web analytics
Connect with us

Kulonprogo

Kreatifitas P3A Putri Arimbi dalam Mengolah Sampah

Published

on

Waktu dibaca: 2 menit

Sampah masih menjadi masalah yang harus kita pecahkan bersama. Sampah yang tidak diolah akan membawa dampak besar bagi lingkungan dan kesehatan kita. Berdasarkan sifatnya, sampah bisa dipilah menjadi sampah organik, anorganik, dan B3 (beracun).

Sampah organik biasanya berasal dari sampah rumah tangga seperti sayuran, buah, sisa makanan, dan daun-daun. Sampah organik ini mudah sekali busuk sehingga sering dimanfaatkan oleh warga untuk dibuat kompos dan pupuk cair. Sampah anorganik merupakan sampah yang tidak mudah terurai seperti plastik, kaca, botol, bungkus makanan dan sebagainya. Sedangkan untuk sampah B3 (beracun) merupakan sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun biasanya berasal dari limbah rumah sakit, limbah pabrik yang dalam penanganannya memerlukan perlakuan khusus dan telah di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh kita semua untuk ikut menanggulangi permasalahan sampah yang terjadi di sekitar kita salah satunya dengan melakukan 3R (reuse, reduce, dan Recycle) dari pada membuang sampah langsung. Seperti yang dilakukan oleh Pusat Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P3A) Putri Arimbi Kalurahan Demangrejo Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo.

Senin (15/3/2021) P3A Putri Arimbi melakukan pertemuan rutin setiap bulannya. Pertemuan kali ini yang dihadiri oleh 15 orang anggota P3A bertempat di rumah ibu Ponirah diisi dengan materi Pemanfaatan Limbah Plastik oleh Ibu Isna dari Jaringan Pengelolaan Sampah Mandiri (JPSM).

Seluruh peserta diajari bagaimana mengolah limbah plastik menjadi bunga hias yang cantik. Tidak hanya limbah plastik saja tetapi narasumber juga mengajari bagaimana mengolah handuk bekas yang sudah tidak terpakai untuk dijadikan vas bunganya. Ibu Isna menjelaskan bahwa dari barang-barang yang sudah tidak terpakai kalau kita mempunyai kreatifitas maka bisa diolah menjadi berbagai macam kerajinan yang memiliki nilai rupiah. Seluruh peserta sangat antusias mendengarkan penjelasan dari narasumber dan kemudian seluruh peserta langsung praktik membuat kerajinan bunga dari plastik kresek dan handuk bekas.

Bu Sulastri selaku ketua P3A berharap, semoga ilmu pelatihan ini mampu dikembangkan oleh anggota P3A agar bisa terlibat dalam pengurangan sampah plastik di lingkungan. Selain mampu mengurangi sampah plastik diharapkan hasil kerajinan yang dibuat bisa dijual dan menjadi pundi rupiah bagi anggota.

(jj)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Arsip

Pelatihan Konten Kampanye Kecamatan Kokap Kulon Progo

Published

on

Waktu dibaca: 3 menit

Minggu (12/11/2023) Mitra Wacana mengadakan pelatihan pembuatan konten video bersama Tim Media Kecamatan Kokap di Rumah Makan Ono Sambele Wates Kulonprogo. Pelatihan ini dihadiri oleh 17 peserta perwakilan 3 kelompok dampingan Mitra Wacana yang ada di  Kalurahan Hargorejo, Hargotirto dan Kalirejo yang ada di Kecamatan Kokap.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tim media dalam memproduksi konten – konten kreatif untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Kegiatan pelatihan ini dilakukan secara rutin tiap tahunnya sesuai dengan perencanaan yang sudah disusun sebelumnya.

Pelatihan ini diawali dengan perkenalan setiap peserta yang hadir. Proses perkenalan dilakukan dengan kreatif, mereka diberikan kertas kosong dan kemudian menggambar sesuatu yang menggambarkan tentang dirinya. Mereka bebas menggambarkan apapun, entah itu hobi, aktivitas, keinginan ataupun sekedar gambar abstrak saja. Hal ini penting untuk dilakukan karena setiap peserta dituntut untuk lebih kreatif. Setelah mereka menggambar kemudian peserta menceritakan apa pesan yang ingin disampaikan dari gambarnya tersebut. Proses ini secara tidak langsung memberikan ruang kepada peserta untuk lebih berani menyampaikan pendapatnya. Dengan adanya perkenalan ini maka teman atau peserta lain lebih memahami antar peserta.

Ruliyanto selaku fasilitator dari Mitra Wacana kemudian berdiskusi bersama untuk menggali harapan, kekhawatiran dan kontribusi peserta selama pelatihan ini. Dari hasil penggalian tersebut fasilitator membuat kontrak belajar bersama untuk kelancaran acara pelatihan ini. Setelah semua sepakat dengan kontrak belajar yang dibuat secara partisipatif barulah fasilitator menyampaikan pemaparannya tentang pelatihan pembuatan konten kampanye. Pertama Fasilitator menggali pengetahuan tentang peserta tentang film, hal ini dilakukan untuk mendekatkan topik materi dengan kebiasaan atau hobi mereka. Selain itu dengan menggali pemahaman mereka, fasilitator dapat mengukur pemahaman mereka tentang film yang akan dipelajari bersama saat ini. Di sesi pertama fasilitator memaparkan tentang pengertian, sejarah, genre sampai dengan media promosi yang biasa digunakan untuk mempublikasikan sebuah film atau karya. Setelah mereka paham dan dibuka ruang untuk bertanya kemudian dilanjutkan dengan materi tentang produksi sembuah karya.

Dalam produksi film / video ataupun yang lainnya, ada tahapan-tahapan yang harus dilalui yaitu pra produksi, produksi dan pasca produksi. Di tahapan pra produksi peserta diajarkan untuk membuat ide / gagasan dalam pembuatan film. Ide / gagasan ini menjadi sebuah kunci dalam sebuah karya. Ide ini bisa diambil dari sebuah keresahan yang dialami, fenomena yang terjadi di sekitarnya, atau ada pesan khusus yang ingin kita sampaikan kepada masyarakat luas. Dari ide tersebut kemudian peserta membuat sebuah premis yang akan dikembangkan lagi menjadi sebuah outline, sceneplot sampai menjadi sebuah scenario dan storyboard. Selain itu peserta juga diajari bagaimana membuat anggaran, membentuk tim produksi, sampai dengan membuat timeline produksi sebuah karya.

Sesi selanjutnya setiap peserta dibagi menjadi 3 kelompok sesuai dengan kalurahan masing-masing. Fasilitator kemudian memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk praktik mulai dari penggalian ide / gagasan, membuat scenario sampai dengan mereka memproduksi sebuah video dari scenario yang telah mereka susun sebelumnya. Mereka hanya memiliki waktu 2 jam untuk kerja kelompok. Walaupun waktunya sangat terbatas ternyata mereka mampu untuk menyelesaikan tugas tersebut. Setelah mereka selesai kemudian setiap peserta harus melakukan presetasi dari hasil yang telah mereka diskusikan. Mereka menyampaikan ide gagasan yang mereka angkat dan mengapa memilih ide tersebut. Kemudian mereka menyampaikan outline dari ceritanya dilanjutkan dengan menyampaikan tantangan yang mereka hadapi saat berproses bersama kelompoknya. Diakhir sesi fasilitator kemudian menekankan kepada para peserta bahwa setiap karya yang dihasilkan haruslah ada pesan yang ingin disampaikan dan memiliki tujuan yang jelas. Tidak lupa juga fasilitator juga menekankan kalau kerja tim sangat mempengaruhi kelancaran sebuah produksi konten.

 

 

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending

EnglishGermanIndonesian