web analytics
Connect with us

Opini

Yufendira Dharmasanti: Mengabdi di Dunia Pembenihan Ikan untuk Masa Depan Perikanan Indonesia

Published

on

Indrajid
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media, IPB University

Dedikasi dalam dunia akademik tidak hanya sebatas menyampaikan ilmu di dalam kelas, tetapi juga bagaimana seorang pendidik mampu menginspirasi dan membentuk generasi baru yang siap menghadapi tantangan industri. Bagi Yufendira Dharmasanti, pendidikan bukan hanya sekadar mentransfer pengetahuan, tetapi juga membangun pola pikir yang kritis dan inovatif dalam menghadapi perkembangan industri perikanan. Sebagai Asisten Dosen di Program Studi Teknologi dan Manajemen Pembenihan Ikan (IKN), ia tidak hanya berperan sebagai pendidik, tetapi juga sebagai penghubung antara ilmu akademik dan kebutuhan nyata di dunia perikanan.

Yufendira berasal dari Pacitan, Jawa Timur, daerah yang dikenal memiliki potensi perikanan cukup besar, terutama di sektor perikanan tangkap dan budidaya. Ketertarikannya pada bidang perikanan sudah muncul sejak duduk di bangku SMP, ketika ia mulai mencari tahu lebih dalam mengenai dunia kelautan dan perikanan. Kesadaran akan pentingnya sektor ini dalam mendukung ketahanan pangan dan ekonomi mendorongnya untuk memilih SMK Negeri 2 Pacitan dengan jurusan perikanan sebagai langkah awal perjalanan akademiknya. Keputusan itu ternyata membawanya lebih dekat dengan impiannya untuk menempuh pendidikan di IPB University, salah satu institusi terkemuka di bidang pertanian dan perikanan di Indonesia.

Melalui jalur undangan, Yufendira diterima di Program Studi Teknologi dan Manajemen Pembenihan Ikan (IKN). Di sinilah ia mulai mendalami ilmu tentang pembenihan ikan, teknik budidaya yang efisien, serta pengelolaan ekosistem perairan yang berkelanjutan. Tidak hanya berfokus pada aspek teknis, ia juga belajar mengenai dinamika industri perikanan, termasuk bagaimana rantai pasok dan pemasaran memainkan peran penting dalam menentukan keberhasilan usaha perikanan. Semangat belajarnya yang tinggi membawanya pada kesempatan untuk menjadi Asisten Dosen setelah menyelesaikan pendidikannya di IKN. Ia pun melanjutkan studinya di Universitas Djuanda sambil tetap aktif membimbing mahasiswa di program studi yang telah membesarkan namanya.

Sebagai Asisten Dosen, Yufendira memiliki pendekatan yang unik dalam mengajar. Ia memahami bahwa mahasiswa saat ini hidup di era digital yang serba cepat, tetapi ia tetap meyakini bahwa ada nilai yang tidak bisa digantikan oleh teknologi, salah satunya adalah keterlibatan langsung dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, selain menggunakan materi digital dan presentasi interaktif, ia juga tetap mempertahankan metode konvensional seperti menulis di papan tulis. Menurutnya, menulis langsung di papan dapat membantu mahasiswa lebih fokus dan aktif mencatat, sehingga mereka tidak hanya sekadar melihat materi yang tersedia dalam bentuk digital, tetapi juga benar-benar memahami konsep yang disampaikan.

Selain itu, ia juga selalu berusaha menciptakan suasana belajar yang lebih interaktif dan tidak kaku. Ia menyisipkan bahasa yang lebih dekat dengan mahasiswa, mengemas materi yang kompleks dengan cara yang lebih sederhana, dan bahkan sesekali menyelipkan humor agar suasana kelas menjadi lebih nyaman. Baginya, pengajaran yang efektif bukan hanya tentang menyampaikan materi, tetapi juga tentang bagaimana membuat mahasiswa merasa terlibat dan tertarik untuk memahami lebih dalam.

Dalam dunia akademik perikanan, Program Studi IKN memiliki keunggulan yang membedakannya dari program studi perikanan lainnya. Mahasiswa di IKN tidak hanya mendapatkan pemahaman teoretis mengenai pembenihan ikan, tetapi juga dibekali dengan keterampilan praktis dan wawasan bisnis yang komprehensif. Mereka diajarkan untuk memahami bagaimana industri perikanan bekerja dari hulu ke hilir—mulai dari teknik pembenihan, manajemen pakan, hingga strategi pemasaran. Dengan sistem pembelajaran berbasis praktik, kolaborasi dengan mitra industri, serta penelitian yang aplikatif, lulusan IKN siap terjun langsung ke dunia kerja, baik sebagai tenaga ahli, peneliti, maupun wirausahawan perikanan yang mandiri.

Namun, seiring dengan perkembangan program studi, ada tantangan yang masih harus dihadapi. Salah satunya adalah keterbatasan fasilitas laboratorium dan kolam budidaya yang harus dibagi dengan jumlah mahasiswa yang terus meningkat. Yufendira melihat bahwa peningkatan jumlah mahasiswa setiap tahunnya harus diimbangi dengan peningkatan fasilitas dan infrastruktur agar proses pembelajaran tetap berjalan optimal. Ia berharap ke depannya akan ada lebih banyak pengembangan dalam hal ini, baik dari segi kelengkapan alat praktikum maupun ketersediaan ruang belajar yang lebih memadai.

Selain aspek fasilitas, ia juga melihat bahwa perkembangan teknologi harus lebih dioptimalkan dalam sistem pembelajaran. Dunia perikanan terus berkembang, dengan munculnya inovasi seperti sistem bioflok, resirkulasi akuakultur, hingga teknologi pengelolaan limbah perikanan yang lebih ramah lingkungan. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya integrasi teknologi dalam kurikulum agar mahasiswa tidak hanya menguasai metode konvensional, tetapi juga siap menghadapi tantangan industri modern yang semakin berbasis teknologi.

Masih banyak orang yang menganggap bahwa perikanan hanya berkaitan dengan menangkap ikan atau sekadar memancing. Namun, bagi Yufendira, industri ini memiliki cakupan yang jauh lebih luas. Dari teknologi pembenihan hingga pengolahan hasil laut, sektor ini menyimpan peluang besar yang belum sepenuhnya dimanfaatkan. Bahkan, dengan berkembangnya sistem budidaya modern, keterbatasan lahan bukan lagi menjadi hambatan untuk meningkatkan produksi ikan secara efisien. Konsep budidaya dalam ruang terbatas, seperti sistem akuaponik dan bioflok, kini menjadi tren baru yang membuka kesempatan bagi lebih banyak orang untuk terlibat dalam industri perikanan, bahkan tanpa harus memiliki lahan yang luas.

Sebagai seorang pendidik dan praktisi di bidang perikanan, Yufendira ingin menanamkan pemahaman bahwa industri ini bukan hanya tentang bagaimana membesarkan ikan, tetapi juga bagaimana menciptakan sistem yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi. Dengan semakin berkembangnya teknologi dan meningkatnya kebutuhan pangan berbasis perikanan, sektor ini akan menjadi salah satu pilar utama dalam ketahanan pangan nasional. Ia ingin mahasiswa IKN tidak hanya menjadi lulusan yang memahami teknik budidaya, tetapi juga memiliki visi yang lebih luas tentang bagaimana perikanan dapat menjadi industri yang modern, efisien, dan ramah lingkungan.

Melalui perjalanan akademiknya, Yufendira Dharmasanti membuktikan bahwa ilmu yang ditekuni dengan sungguh-sungguh dapat membawa perubahan nyata. Ia bukan hanya seorang pengajar, tetapi juga seorang inovator yang berperan dalam membangun ekosistem pembelajaran yang lebih baik bagi mahasiswa. Dedikasi dan semangatnya menjadi bukti bahwa dunia perikanan memiliki masa depan yang cerah, dan peran akademisi dalam bidang ini sangatlah penting untuk mencetak generasi baru yang siap membawa industri perikanan Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi. Baginya, pendidikan bukan sekadar tentang teori di dalam kelas, tetapi juga tentang bagaimana membentuk individu yang siap berkontribusi bagi masa depan industri yang mereka tekuni.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Opini

Slang Pada Kacamata Sosiolinguistik

Published

on

Sumber foto: Freepik

Annisa Aulia Amanda
Mahasiswi Sastra Indonesia di Universitas Andalas

Bahasa gaul telah menjadi bagian tak terpisahkan dari komunikasi daring, membentuk cara individu berinteraksi dan mengekspresikan diri di ruang digital. Di platform media digital seperti Facebook, Instagram, Twitter terjadi komunikasi bahasa gaul dalam kelompok. Walaupun tidak memiliki batasan kelompok, namun tetap terjadi pengelompokan akibat ketertarikan akan satu hal yang sama.

Bahasa menurut Sasole dan Hadiwijaya (2024) adalah suatu sistem lambang bunyi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi, sebagaimana dilihat dari fungsinya bahwa fungsi bahasa itu untuk berkomunikasi dan interaksi. Bahasa memiliki berbagai variasi berdasarkan hal-hal tertentu, seperti situasi. Variasi bahasa atau ragam bahasa berdasarkan situasi dibagi menjadi dua, yaitu ragam bahasa santai atau akrab (non formal) dan ragam bahasa formal (Farhan, 2023).

Ragam bahasa formal adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi formal. Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan konvensi bahasa. Berbeda dengan bahasa santai atau akrab, adalah ragam bahasa yang biasa digunakan dalam masyarakat. Ragam bahasa ini lebih mudah dimengerti ketika digunakan dalam berkomunikasi dengan masyarakat sekitar karena tidak terlalu kaku. Salah satu yang termasuk dalam ragam bahasa santai atau akrab adalah bahasa gaul.

Bahasa gaul atau slang adalah bahasa yang sifatnya nonformal dan diciptakan oleh komunitas tertentu yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Istilah yang digunakan tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, atau padanan kata yang sesuai dengan konvensi bahasa. Tentu dalam berkomunikasi di komunitas, penggunaan slang tidak akan terhindarkan. Komunitas tentunya menciptakan istilah-istilah tertentu yang hanya diketahui oleh anggota komunitas tersebut.

Slang dapat dianggap sebagai kode-kode khusus yang hanya dipahami oleh beberapa komunitas. Slang adalah bentuk modifikasi bahasa yang menciptakan makna baru untuk komunikasi dalam komunitas yang bersifat musiman. Chaer dan Agustina mengemukakan bahwa slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia sehingga hanya sedikit orang yang memahaminya (Sasole & Hadiwijaya, 2024). Menurut Nabila, bahasa slang juga dapat dibentuk melalui pembentukan kata baru yang berasal dari bahasa asing dan pelesetan sehingga memiliki makna baru namun memiliki makna yang berkaitan (Fadli, Kasmawati, & Mastur, 2024). Menurut Fabelia, ciri-ciri slang adalah; 1) kata-kata tidak formal, 2) bahasa slang umumnya digunakan hanya untuk berbicara dibanding tulisan, dan 3) dipakai dalam konteks dan kelompok orang tertentu.

Penelitian mengenai slang menggunakan pendekatan sosiolinguistik, yang menurut Wardhaugh, Holmes, dan Hudson dalam Farhan (2023), merupakan disiplin ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dan masyarakat. Sosiolinguistik menghubungkan dua bidang yang biasanya dikaji secara terpisah yaitu struktur formal bahasa yang dianalisis oleh linguistik dan struktur masyarakat yang dianalisis oleh sosiologi. Dalam konteks ini, kajian sosiolinguistik berfokus pada interaksi antara bahasa dan masyarakat pengguna bahasa tersebut. Oleh karena itu, slang, sebagai bentuk bahasa yang digunakan dalam komunitas tertentu, termasuk dalam kajian sosiolinguistik.

Contoh analisis data didapatkan dari unggahan Instagram pada akun webtoon.id. Webtoon.id merupakan komunitas penggemar platform komik digital tersebut. Berikut data yang ditemukan;

 

  1. Aku tiap melihat ayang gepengku

Istilah “gepeng” merupakan sinonim dari “pipih”. Istilah ini ditautkan untuk tokoh-tokoh komik, karena komik adalah karya seni 2 dimensi. Umumnya istilah ini ditujukan sebagai ejekan agar penggemar ingat karakter yang mereka sukai adalah tokoh komik semata.

  1. Menyala, Kapalku!

Istilah “kapal” merupakan kata yang berasal dari Bahasa Inggris yaitu “ship”. “Ship” sendiri merupakan slang dari Bahasa Inggris yang merupakan penggalan dari kata “relationship” yang berarti “hubungan”. Istilah ini merujuk pada keinginan penggemar untuk satu tokoh memiliki hubungan dengan tokoh lainnya.

  1. Thor! Lu yang bener saja, thor!

Istilah “thor” merupakan penggalan dari kata Bahasa Inggris yaitu “author”. “Author” dalam Bahasa Indonesia adalah “pengarang”. Istilah ini merujuk pada pencipta karya.

  1. Si paling slow burn

Istilah “slow burn” berasal dari bahasa Inggris yang berarti “pembakaran lambat”. Merujuk pada cerita yang amat lama untuk kedua tokoh saling mengungkap rasa dan memiliki hubungan. Terkadang satu pasangan itu membutuhkan seluruh series buku yang ada hanya untuk saling mengutarakan perasaan.

 

Kesimpulannya, keberadaan slang sangat dipengaruhi oleh masa dan komunitas yang menggunakannya sehingga maknanya sering kali hanya diketahui oleh anggota komunitas atau individu dengan kesamaan minat. Dalam konteks komunitas penggemar Webtoon di Instagram Webtoon.id, slang yang digunakan hanya dapat dipahami oleh mereka yang akrab dengan komik atau karya terkait lainnya. Bagi khalayak umum, memahami makna slang ini bisa menjadi tantangan. Hal ini menunjukkan bagaimana bahasa dapat berfungsi sebagai alat identitas dan eksklusif sosial, menciptakan batasan-batasan linguistik yang membedakan anggota komunitas dari masyarakat umum.

Continue Reading

Trending