web analytics
Connect with us

Kulonprogo

Kreatifitas P3A Putri Arimbi dalam Mengolah Sampah

Published

on

Sampah masih menjadi masalah yang harus kita pecahkan bersama. Sampah yang tidak diolah akan membawa dampak besar bagi lingkungan dan kesehatan kita. Berdasarkan sifatnya, sampah bisa dipilah menjadi sampah organik, anorganik, dan B3 (beracun).

Sampah organik biasanya berasal dari sampah rumah tangga seperti sayuran, buah, sisa makanan, dan daun-daun. Sampah organik ini mudah sekali busuk sehingga sering dimanfaatkan oleh warga untuk dibuat kompos dan pupuk cair. Sampah anorganik merupakan sampah yang tidak mudah terurai seperti plastik, kaca, botol, bungkus makanan dan sebagainya. Sedangkan untuk sampah B3 (beracun) merupakan sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun biasanya berasal dari limbah rumah sakit, limbah pabrik yang dalam penanganannya memerlukan perlakuan khusus dan telah di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh kita semua untuk ikut menanggulangi permasalahan sampah yang terjadi di sekitar kita salah satunya dengan melakukan 3R (reuse, reduce, dan Recycle) dari pada membuang sampah langsung. Seperti yang dilakukan oleh Pusat Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P3A) Putri Arimbi Kalurahan Demangrejo Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo.

Senin (15/3/2021) P3A Putri Arimbi melakukan pertemuan rutin setiap bulannya. Pertemuan kali ini yang dihadiri oleh 15 orang anggota P3A bertempat di rumah ibu Ponirah diisi dengan materi Pemanfaatan Limbah Plastik oleh Ibu Isna dari Jaringan Pengelolaan Sampah Mandiri (JPSM).

Seluruh peserta diajari bagaimana mengolah limbah plastik menjadi bunga hias yang cantik. Tidak hanya limbah plastik saja tetapi narasumber juga mengajari bagaimana mengolah handuk bekas yang sudah tidak terpakai untuk dijadikan vas bunganya. Ibu Isna menjelaskan bahwa dari barang-barang yang sudah tidak terpakai kalau kita mempunyai kreatifitas maka bisa diolah menjadi berbagai macam kerajinan yang memiliki nilai rupiah. Seluruh peserta sangat antusias mendengarkan penjelasan dari narasumber dan kemudian seluruh peserta langsung praktik membuat kerajinan bunga dari plastik kresek dan handuk bekas.

Bu Sulastri selaku ketua P3A berharap, semoga ilmu pelatihan ini mampu dikembangkan oleh anggota P3A agar bisa terlibat dalam pengurangan sampah plastik di lingkungan. Selain mampu mengurangi sampah plastik diharapkan hasil kerajinan yang dibuat bisa dijual dan menjadi pundi rupiah bagi anggota.

(jj)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Berita

Workshop DRPPA: Dalam Diskusi Bahas Strategi Pemberdayaan Perempuan di Tengah Efisiensi Anggaran

Published

on

Workshop Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) yang diinisiasi oleh Mitra Wacana, Senin, (24/3/2025). Kegiatan yang diadakan di Balai Langit, Kalurahan Salamrejo ini merupakan transformasi dari program Rumah Bersama Indonesia (RBI), disesuaikan dengan perubahan kebijakan pemerintah terbaru. Meski berganti nama, komitmen untuk mewujudkan desa yang inklusif bagi perempuan dan anak melalui pemenuhan hak serta perlindungan dari kekerasan tetap menjadi inti agenda.

Acara dihadiri oleh perwakilan tiga kalurahan (Salamrejo, Sentolo, Demangrejo),  dan Mitra Wacana. Denagn tema “Strategi Pemberdayaan Perempuan di Tengah Kebijakan Efisiensi Anggaran” mengemuka, menyoroti dampak kebijakan nasional seperti Inpres No. 1/2025, MBG (Makan Bergizi Gratis) dan efisiensi dana desa terhadap program pemberdayaan.

Dampak Kebijakan Pusat pada Perencanaan Desa
Pak Teguh, Lurah Sentolo, menjelaskan bahwa perubahan kebijakan pusat seringkali mengganggu perencanaan jangka panjang desa. “RPJMKal (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kalurahan) yang disusun 8 tahun harus menyesuaikan instruksi baru, seperti program ketahanan pangan yang tiba-tiba memerlukan penyertaan modal BUMDes. Ini berdampak pada alokasi anggaran untuk pemberdayaan perempuan dan anak,” ujarnya.

Aji Jogoboyo, mewakili Lurah Demangrejo, menambahkan bahwa efisiensi anggaran tidak hanya mengalihkan dana tetapi memotongnya langsung. “Contohnya, anggaran untuk kelompok P3A (Pemberdayaan Perempuan dan Anak) sempat tertunda, sehingga kami harus berkolaborasi dengan mitra seperti Mitra Wacana untuk menjaga keberlanjutan program,” paparnya.

Suara dari Kelompok Perempuan: Tantangan Nyata di Lapangan
Ibu Sri Hari Murtiati dari Tim Penggerak PKK Salamrejo menyoroti dampak langsung pemangkasan anggaran pada program pemberdayaan perempuan. “Terus terang, dampaknya terasa hingga ke tingkat bawah. Misalnya, program cor blok jalan dua jalur yang tidak ramah bagi ibu hamil atau kurangnya polisi tidur yang aman. Padahal, infrastruktur yang inklusif adalah hak dasar perempuan,” tegasnya.

Ia juga mengungkapkan keprihatinan atas kasus perundungan (bullying) di Sentolo. “Kami berencana mengadakan sosialisasi di sekolah, tetapi anggaran yang dipotong membuat kegiatan ini terancam. Meski begitu, PKK berkomitmen untuk tetap bergerak, sekalipun dengan dana terbatas.”

Lebih lanjut, Ibu Sri menekankan pentingnya membangun ketangguhan perempuan. “Perempuan tangguh bukan hanya mampu mengelola ekonomi, tetapi juga menjadi ‘penyejuk’ dan ‘pemanas’ keluarga. Tanggung jawab kami besar: merawat suami, anak, sekaligus aktif di masyarakat. Karena itu, dukungan untuk PKK sebagai ujung tombak pemberdayaan perempuan dan anak harus tetap menjadi prioritas,” tandasnya.

Strategi Kolaborasi dan Inovasi Lokal
Pak Dani, Lurah Salamrejo, menekankan pentingnya memberdayakan perempuan sebagai kunci pembangunan. “65% penduduk kami adalah perempuan. Mereka adalah garda terdepan dalam pendidikan anak dan penguatan ekonomi keluarga. Kami fokus pada program non-fisik seperti pelatihan dan pendampingan,” tegasnya.

Sementara itu, Alfi dari Mitra Wacana mengapresiasi upaya desa melibatkan perempuan dalam forum diskusi. “Budaya ‘bisu’ pada perempuan masih jadi tantangan. Kehadiran perempuan sebagai pembicara hari ini adalah langkah progresif untuk membuka ruang partisipasi,” ujarnya.

Solusi di Tengah Tantangan
Beberapa solusi yang mengemuka antara lain:

  1. Kolaborasi dengan BUMDes dan Mitra: Memanfaatkan BUMDes untuk program MBG dan usaha lokal seperti peternakan ayam petelur di Demangrejo.
  2. Penguatan Kelembagaan Perempuan: Memastikan kelompok seperti KWT (Kelompok Wanita Tani) dan P3A mendapat pendampingan berkelanjutan.
  3. Advokasi Kebijakan Berperspektif Gender: Mendesak pemerintah pusat mempertimbangkan dampak efisiensi anggaran pada program pemberdayaan.

Workshop ditutup dengan komitmen bersama untuk terus mendorong terwujudnya Generasi Emas 2045 melalui pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Perubahan nama dari DRPPA ke RBI bukanlah hambatan, selama esensi pemenuhan hak perempuan dan anak tetap menjadi prioritas.

Continue Reading

Trending