web analytics
Connect with us

Berita

SEKOLAH PEMBERDAYAAN GOES TO MITRA WACANA

Published

on

Yogyakarta, 24 Mei 2025 – KOPRI Casilda PMII menggelar kunjungan kelembagaan ke Mitra Wacana sebagai bagian dari program kolaboratif bertajuk Sekolah Pemberdayaan. Kegiatan ini berlangsung di kantor Mitra Wacana, Yogyakarta. tujuan utama kunjungan ini untuk memperdalam pemahaman kader terhadap konsep pemberdayaan serta meningkatkan kapasitas kader dalam membaca dan merespons isu-isu sosial di masyarakat.

Peserta dalam kegiatan ini merupakan Anggota kader pmii, Pengurus Rayon Pondok Syahadat dan juga beberapa staff dari mitra wacana yang turut mendampingi jalanya kegiatan.Dalam kunjungan tersebut peserta diajak untuk memahami pemberdayaan secara komprehensif, mulai dari konsep dasar, pendekatan teoritis, hingga tantangan implementatif di lapangan. Materi disampaikan oleh Muazim, selaku Manajer Program Mitra Wacana yang memaparkan secara sistematis dan kontekstual. Penyampaian yang komunikatif dan dikaitkan dengan isu-isu aktual membuat suasana diskusi menjadi lebih hidup, cair, dan menyenangkan.

Mas Muazim juga menekankan bahwa dalam proses pendampingan masyarakat, khususnya ketika ingin membangun kesadaran kritis, dibutuhkan pendekatan yang smooth dan kontekstual. Artinya, metode dan cara penyampaian harus menyesuaikan dengan kondisi sosial-budaya yang dianut masyarakat. Hal ini bukan untuk menghilangkan nilai idealitas yang ingin dibangun, tetapi justru menyesuaikan cara agar pesan dan nilai tersebut dapat diterima dan dipahami secara efektif oleh masyarakat sasaran.

Setelah sesi pemaparan, kegiatan dilanjutkan dengan forum diskusi dan sharing session pengalaman pendampingan masyarakat yang telah dilakukan oleh Mitra Wacana. Para peserta aktif bertanya dan berbagi pandangan, menjadikan momen ini tidak hanya sebagai ruang belajar, tapi juga pertukaran perspektif yang memperkaya wawasan.

Koordinator KOPRI Casilda menyampaikan bahwa kegiatan ini penting sebagai ruang refleksi bagi kader PMII agar tidak hanya berhenti pada diskusi konseptual, tetapi juga mulai menyelami langsung dinamika sosial masyarakat. Ia menegaskan, Dengan belajar langsung ke lapangan, kader akan lebih objektif  dalam menganalisis isu dan menyusun strategi gerakan.

Teakhir, penutup kegiatan ditandai dengan penyerahan sertifikat kepada Mitra Wacana sebagai bentuk apresiasi, dan dilanjutkan dengan sesi foto bersama. Kunjungan ini menjadi salah satu langkah nyata KOPRI Casilda PMII dalam memperkuat gerakan

berbasis pemberdayaan, pengetahuan, dan aksi nyata di masyarakat.

 

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Berita

Perempuan Indonesia Merajut Solidaritas: Suara dari Akar Rumput untuk Keadilan dan Kemanusiaan

Published

on

Oleh Nurmalia Ika Widiasari, S.H., MKn (Dewan Pengurus Mitra Wacana)

Jakarta, 24 Mei 2025 — Di tengah tantangan kesetaraan gender dan ketidakadilan sosial yang masih mengemuka di Indonesia, para perempuan dari berbagai penjuru tanah air berkumpul di lantai 4 Grha Pemuda Katedral Jakarta dalam forum diskusi bertajuk “Perempuan Indonesia Merajut Solidaritas Bersama.” Acara ini merupakan serial ketiga dari Bonum Commune Forum (BCF) yang diselenggarakan oleh Keuskupan Agung Jakarta dan 5P Global Movement. Mitra Wacana hadir sebagai tamu istimewa dan duduk di barisan depan forum tersebut.

Mengusung semangat Hari Perempuan Internasional bertema “For All Women and Girls: Rights. Equality. Empowerment,” forum ini menegaskan bahwa perjuangan perempuan bukan sekadar selebrasi simbolik, melainkan panggilan untuk aksi nyata. Acara dibuka dengan sambutan hangat dan selingan humor oleh Inaya Wahid, aktivis dan seniman, yang menghidupkan suasana diskusi sejak menit pertama.

Tiga narasumber utama hadir dengan cerita dan perjuangan yang menyentuh. Sumini, pengelola hutan adat dari Aceh, membagikan kisah perjuangannya menjaga hutan dengan pendekatan damai. “Kami tidak melawan para pembakar hutan dengan kekerasan, kami ajak makan, lalu berdialog,” ungkapnya, sambil menegaskan bahwa keberlanjutan lingkungan bisa dimulai dari tindakan kecil dan konsisten.

Suster Laurentina, yang dikenal sebagai “Suster Cargo,” membagikan realitas pahit para Buruh Migran (BM) asal NTT. Ia menyinggung banyaknya BM yang meninggal di luar negeri tanpa perlindungan hukum yang memadai. “Kadang saya disebut perempuan kurang kerjaan karena urus jenazah. Tapi ini panggilan hati,” tegasnya, yang disambut tawa haru peserta ketika ia menjawab guyonan Inaya dengan spontan dan jenaka.

Sementara itu, Octavia Wuri dari Sekolah Tanpa Batas menuturkan perjuangannya mendirikan sekolah inklusif bagi anak-anak difabel dan marjinal. Ia nyaris menyerah, hingga seorang siswanya mengaku ingin bunuh diri. “Saat itu saya tahu, saya tidak bisa berhenti,” katanya, lirih namun penuh daya.

Diskusi semakin kuat ketika penanggap seperti Karlina Supeli dan Andar Nubowo menekankan pentingnya memperluas solidaritas lintas isu dan gender. Karlina menyoroti bahwa perubahan sosial bisa memakan waktu hingga 2000 tahun jika tidak ada intervensi nyata. Sedangkan Andar menyebut tiga perempuan pembicara sebagai “Power Rangers perubahan.”

Isu-isu penting seperti larangan pendirian rumah ibadah, diskriminasi Ahmadiyah, hingga pembongkaran makam juga mengemuka dalam sesi tanya jawab. Inaya Wahid merespons dengan tegas bahwa perjuangan Gusdurian adalah membela yang minoritas dan terpinggirkan, karena “mereka yang kerap dilupakan negara.”

Forum ditutup dengan pernyataan solidaritas dari peserta lintas iman, termasuk Pak Kusbini yang menyampaikan duka atas wafatnya Paus dan harapan atas pemilihan Paus Leo. “Kita mungkin tidak seiman, tapi kita sejalan dalam perjuangan kemanusiaan,” ujarnya mantap.

Kegiatan ini menjadi bukti bahwa suara perempuan dari akar rumput adalah kunci untuk membangun Indonesia yang inklusif, adil, dan berkelanjutan.

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending