
Akvi Zukhriyati
Oleh : Akvi Zukhriyati (Mahasiwa magang UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Di beberapa negara, disebutkan bahwa kesetaraan gender, perlindungan perempuan dan anak masih menjadi mimpi dan angan belaka. Namun di beberapa negara berikut eksistensi perempuan tidak dibedakan dengan laki-laki. Kemerdekaan perempuan sangat dijujung tinggi dan perempuan dihargai sama halnya seperti laki-laki.
Negara-negara Nordik (Islandia, Finlandia, Swedia, Norwegia, dan Denmark) adalah deretan negara yang disebut paling ramah terhadap kesetaraan gender menurut World Economic Forum-WEF. Di negara-negara ini tidak ada diskriminasi tehadap perempuan. Hak yang sama diberikan pada perempuan dan laki-laki tanpa ada perbedaan. Di negara-negara ini perkembangan karir perempuan sangatlah maju.Bahkan di Swedia perempuan dibolehkan menjadi kepala keluarga. Dan sejak tahun 1901 negara ini telah menformalkan cuti bagi perempuan hamil.
Di Swedia rata-rata laki-laki mengerjakan pekerjaan rumah 24 jam per minggu ini merupakan angka tertinggi di dunia. Unuk pekerjaan bangunan baik perempan atau laki-laki lega melakukannya. Ada sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa anak laki-laki di Swedia cenderung suka bermain boneka, sementara anak perempuan lebih suka bermain traktor, memasak dan menjahit.
Menurut sumber yang sama Indonesia menempati urutan 96 sabagai negara ramah gender. Hal ini jauh dibawah negara tetangga, Filiphina yang menempati urutan ke sembilan. Rata-rata di negara berkembang kemerdekan perempuan memang masih sangat rendah. Salah satu penyebabnya adalah budaya patriarki yang masih melekat dan dipegang erat oleh masyarakatnya. Budaya yang menepatan laki-laki sebagai sosok utama yang paling sentral dalam organisasi sosial.
Namun demikian tidak semua negara berkembang tidak ramah gender. Ada sebuah negara berkembang di Afrika yang mengejutkan mata dunia dengan perkembangan keterlibatan kaum perempuan, yaitu Rwanda. Negara yang berbentuk repubik, terletak di Afrika Tengah, negara ini menempati urutan ke tujuh. Rwanda mendapatkan pujian karena proporsi tinggi kaum perempuan dalam parlemen pemerintahannya.
Dan negara dengan tingkat keramahn paling rendah terhadap gender di dunia dipegang oleh Yaman. Di negara ini kebebasan perempuan masih sangat dikekang. Tinginya kasus kekerasan terhadap perempuan dan lemahnya hukum yang mengatur pernikahan anak menjadi penyebab utama di Yaman kesetaran gender belum hidup.