakan perubahan yang penting dalam hidup seseornag, dimana ini adalah perubahan mengenai prioritas hidup seseorang dan dapat meningkatkan penghargaan terhadapa apa yang dimilikinya. 
  2. Hubungan dengan orang lain (Relation to others), seseorang mungkin akan memperbaiki hubungan dengan keluarga dan juga temannya menjadi lebih dekat, dan lebih berarti. 
  3. Kekuatan dalam diri (Personal strength), merupakan perubahan berupa peningkatan kekuatan personal, ataulebih mengenal kekuatan yang ada dalam diri yang dimiliki. 
  4. Kemungkinan kemungkinan baru (New possibilities), merupakan kemungkinana untuk mengambil ola kehisupan yang baru dan berbeda, contohnya ketertarikan terhadap hal-hal baru, aktivitas baru dll. 
  5. Perkembangan spiritual (Spiritual development)

Contoh Kasus: 

 “Hubungan Anak Broken Home Terhadap Post Traumatic Growth

Subjek O mengalami trauma akibat perceraian orang tuanya sehingga membuat jiwa dan psikisnya terguncang. Namun, ia sudah mampu melewati fase trauma berat hingga membawanya pada tahapan Post Traumatic Growth. Hal ini dipengaruhi oleh faktor eksternal berupa support system dari keluarganya (dukungan sosial) dan faktor internal berupa dorongan yang kuat untuk bangkit melewati fase trauma dalam hidupnya, dengan cara lebih menyibukkan diri berkumpul bersama teman-temannya untuk melakukan hal-hal positif dan sibuk dalam dunia pendidikan. Dari hasil analisis, terlihat bahwa subjek O sudah bisa melewati fase traumatiknya hingga pada fase post traumatic growth. Hal tersebut tentunya tidak semudah yang dibayangkan dalam melewati fase sulit tersebut sebab pengalaman yang begitu dalam sehingga perubahan yang terjadi dalam fase itu perlu adanya dorongan dan support system yang baik. 

Jadi jangan terus biarkan trauma menyelimuti dengan kesedihan dan kecemasan yang berlarut-larut. Walaupun membutuhkan proses untuk pulih, percaya dan yakinlah kamu pasti dapat melewati dan menjadi orang yang lebih baik.  (Romdhotul)

Sumber:

Shafira, Farah (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi Postraumatic Growt pada Recovering addict di Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Terapi dan Rehabilitasi BNN Lido. 

https://hellosehat.com/mental/gangguan-kecemasan/trauma/

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending

EnglishGermanIndonesian