Opinion
Book review: I am Malala
Published
8 years agoon
By
Mitra WacanaReminding us why education is so important
I had heard her story on the news and watched her interview with actor Emma Watson with great admiration, but it was only recently that I finally read Malala Yousafzai’s book, I am Malala. In case you didn’t know, Malala is a (now) 18-year-old woman from Pakistan who campaigns for the right to education, particularly for women. She came to the world’s attention when, at just 16 years old, she was shot in the face by the Taliban on her way home from school. She survived the attack and still carries out valuable work fighting for access to education for all children through the Malala Fund.
I learnt so much from her book. Malala outlines in charming detail the history and culture of her beloved homeland in the SWAT valley of northern Pakistan. She shows a great respect for her culture. She also reflects on how she balances traditional values and practices with her beliefs in the rights of women to have equal opportunities to men, especially for education. She also recounts the rise of the Taliban in Pakistan and the shocking atrocities that occurred during that time.
Malala’s strong spirit and faith shines throughout the book. She overcame many challenges, even before she was shot by the Taliban. She understood the value of her education and did not want anyone to take that away from her or anyone else. She brought her experience of life under the Taliban to the world through a diary she wrote for the BBC using the pseudonym Gul Makai. She also spoke with her father at many events in Pakistan. She continued her struggle despite personal threats from the Taliban against her and her family.
I feel privileged to live at the same time as Malala, to be able to watch in real-time the work of this courageous and wise young woman. Her message is so important: every child, regardless of their gender, needs an education. She echoes the sentiments expressed by the first President of the Republic of Indonesia, Sukarno, in his book Sarinah, that a society in which women are not equal is sure to fall (Sukarno, 1963: 17). There is still a lot of work to be done. According to the UNESCO Institute of Statistics, one in eight children between the ages of six and 15 do not get a basic education. Girls are more likely to be out of school, with the current figure of 63 million expected to be on the rise (website accessed 03 May 2016).
Mitra Wacana Women Resource Centre is working to give women access to education and improve gender equality in Kulon Progo regency of Yogyakarta. We are developing a curriculum for village women which covers topics that are not taught in formal education. While most women in this area complete high school, they do not go to university, where such topics are taught. One topic will be gender roles, how women do not need to be confined to domestic duties and can participate in the public sphere, and how men can help with domestic duties. We are also developing a curriculum on reproductive health and budgeting, to give women practical knowledge to contribute to development projects in their villages.
I am Malala is an important book for anyone who cares about gender equality, world peace and extremism to read. We all need to be aware of human rights violations occurring in the world because every human being in every nation and of every gender deserves education and safety. (Sophia, 03 May 2016)
You may like
Opini
CANDU GAME DAN DRAMA KOREA (DRAKOR) SEBAGAI PELARIAN
Published
5 years agoon
2 March 2020By
Mitra WacanaNofi Tri Susanti _ Tidak dipungkiri lagi bahwa saat ini banyak sekali penikmat game dan drakor baik dari kalangan remaja maupun orang tua, dari laki-laki maupun perempuan, mereka lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain game ataupun untuk menonton drakor, sehingga banyak waktu berkumpul dengan keluarga yang terbuang, dari beberapa sumber menyatakan bahwa mereka mendapatkan kepuasan tersendiri ketika bermain game atau pada saat menonton drakor, mereka merasa lupa dengan segala permasalahan yang sedang dihadapinya.
Bagaimanakah membaca gejala seseorang terutama anak mengalami kecanduan game?
Dilansir dari Kompas.com menurut Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa di RS Gading Pluit Kelapa Gading Utara yaitu dr. Dharmawan AP,SPKJ mengatakan kecanduan game online masuk ke dalam kategori behavior addiction, kalau kecanduan obat itu, obatnya yang dirangsang tapi kalau kecanduan game maka perilaku yang dirangsang terus menerus ke pusat brain reward system yang terdiri dari system limbic, neucleus accumbent serta VTA ( Ventral Tegmental Area ). Dijelaskan beberapa ciri kecanduan game antara lain anak akan bermain game lebih dari 30 jam dalam seminggu, durasi waktu ini hampir menyamai orang bekerja yang rata – rata menghabiskan waktu 40 jam dalam seminggu, disampaikan dalam detikinet kecanduan game masuk dalam International Statistical Classification Of Diseases and Related health Problem ( ICD-11 ), sebagai informasi ICD merupakan daftar penyakit, gejala, tanda dan penyebab yang dikeluarkan oleh organisasi yang berada di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ), sedangkan menurut Dr. John Jiao dalam cuitannya di twiter menyatakan bahwa kecanduan game disebut sebagai Video Game Addiction ( VGA ) disorder, VGA bukan terkait jumlah waktu yang dihabiskan untuk bermain, melainkan saat game lebih dipentingkan ketimbang kesehatan, kebersihan, hubungan finansial dan lainnya.
Selain kecanduan terhadap game, akhir – akhir ini juga marak kecanduan terhadap drakor atau drama korea, alur ceritanya yang menarik dan romantis, selain itu wajah menawan para pemainnya juga tentunya menjadi salah satu alasan mengapa drakor menjadi disukai banyak orang, penggemar drakor memilihi sederet nama artis drakor favorit yang akan selalu ditunggu informasi terkininya, menonton drakor dan selalu mengikuti perkembangannya tentunya akan menyita banyak waktu yang berharga, kecanduan umumnya terjadi tanpa disadari, dalan tahap kecanduan yang parah maka drakor ini bisa saja membuat produktifitas menurun dengan drastis yang pastinya akan memberikan dampak buruk pada manusia, berikut ini beberapa dampak buruk akibat kecanduan drakor :
- Kurang Tidur, kondisi ini tentunya menjadi hal yang biasa dilakukan oleh para pecandu drakor tidak hanya siang hari, waktu tengah malam hingga pagi juga selalu dihabiskan dengan menonton, tentunya hal ini akan membuat kurang tidur.
- Tidak Produktif, saat merasa lelah dan mengantuk akibatnya kebanyakan begadang untuk menonton drakor maka pikiran dan otak tidak bisa bekerja dengan maksimal dan sulit untuk konsentrasi.
- Melewatkan Moment Berharga dan Kebersamaan dengan Orang Terdekat, sibuk menonton drakor dan tenggelam di dalam ceritanya yang menarik, bisa saja menghabiskan waktu berjam – jam di dalam kamar, tidak keluar dan menemani orang – orang terdekat untuk menghabiskan waktu bersama mereka.
Masih banyak dampak buruk lainnya bagi para pencandu game dan drakor yang pastinya akan sangat berdampak dalam kehidupan sehari – hari baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain yang ada disekitarnya.
Sebagai pelarian mungkin anda akan sesaat lupa dengan permasalahan yang dialami, tapi dampak buruknya lebih besar akan merubah anda menjadi pribadi yang tidak baik, pada saat seperti ini anda perlu orang terdekat atau psikolog untuk merubah anda kembali menjadi pribadi yang baik dan produktif.
Beberapa solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kecanduan dan membuat anda menjadi kembali produktif :
a.Pahami Dampaknya dan Bulatkan Tekad untuk berubah
Menyadari berbagai dampak buruk dari kecanduan adalah hal pertama yang akan membuat anda lebih mudah untuk mengatasi itu sendiri, luangkan waktu untuk berpikir dan melihat kembali apa saja yang telah dilakukan dan lewatkan selama ini, selanjutnya milikilah tekad yang besar untuk berubah.
b. Hindari Berbagai Informasi Mengenai Game Terbaru dan Drakor Terbaru
Mulailah membatasi berbagai informasi sehingga anda bisa mengurangi dan menahan diri untuk selalu mengikuti perkembangan game dan drakor melalui internet.
c. Alihkan Perhatian pada Aktifitas Lainnya yang Lebih Bermanfaat
Sibuk adalah salah satu cara yang paling ampuh untuk melupakan sesuatu, sibuklah untuk melakukan berbagai hal menarik dan lebih bermanfaat termasuk hobi atau aktifitas baru yang memberikan tantangan yang belum sempat dicoba.
d. Hidupkan Kehidupan Sosial di Dunia Nyata
Keluar rumahlah untuk menikmati kehidupan sosial, bermain dengan teman – teman sebaya atau orangg – orang terdekat yang ada disekitar rumah atau di sekolahan, dengan permainan – permainan yang memerlukan aktifitas fisik.
Dengan mengetahui penyebab kecanduan dan mengetahui solusi terhindar dari kecanduan maka anda akan menjadi orang yang bisa berpikir produktif untuk mengambil jalan keluar untuk setiap permasalahan – permasalahan yang dihadapi, sehingga anda tidak perlu lagi mencari pelarian untuk lepas dari permasalahan kehidupan yang sifatnya hanya lupa untuk sesaat.
Selalu ada kemudahan dibalik setiap masalah ( Q.S. Al – Insyirah: 6 )
Sumber:
https://www.cermati.com/artikel/kecanduan-drakor-bikin-gak-produktif-ini-solusinya
https://inet.detik.com/games-news/d-4566628/kecanduan-game-ditetapkan-sebagai-gangguan-mental
[red.robi]