web analytics
Connect with us

Opinion

My Experience in Indonesia

Published

on

Writed by Sofia Belen Medina Herera

It’s almost eight months that I have been living in Indonesia. My name is Sofía Medina, and I come from Quito, Ecuador. Actually, I’m a Darmasiswa Student at ISI Yogyakarta. Before I came here, I had a lot of question about climate, living customs, food and society. When I gave the news to my family about my new adventure, they could not believe which country I choose for studying art. Of course, the main issue that they saw was the religion and the way women are seen. I am agnostic, and I want to talk about my experience that I had as women in the most populous Muslim country around the world.
In the first months, I lived with a Muslimfamily near my school. They do not discriminate against me because of my beliefs, and I have always been open to any kind of customs, principles or traditions. However, what I can observe is most people are not tolerant or even respectful to my thoughts, and as a result, to my culture. I understand that I am living in another country and I have to adapt to some topics, but it does not mean I have to change my way of thinking, or even my way of dressing.
One day, I was riding my motorbike and I am very careful when I do it. Anyway, I always watch through the mirrors for doing any action, and I saw that one guy turned his lights off but I could not figure out which way he went. It was maximum 9pm. When I turned my left light on to enter my residence, I just felt the touch of someone on my leg.Did you remember the guy? It was him. At that time, I was wearing shorts, long shorts, but it does not matter because I felt like a sexual object.My reaction was, of course, screaming, and tried to catch him by taking his license plate number but I could not. Everything happened at Kasihan – Bantul. Finally, when I arrived at my home, and I told the story my host family, they said to me that it was my fault, because of my way of dress and because I put myself in danger.
Likewise, once I was walking around the city, specifically on “JalanMalioboro”, I was wearing a normal long dress and my arms were covered also. Even though, the glances of guys, especially young people, were unsupportable, not just to me, also at other Muslim girls. What did I do at that time? I asked them what they were looking at, and they just gave me apologies.
What did I learn from those experiences? No matter the way you dress, it can be long shorts, tiny clothes, huge dresses, it does not matter. People must understand that is not the problem. You can walk around with lot of clothes or with a bit, and nobody has the right to look at you as an object, as a piece of “meat”. When my host “mom” told me I was guilty of that an unscrupulous guy I felt bad, not because of her argument, because women justified that action, that kind of violence. If people are not conscious of the need to be respectful with others, they will do whatever they want. We need to demand respect even if you are women or men; women are not less than men because of their gender. All of us are human beings.

image1 image2

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Opini

CANDU GAME DAN DRAMA KOREA (DRAKOR) SEBAGAI PELARIAN

Published

on

Nofi Tri Susanti S.Pd Aud

          Nofi Tri Susanti S.Pd Aud

Nofi Tri Susanti _ Tidak dipungkiri lagi bahwa saat ini banyak sekali penikmat game dan drakor baik dari kalangan remaja maupun orang tua, dari laki-laki maupun perempuan, mereka lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain game ataupun untuk menonton drakor, sehingga banyak waktu berkumpul dengan keluarga yang terbuang, dari beberapa sumber menyatakan bahwa mereka mendapatkan kepuasan tersendiri ketika bermain game atau pada saat menonton drakor, mereka merasa lupa dengan segala permasalahan yang sedang dihadapinya.

Bagaimanakah membaca gejala seseorang terutama anak mengalami kecanduan game?

Dilansir dari Kompas.com menurut Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa di RS Gading Pluit Kelapa Gading Utara yaitu dr. Dharmawan AP,SPKJ mengatakan kecanduan game online masuk ke dalam kategori behavior addiction, kalau kecanduan obat itu, obatnya yang dirangsang tapi kalau kecanduan game maka perilaku yang dirangsang terus menerus ke pusat brain reward system yang terdiri dari system limbic, neucleus accumbent serta VTA ( Ventral Tegmental Area ). Dijelaskan beberapa ciri kecanduan game antara lain anak akan bermain game lebih dari 30 jam dalam seminggu, durasi waktu ini hampir menyamai orang bekerja yang rata – rata menghabiskan waktu 40 jam dalam seminggu, disampaikan dalam detikinet kecanduan game masuk dalam International Statistical Classification Of Diseases and Related health Problem ( ICD-11 ), sebagai informasi ICD merupakan daftar penyakit, gejala, tanda dan penyebab yang dikeluarkan oleh organisasi yang berada di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ), sedangkan menurut Dr. John Jiao dalam cuitannya di twiter menyatakan bahwa kecanduan game disebut sebagai Video Game Addiction ( VGA ) disorder, VGA bukan terkait jumlah waktu yang dihabiskan untuk bermain, melainkan saat game lebih dipentingkan ketimbang kesehatan, kebersihan, hubungan finansial dan lainnya.

Selain kecanduan terhadap game, akhir – akhir ini juga marak kecanduan terhadap drakor atau drama korea, alur ceritanya yang menarik dan romantis, selain itu wajah menawan para pemainnya juga tentunya menjadi salah satu alasan mengapa drakor menjadi disukai banyak orang, penggemar drakor memilihi sederet nama artis drakor favorit yang akan selalu ditunggu informasi terkininya, menonton drakor dan selalu mengikuti perkembangannya tentunya akan menyita banyak waktu yang berharga, kecanduan umumnya terjadi tanpa disadari, dalan tahap kecanduan yang parah maka drakor ini bisa saja membuat produktifitas menurun dengan drastis yang pastinya akan memberikan dampak buruk pada manusia, berikut ini beberapa dampak buruk akibat kecanduan drakor :

  1. Kurang Tidur, kondisi ini tentunya menjadi hal yang biasa dilakukan oleh para pecandu drakor tidak hanya siang hari, waktu tengah malam hingga pagi juga selalu dihabiskan dengan menonton, tentunya hal ini akan membuat kurang tidur.
  2. Tidak Produktif, saat merasa lelah dan mengantuk akibatnya kebanyakan begadang untuk menonton drakor maka pikiran dan otak tidak bisa bekerja dengan maksimal dan sulit untuk konsentrasi.
  3. Melewatkan Moment Berharga dan Kebersamaan dengan Orang Terdekat, sibuk menonton drakor dan tenggelam di dalam ceritanya yang menarik, bisa saja menghabiskan waktu berjam – jam di dalam kamar, tidak keluar dan menemani orang – orang terdekat untuk menghabiskan waktu bersama mereka.

Masih banyak dampak buruk lainnya bagi para pencandu game dan drakor yang pastinya akan sangat berdampak dalam kehidupan sehari – hari baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain yang ada disekitarnya.

Sebagai pelarian mungkin anda akan sesaat lupa dengan permasalahan yang dialami, tapi dampak buruknya lebih besar akan merubah anda menjadi pribadi yang tidak baik, pada saat seperti ini anda perlu orang terdekat atau psikolog untuk merubah anda kembali menjadi pribadi yang baik dan produktif.

Beberapa solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kecanduan dan membuat anda menjadi kembali produktif :

      a.Pahami Dampaknya dan Bulatkan Tekad untuk berubah

Menyadari berbagai dampak buruk dari kecanduan adalah hal pertama yang akan membuat anda lebih mudah untuk mengatasi itu sendiri, luangkan waktu untuk berpikir dan melihat kembali apa saja yang telah dilakukan dan lewatkan selama ini, selanjutnya milikilah tekad yang besar untuk berubah.

     b. Hindari Berbagai Informasi Mengenai Game Terbaru dan Drakor Terbaru

Mulailah membatasi berbagai informasi sehingga anda bisa mengurangi dan menahan diri untuk selalu mengikuti perkembangan game dan drakor melalui internet.

     c. Alihkan Perhatian pada Aktifitas Lainnya yang Lebih Bermanfaat

Sibuk adalah salah satu cara yang paling ampuh untuk melupakan sesuatu, sibuklah untuk melakukan berbagai hal menarik dan lebih bermanfaat termasuk hobi atau aktifitas baru yang memberikan tantangan yang belum sempat dicoba.

    d. Hidupkan Kehidupan Sosial di Dunia Nyata

Keluar rumahlah untuk menikmati kehidupan sosial, bermain dengan teman – teman sebaya atau orangg – orang terdekat yang ada disekitar rumah atau di sekolahan, dengan permainan – permainan yang memerlukan aktifitas fisik.

Dengan mengetahui penyebab kecanduan dan mengetahui solusi terhindar dari kecanduan maka anda akan menjadi orang yang bisa berpikir produktif untuk mengambil jalan keluar untuk setiap permasalahan – permasalahan yang dihadapi, sehingga anda tidak perlu lagi mencari pelarian untuk lepas dari permasalahan kehidupan yang sifatnya hanya lupa untuk sesaat.

 Selalu ada kemudahan dibalik setiap masalah ( Q.S. Al – Insyirah: 6 )

Sumber:

https://www.cermati.com/artikel/kecanduan-drakor-bikin-gak-produktif-ini-solusinya

https://inet.detik.com/games-news/d-4566628/kecanduan-game-ditetapkan-sebagai-gangguan-mental

[red.robi]

 

 

 

 

 

 

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

Twitter

Trending