web analytics
Connect with us

Berita

Sekda Bantul Pimpin Rapat Koordinasi Bahas Perkembangan Situasi dan Kondisi Wilayah Kabupaten

Published

on

Bantul, 22 Mei 2025 — Pemerintah Kabupaten Bantul menggelar rapat koordinasi guna membahas perkembangan situasi dan kondisi wilayah terkini. Rapat yang dilangsungkan pada hari Kamis, 22 Mei 2025, pukul 13.30 WIB hingga selesai ini bertempat di Ruang Rapat Sekretaris Daerah Kabupaten Bantul, Jl. Robert Wolter Monginsidi No. 1, Bantul. Rapat dipimpin langsung oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bantul, Agus Budiraharja.

Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), instansi vertikal, tokoh lintas agama, dan organisasi masyarakat. Adapun undangan yang hadir meliputi Bupati Bantul, Komandan Kodim 0729/Bantul, Kapolres Bantul, Kepala Kejaksaan Negeri Bantul, serta Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bantul.

Selain itu, turut hadir perwakilan Badan Intelijen Negara (BIN) DIY, para pejabat struktural di lingkungan Sekretariat Daerah, Kepala Badan Kesbangpol, Kepala Satpol PP, serta perwakilan dari unsur intelijen TNI, Polri, dan Kejaksaan.

Rapat ini juga mengundang elemen masyarakat dan tokoh agama, antara lain Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Bantul yang mengirim enam perwakilan dari masing-masing agama, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU), Ketua Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM), Ketua Paksikaton, Ketua MUKI Bantul, Ketua Mitra Wacana, Ketua DPC Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Kabupaten Bantul, Ketua Sentra Komunikasi (SENKOM), Ketua Yayasan Teratai Putih, serta Ketua Rakso Kabupaten Bantul.

Agenda pokok dalam rapat ini adalah membahas dinamika sosial, keamanan, ketertiban, serta isu-isu strategis yang tengah berkembang di wilayah Bantul. Dalam sambutannya, Sekda Agus Budiraharja menekankan pentingnya sinergi dan komunikasi lintas sektor dalam menjaga stabilitas daerah.

“Kita perlu memperkuat koordinasi lintas sektoral untuk menghadapi berbagai tantangan di masyarakat. Peran semua elemen, baik pemerintah, aparat keamanan, maupun masyarakat sipil, sangat penting untuk menciptakan kondusivitas di wilayah Bantul,” tegasnya.

Masing-masing perwakilan ormas yang turut hadir menyampaikan pendapat dan masukan kepada pemerintah daerah terkait dengan potensi kerentanan konflik di masing-masing wilayah. Rapat juga membahas peristiwa kasus perusakan nisan bertanda salib di sebuah makam di Banguntapan dan kota Yogyakarta.

Beberapa ormas juga menyampaikan usulan kepada sekda agar melibatkan KPAID Bantul dalam proses pendampingan. Selain itu kepastian tentang jaminan keamanan sosial bagi kelompok rentan juga diusulkan.

Rapat berlangsung dalam suasana konstruktif dengan penyampaian pandangan dan masukan dari berbagai pihak, yang diharapkan menjadi dasar pengambilan kebijakan pemerintah daerah dalam waktu dekat. (Wtn)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Berita

Perempuan Indonesia Merajut Solidaritas: Suara dari Akar Rumput untuk Keadilan dan Kemanusiaan

Published

on

Oleh Nurmalia Ika Widiasari, S.H., MKn (Dewan Pengurus Mitra Wacana)

Jakarta, 24 Mei 2025 — Di tengah tantangan kesetaraan gender dan ketidakadilan sosial yang masih mengemuka di Indonesia, para perempuan dari berbagai penjuru tanah air berkumpul di lantai 4 Grha Pemuda Katedral Jakarta dalam forum diskusi bertajuk “Perempuan Indonesia Merajut Solidaritas Bersama.” Acara ini merupakan serial ketiga dari Bonum Commune Forum (BCF) yang diselenggarakan oleh Keuskupan Agung Jakarta dan 5P Global Movement. Mitra Wacana hadir sebagai tamu istimewa dan duduk di barisan depan forum tersebut.

Mengusung semangat Hari Perempuan Internasional bertema “For All Women and Girls: Rights. Equality. Empowerment,” forum ini menegaskan bahwa perjuangan perempuan bukan sekadar selebrasi simbolik, melainkan panggilan untuk aksi nyata. Acara dibuka dengan sambutan hangat dan selingan humor oleh Inaya Wahid, aktivis dan seniman, yang menghidupkan suasana diskusi sejak menit pertama.

Tiga narasumber utama hadir dengan cerita dan perjuangan yang menyentuh. Sumini, pengelola hutan adat dari Aceh, membagikan kisah perjuangannya menjaga hutan dengan pendekatan damai. “Kami tidak melawan para pembakar hutan dengan kekerasan, kami ajak makan, lalu berdialog,” ungkapnya, sambil menegaskan bahwa keberlanjutan lingkungan bisa dimulai dari tindakan kecil dan konsisten.

Suster Laurentina, yang dikenal sebagai “Suster Cargo,” membagikan realitas pahit para Buruh Migran (BM) asal NTT. Ia menyinggung banyaknya BM yang meninggal di luar negeri tanpa perlindungan hukum yang memadai. “Kadang saya disebut perempuan kurang kerjaan karena urus jenazah. Tapi ini panggilan hati,” tegasnya, yang disambut tawa haru peserta ketika ia menjawab guyonan Inaya dengan spontan dan jenaka.

Sementara itu, Octavia Wuri dari Sekolah Tanpa Batas menuturkan perjuangannya mendirikan sekolah inklusif bagi anak-anak difabel dan marjinal. Ia nyaris menyerah, hingga seorang siswanya mengaku ingin bunuh diri. “Saat itu saya tahu, saya tidak bisa berhenti,” katanya, lirih namun penuh daya.

Diskusi semakin kuat ketika penanggap seperti Karlina Supeli dan Andar Nubowo menekankan pentingnya memperluas solidaritas lintas isu dan gender. Karlina menyoroti bahwa perubahan sosial bisa memakan waktu hingga 2000 tahun jika tidak ada intervensi nyata. Sedangkan Andar menyebut tiga perempuan pembicara sebagai “Power Rangers perubahan.”

Isu-isu penting seperti larangan pendirian rumah ibadah, diskriminasi Ahmadiyah, hingga pembongkaran makam juga mengemuka dalam sesi tanya jawab. Inaya Wahid merespons dengan tegas bahwa perjuangan Gusdurian adalah membela yang minoritas dan terpinggirkan, karena “mereka yang kerap dilupakan negara.”

Forum ditutup dengan pernyataan solidaritas dari peserta lintas iman, termasuk Pak Kusbini yang menyampaikan duka atas wafatnya Paus dan harapan atas pemilihan Paus Leo. “Kita mungkin tidak seiman, tapi kita sejalan dalam perjuangan kemanusiaan,” ujarnya mantap.

Kegiatan ini menjadi bukti bahwa suara perempuan dari akar rumput adalah kunci untuk membangun Indonesia yang inklusif, adil, dan berkelanjutan.

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending