web analytics
Connect with us

Rilis

Agenda Pelatihan Gender, HAM, dan Trafficking di Kulon Progo

Published

on

Gender dan HAM. Sumber foto: https://s3.bukalapak.com

Term of Reference
Pelatihan Gender, HAM, dan Trafficking di Kecamatan Galur, Sentolo, dan Kokap,

Latar belakang

Isu keadilan Gender, HAM, dan Trafficking, telah menjadi agenda nasional, bahkan internasional. Ketiga isu tersebut saling berkaitan dan dipopulerkan oleh kalangan akademisi, peneliti, dan juga para aktivis yang concern dengan isu perempuan. Istilah gender mengemukan lantaran ada sesuatu yang diperjuangkan. Gender sebagai konstruksi sosial budaya yang membedakan peran perempuan dan laki-laki telah berimplikasi pada ketidak adilan baik aspek ekonomi, pendidikan, sosial, politik, maupun budaya. Dampak lebih lanjutnya adalah memunculkan subordinasi, marginalisasi, stereotype, beban ganda, dan bahkan menempatkan perempuan pada “zona rentan” tindak kekerasan dan perdagangan orang.

Atas dukungan Missereor, Mitra Wacana merespon persoalan di atas dengan melakukan pendampingan kelompok perempuan di Kecamatan Galur, Sentolo, dan Kokap. Pendampingan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran serta memperkuat perempuan agar dapat “bernegosiasi” dengan konstruksi sosial budaya yang selama ini merugikan mereka. Selain itu, dalam proses pendampingan ini juga ditemukan kasus perdagangan manusia yang menimpa perempuan saat mereka bekerja sebagai TKI.

Secara de jure, negara sebenarnya telah mengeluarkan perundangan penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan ( UU No. 7 1984), perlindungan anak (2014), dan pemberantasan perdagangan orang (2007). Namun, secara de facto, praktik dari perundangan ini nampaknya masih jauh panggang dari api. Berbagai tindak diskriminasi terhadap perempuan dan kekerasan terhadap anak masih berlangsung. Bahkan langkah-langkah untuk pencegahan tindak pidana perdagangan orang masih belum masuk dalam arus utama pembangunan di Kulon Progo.

Atas dasar inilah, Mitra Wacana hendak melaksanakan pelatihan gender, HAM, dan trafficking untuk aparat pemerintahan dan tokoh masyarakat di tiga kecamatan di Kulon Progo. Harapannya adalah dengan pelatihan ini mampu memunculkan sinergisitas antara aparat desa dan kecamatan antara Mitra Wacana, kelompok dampingan, pemerintah, dan tokoh masyarakat.

Tujuan

1. Memperkuat pemahamanan aparat kecamatan dan desa tantang isu gender, HAM dan trafficking
2. Memperkuat pemahamanan aparat kecamatan dan desa tantang UU penghapusan diskriminasi terhadap perempuan, Perlindungan Anak, dan Pemberantasan trafficking
3. Membangun dukungan positif dari pemerintah untuk pencegahan perdagangan manusia
4. Merumuskan formula pencegahan tindak perdagangan orang di desa oleh aparat pemerintah desa.

Pelaksanaan

A. Kecamatan Sentolo

Hari/tanggal : Kamis dan Jum’at
Waktu : 18 dan 19 Mei 2017
Tempat : Kecamatan Sentolo

B. Kecamatan Galur

Hari/tanggal : Sabtu dan Minggu
Waktu : 20 dan 21 Mei 2017
Tempat : Balai Desa Nomporejo

C. Kecamatan Kokap

Hari/tanggal : Kamis dan Jumat
Waktu : 18 dan 19 Mei 2017
Tempat : Kecamatan Kokap

Peserta

Pelatihan ini akan melibatkan 25 orang peserta dari pemerintahan desa dan tokoh masyarakat di kecamatan Sentolo, Galur, dan Kokap.

Fasilitator

1. Mukhotib (Kecamatan Kokap )
2. Wahyu Tanoto (Kecamatan Sentolo)
3. Gama Triono ( Kecamatan Galur)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Berita

BPBD Kabupaten Morowali Utara Komitmen dalam Tingkatkan Literasi Kebencanaan

Published

on

Faisal Tahadju, ST., MSi
Analis Bencana
Penata Tkt. I. (III/d)
NIP. 198504052008011011
BPBD Kabupaten Morowali Utara

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Morowali Utara menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan literasi kebencanaan di kalangan generasi muda dengan turut ambil bagian dalam kegiatan Diklat Dasar Search and Rescue (SAR) se-Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Morowali Utara.

 
Kegiatan yang dilaksanakan pada 25–28 Juni 2025 ini berlangsung di SMKS Lemboraya, Desa Beteleme, Kecamatan Lembo, dan secara resmi dibuka oleh Bupati Morowali Utara, Dr. dr. Delis Julkarson Hehi, MARS
BPBD Morowali Utara Edukasi Pramuka Soal Simulasi dan Evakuasi Bencana dalam Diklat SAR
BPBD Morowali Utara Edukasi Pramuka Soal Simulasi dan Evakuasi Bencana dalam Diklat SAR
BPBD Morowali Utara, Faisal Tahadju, ST., M.Si., selaku Analis Bencana, saat memberikan materi penting terkait penanggulangan dan simulasi bencana, pada Rabu, (26/6/2025). (doc. BPBD Morowali Utara)
BPBD Morowali Utara, Faisal Tahadju, ST., M.Si., selaku Analis Bencana, saat memberikan materi penting terkait penanggulangan dan simulasi bencana, pada Rabu, (26/6/2025). (doc. BPBD Morowali Utara)
Morowali Utara, Krajan.id – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Morowali Utara menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan literasi kebencanaan di kalangan generasi muda dengan turut ambil bagian dalam kegiatan Diklat Dasar Search and Rescue (SAR) se-Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Morowali Utara.
 
Kegiatan yang dilaksanakan pada 25–28 Juni 2025 ini berlangsung di SMKS Lemboraya, Desa Beteleme, Kecamatan Lembo, dan secara resmi dibuka oleh Bupati Morowali Utara, Dr. dr. Delis Julkarson Hehi, MARS.
Dalam sambutannya, Bupati Delis menegaskan bahwa gerakan Pramuka memiliki posisi strategis dalam membentuk karakter dan kesiapsiagaan generasi muda dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk bencana.
 
“Pramuka menjadi solusi tepat untuk menanamkan nilai-nilai luhur seperti kejujuran, kedisiplinan, dan kemandirian kepada generasi muda. Pemerintah Kabupaten Morowali Utara akan terus menjadi mitra aktif dalam membina dan mendukung gerakan Pramuka,” tegas Bupati pada (25/6/2025).
 
Sebagai bagian dari kegiatan tersebut, BPBD Morowali Utara, melalui Faisal Tahadju, ST., M.Si., selaku Analis Bencana, hadir untuk memberikan materi penting terkait penanggulangan dan simulasi bencana, pada Rabu, (26/6/2025).
Dalam sesi tersebut, Faisal menyampaikan pengetahuan menyeluruh kepada para peserta Pramuka mengenai siklus bencana, yang terdiri dari tiga tahapan utama: pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana.
 
“Pemahaman terhadap siklus ini sangat penting agar setiap individu bisa mengetahui apa yang harus dilakukan sebelum, saat, dan setelah bencana terjadi. Pengetahuan inilah yang akan menyelamatkan banyak nyawa,” ujar Faisal dalam penyampaiannya.
 
Selain teori, peserta juga mendapat pembekalan tentang mitigasi bencana, baik struktural maupun non-struktural. Mitigasi struktural mencakup langkah-langkah teknis seperti pembangunan infrastruktur tahan bencana, sementara mitigasi non-struktural lebih kepada edukasi, pelatihan, dan peningkatan kesadaran masyarakat.
Puncak kegiatan BPBD berlangsung dalam bentuk simulasi evakuasi bencana gempa bumi. Dalam simulasi ini, para peserta dilatih bagaimana melakukan proses evakuasi korban dari lokasi bencana ke tempat aman, sesuai dengan protokol dan kondisi riil di lapangan. Proses evakuasi diperagakan dengan mempertimbangkan berbagai kondisi korban dan ketersediaan sarana transportasi.
Faisal menjelaskan bahwa pelatihan seperti ini tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis para Pramuka, tetapi juga membentuk pola pikir tanggap, sigap, dan terorganisir saat bencana terjadi.
 
“Kami ingin membentuk pribadi-pribadi muda yang tidak hanya tangguh secara mental, tetapi juga siap secara fisik dan pengetahuan saat berada di tengah situasi darurat,” tambahnya.
 
Kegiatan ini mendapat respons positif dari peserta dan panitia. Para anggota Pramuka merasa lebih siap dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana, serta memahami pentingnya peran mereka sebagai relawan muda di komunitas masing-masing.
Partisipasi BPBD Morowali Utara dalam Diklat Dasar SAR ini menunjukkan pentingnya kolaborasi antara lembaga pemerintah dan organisasi kepemudaan seperti Pramuka. Sinergi semacam ini diharapkan terus berlanjut untuk menciptakan masyarakat yang lebih tangguh, sadar risiko, dan mampu bertindak cepat dalam situasi bencana.

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending