Arsip
Membangun Desa Melawan “Obral Manusia”
Published
12 years agoon
By
Mitra Wacana
Oleh Enik Maslahah
Secara tidak kita sadari, banyak perempuan desa belum memahami trafiking. Padahal, sebagaian besar perempuan desa telah mengalaminya. Kenyataan itu terungkap dalam diskusi Mitra Wacana bersama kelompok perempuan, Putri Pertiwi , dengan Dr. Ulrich Dornberg dari Jerman, di Galur, Kulonprogo, Yogyakarta, Kamis (20/3).
Perempuan yang pernah bekerja di Malaysia, Siangapura, Arab Saudi, dan Hongkong bersatu membentuk orgnisasi, Putri Pertiwi, dalam rangka mencegah terjadinya “obral manusia” di desanya. Suatu istilah yang akrab di telinga mereka sebagai ganti sebutan trafiking. .
Beberapa perempuan menceritakan pengalamannya ketika menjadi korban trafiking. Dari mulai proses mengakses informasi, proses pemberangkatan hingga kondisi kerja yang jauh dari harapan. Ketidak jelasan informasi awal menyebabkan perempuan tidak banyak paham. Apa yang perlu disiapkan dan apa yang akan dilakukan ketika ada penyelewengan dari pihak agen penyalur. Sebagian besar mereka mengalami penyekapan dan ketidakjelasan waktu pemberangkatan. Baik mereka yang bekerja di rumah tangga maupun di pabrik, rata-rata jam kerja melebihi dari standar. Bahkan waktu istirahat nyaris tidak pernah dinikmati. Meski, gaji yang diterima dianggap melebihi gaji yang diperoleh di desanya. Namun, para perempuan ini menganggap, gaji yang didapat belum bisa memenuhi impian yang diharapkan.
Melihat kondisi di atas Pak Ulrich menanyakan, apa yang bisa dipelajari dari situasi tersebut. Jawaban para perempuan ini menarik, mereka berkomitmen menghindarkan anak cucu mereka dari trafiking. Belajar berwiraswasta dan menggali potensi di daerahnya sebagai harapan dari para perempuan ini kepada anak cucu dan komunitas di sekitarnya. Menurut pandangan mereka, strategi itu lebih baik untuk memajukan dan mensejahterakan komunitasnya. Akhirnya, diskusi ditutup dengan pembukaan undian arisan dan simpan pinjam sebagai pengikat diantara anggota kelompok Putri Pertiwi.
You may like
Arsip
Menguatkan Ruang Kerja Bersama untuk Pemerintahan Terbuka, Mitra Wacana Berpartisipasi dalam Forum OGP Lokal DIY
Published
2 weeks agoon
3 December 2025By
Mitra Wacana
Yogyakarta, 3 Desember 2025. Mitra Wacana hadir dalam Forum Open Government Partnership (OGP) Local yang digelar oleh Dinas Komunikasi dan Informatika DIY di Gedhong Pracimasana, Kompleks Kepatihan Danurejan. Pertemuan ini berlangsung sejak pagi dan mempertemukan beragam lembaga yang selama ini terlibat dalam pelayanan publik, kebencanaan, kemanusiaan, pendidikan, serta kerja-kerja pemberdayaan masyarakat.
Lebih dari tiga puluh lembaga hadir, termasuk unsur pemerintah daerah, akademisi, lembaga humaniter, organisasi kebencanaan, filantropi, dan NGO. Bagi Mitra Wacana, kehadiran dalam forum ini menjadi kesempatan untuk menyampaikan pengalaman lapangan terkait kebutuhan warga, khususnya kelompok rentan yang sering kesulitan mengakses informasi dan layanan.

Acara dibuka oleh Asisten Sekda Bidang Administrasi Umum Setda DIY yang menggarisbawahi perlunya membangun ruang pertemuan yang memberi tempat bagi warga. Setelah itu, beberapa lembaga berbagi pengalaman. Dalam kesempatan tersebut, Perkumpulan Ide dan Analitika Indonesia (IDEA) memaparkan pendekatan penanggulangan kemiskinan yang mengajak berbagai pihak bergerak bersama.
Sedangkan dari Forum Pengurangan Risiko Bencana DIY membagikan pembelajaran dari pendampingan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana.
Paparan tersebut memperlihatkan bahwa pendekatan pemerintahan terbuka akan lebih dinamis ketika pengalaman masyarakat menjadi bagian dari prosesnya. Mitra Wacana hadir membawa perspektif dari kerja pendampingan perempuan, anak, penyintas kekerasan, serta warga rentan. Dalam pertemuan tersebut, perwakilan Mitra Wacana menyampaikan beberapa hal yang perlu diperkuat dalam proses OGP DIY.
Pertama, ruang dialog yang memungkinkan warga berbagi pengalaman tanpa merasa dibatasi. Kedua, penyediaan data yang mudah diakses masyarakat. Ketiga, penyusunan kebijakan yang sejak awal mempertimbangkan kebutuhan kelompok yang sering luput dari pembahasan. Keempat, pentingnya menjaga keberlangsungan ruang keterlibatan warga, bukan hanya dalam bentuk pertemuan per tahun, tetapi melalui mekanisme yang jelas.
Masukan tersebut diterima sebagai bagian dari rangkaian ide yang kelak dipertimbangkan dalam penyusunan agenda tindak lanjut OGP Local DIY.
Pertemuan ini diikuti antara lain oleh Bappeda DIY, BPBD DIY, Dinas Sosial DIY, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY, Forum PRB DIY, IDEA, YEU, SIGAB Indonesia, Human Initiative, Baznas DIY, Lazismu DIY, NU Care Lazisnu, MDMC PWM DIY, Kwarda Pramuka DIY, Konsorsium Pendidikan Bencana DIY, Mitra Wacana, IRE, YASANTI.

Melalui keikutsertaan dalam forum ini, Mitra Wacana memperkuat komitmen untuk terlibat dalam penyusunan agenda pemerintahan terbuka di tingkat daerah. Mitra Wacana akan terus mengembangkan kerja sama lintas lembaga dan memastikan nilai-nilai keadilan, keberpihakan pada kelompok rentan, serta pelibatan warga tetap menjadi dasar dalam proses penyusunan kebijakan publik. (Tnt).

Mitra Wacana Hadiri Rapat Koordinasi Organisasi Kemasyarakatan Kabupaten Bantul

Mitra Wacana Ikuti Orasi Budaya Hari HAM FISB UII





