Opini
Ada Evaluasi, Biskita Trans Pakuan Kota Bogor Dihentikan Sementara
Published
8 months agoon
By
Mitra Wacana

Novi Kristiawati | J0401231022
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, Sekolah Vokasi IPB
Biskita adalah salah satu moda transportasi umum yang ada di Kota Bogor. Sebagai moda transportasi, Biskita menambah pilihan yang memudahkan masyarakat untuk mengelilingi Kota Bogor. Dengan jangkauan yang luas, Biskita membuat perjalanan ke berbagai tempat menjadi lebih mudah. Selain itu, tarif yang terjangkau membuat Biskita menjadi pilihan utama bagi banyak orang, terutama dibandingkan dengan transportasi umum lainnya. Biskita menerapkan mekanisme subsidi BTS (Buy The Service) yang dikelola oleh Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan, dan diselenggarakan oleh operator PT Kodjari Tata Angkutan sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan pemerintah.
Namun, saat ini layanan Biskita di semua koridor dihentikan sementara, mulai 1 Januari hingga masa evaluasi dan transisi selesai. Kepala Dinas Perhubungan Kota Bogor menjelaskan bahwa penghentian layanan ini disebabkan oleh perubahan kelembagaan yang mengelola Biskita di Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Sebelumnya, BPTJ yang mengelola Biskita melalui program BTS, kini berubah menjadi Dirjen Integrasi Transportasi dan Multimedia.
Evaluasi terkait layanan Biskita di Kota Bogor terus berlanjut, dengan Pemkot Kota Bogor mengajukan surat kepada Kemenhub dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkoinfra) untuk meminta subsidi dari Pemerintah Pusat, agar layanan Biskita dapat kembali beroperasi dengan normal. Tanpa subsidi, tarif yang harus dibayar masyarakat diperkirakan akan melebihi Rp10.000, yang tentu akan memberatkan pengguna, terutama pelajar dan mahasiswa yang sangat bergantung pada angkutan umum ini. Perubahan tarif Biskita yang semula gratis menjadi Rp4.000 sudah membuat nyaman para pengguna, karena perubahan tersebut semakin menambah keresahan di kalangan masyarakat. Ketidakpastian terkait kelangsungan operasional Biskita ini tentunya menyulitkan banyak pihak, mengingat pentingnya transportasi ini bagi aktivitas sehari-hari warga dan pelajar di Kota Bogor.
Oleh karena itu, diharapkan Pemerintah Pusat dapat lebih tegas dalam menentukan kebijakan terkait subsidi Biskita, agar proses ini tidak berlarut-larut dan memberikan kepastian bagi masyarakat. Biskita bukan hanya sekadar alat transportasi, tetapi juga menjadi sarana penting bagi wisatawan yang mengunjungi Kota Bogor. Jika subsidi dihentikan atau dikurangi, dampaknya bisa meluas, tidak hanya bagi masyarakat, tetapi juga bagi sektor pariwisata dan perekonomian Kota Bogor. Pemkot Kota Bogor seharusnya lebih aktif dalam mendesak Pemerintah Pusat untuk tidak hanya mempertahankan subsidi, tetapi juga meningkatkan kualitas dan cakupan layanan Biskita.
Selain menjamin subsidi yang memadai diharapkan Pemkot atau Dirjen Integrasi Transportasi dan Multimedia Kota Bogor dapat memberikan informasi yang jelas dan transparan kepada masyarakat mengenai status kelanjutan layanan Biskita. Komunikasi yang transparan mengenai masa depan layanan, tarif, dan kemungkinan perubahan lainnya akan membantu mengurangi keresahan di kalangan pengguna.
Dengan adanya kebijakan yang lebih jelas dan dukungan penuh dari Pemerintah Pusat, diharapkan operasional Biskita dapat terus berjalan lancar tanpa membebani masyarakat, serta memberikan dampak positif bagi perekonomian dan pariwisata Kota Bogor.
Opini
Peran Sastra Populer dalam Meningkatkan Literasi di Kalangan Remaja
Published
7 days agoon
7 November 2025By
Mitra Wacana

Penulis : Fatin Fashahah, Mahasiswi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Andalas
Sastra populer sering dipandang rendah, dianggap hanya untuk hiburan, dangkal, atau terlalu komersial. Sikap seperti ini muncul dari pendapat bahwa karya populer tak setara dengan karya-karya yang biasanya dipelajari di bangku perkuliahan. Padahal, bagi banyak remaja, sastra populer justru menjadi pintu pertama untuk mulai suka membaca. Mengabaikan atau mengecilkan peran sastra populer berarti menutup kesempatan bagi generasi muda untuk jatuh cinta pada dunia tulisan.
UNESCO menyebut Indeks minat baca masyarakat Indonesia hanya diangka 0,001% atau dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo) dalam laman resminya juga pernah merilis hasil Riset bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Fakta ini menunjukkan bahwa masih rendahnya minat membaca rekreasi di banyak kelompok usia.
Namun, ketika pembaca terutama remaja diberi kebebasan memilih bacaan yang sesuai selera dan pengalaman mereka, minat membaca bisa saja meningkat. Dengan kata lain, relevansi isi buku terhadap kehidupan pembaca muda sangat menentukan apakah mereka akan terus membaca atau tidak. Sastra populer seperti buku young adult, novel roman remaja, dan cerita fantasi ringan sering kali menawarkan tema dan tokoh yang mudah dipahami remaja karena ceritanya seringkali dihubungkan dengan kehidupan remaja, sehingga mereka lebih tertarik untuk membaca.
Selain itu, sastra populer lebih mudah diakses lewat platform digital, cerita-cerita di aplikasi dan situs bacaan daring seperti Ipusnas, google play book, wattpad, karyakarsa dll. membuat remaja menemukan teks yang mereka suka kapan saja dengan mudah. Bentuk online juga mendorong interaksi pembaca bisa memberi komentar, berdiskusi, atau bahkan menulis kembali cerita mereka sendiri. Pengalaman berinteraksi seperti ini memberi dorongan kuat untuk terus membaca dan menulis. Beberapa karya yang awalnya populer di dunia maya kemudian diterbitkan secara cetak atau diadaptasi menjadi film dan serial menunjukkan bahwa bacaan populer punya peran penting dalam membangun ekosistem budaya yang lebih luas.
Penolakan terhadap sastra populer sering kali datang dari dua alasan utama. Pertama, alasan estetika, anggapan bahwa karya populer kurang bermutu secara sastra. Kedua, alasan moral atau konten bahwa beberapa cerita mengandung nilai yang dipertanyakan. Kritik seperti ini tidak salah jika tujuannya untuk memperbaiki kualitas karya. Namun, cara menanggapinya yang kurang tepat bisa membuat minat membaca remaja menjadi surut, seharusnya kita bukan melarang atau merendahkan bacaan tersebut. Akan lebih baik jika pembaca pemula diajarkan bagaimana cara membaca yang kritis. Dengan membimbing remaja membaca secara kritis, kita membantu mereka mengenali kekuatan dan kelemahan sebuah teks, sehingga pengalaman membaca menjadi lebih bermakna.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan minat membaca remaja diantaranya. Pertama, perpustakaan sekolah dan umum perlu menata koleksi yang seimbang baik karya klasik dan akademik berdampingan dengan bacaan populer. Pendekatan ini mengakui bahwa pembaca punya selera berbeda, dan memberi ruang bagi remaja yang sedang mencari gaya baca dan minat mereka. Kedua, guru dan pustakawan harus dilatih untuk memfasilitasi diskusi yang mengaitkan tema populer dengan konsep sastra dasar. Misalnya, dari sebuah novel populer, kita bisa mengajak pembaca membahas tokoh, alur, sudut pandang, atau pesan yang tersirat yanga terdapat di dalam novel tersebut. Langkah sederhana ini bisa mengubah bacaan ringan menjadi bahan belajar yang efektif.
Ketiga, adanya kegiatan klub baca dan lomba menulis berbasis minat yang bisa menghubungkan pembaca muda dengan mentor dan teman sebaya. Suasana komunitas yang saling mendukung membuat kegiatan membaca terasa lebih menyenangkan. Selain itu, adanya lomba menulis membuat remaja merasa diberi ruang kreatif untuk mengekspresikan dirinya. Keempat, harus ada kerja sama antara sekolah dengan platform digital. Hal ini penting untuk menyediakan akses yang aman dan terkurasi. Akses digital tanpa bimbingan bisa berisiko negatif dengan memperkenalkan konten yang kurang sesuai untuk pembaca dibawah umur. Oleh karena itu, peran pendidik dan orang tua tetap penting dalam menumbuhkan minat membaca terutama pembaca anak-anak dan remaja.
Secara budaya, sikap berhati-hati atau keraguan terhadap sastra populer sering kali membuat masyarakat melewatkan cerita-cerita yang sebenarnya dekat dengan kehidupan banyak orang, khususnya para remaja dari berbagai latar belakang. Karya populer dapat menjadi ruang untuk bereksperimen dengan bahasa, identitas, dan pengalaman sehari-hari. Ketika karya semacam ini dibahas di sekolah atau komunitas, karya tersebut berpotensi memperkaya imajinasi serta cara pandang masyarakat, terutama di kalangan generasi muda. Dengan demikian, sastra populer tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga menjadi bagian dari wacana budaya yang turut membentuk cara berpikir dan berinteraksi dalam kehidupan sosial.
Kesimpulannya, alih-alih memandang sastra populer secara sebelah mata, akan lebih bermanfaat jika masyarakat mencoba melihat potensinya dalam meningkatkan minat baca dan memperkuat budaya literasi. Pendekatan yang inklusif dapat dimanfaatkan untuk menjadikan daya tarik sastra populer sebagai pintu masuk bagi pembaca pemula. Tentu saja, hal ini tetap perlu disertai dengan bimbingan dan adanya pengenalan terhadap keterampilan membaca kritis serta jenis bacaan yang lebih beragam. Dengan begitu, kebiasaan membaca tidak hanya meningkat, tetapi juga dapat mendorong perkembangan kemampuan berpikir dan berbahasa generasi muda.










