Opini
Keberhasilan dan Kesuksesan
Published
8 years agoon
By
Mitra Wacana
Oleh Setya Indriyani dan Parmi (Anggota P3A Lentera Hati Berta)
Pimpinan DPRD Banjarnegara bersama-sama dengan P3A Lentera Hati (LH), Women Care (WoCa), Pelita Wanita Petuguran (PWP), Serikat Bondolharjo Peduli (SEJOLI), dan Mitra Wacana WRC bersama-sama menyerukan, “Stop Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak.”
Dulu kami tidak mengetahui bentuk-bentuk kekerasan, sekarang setelah mendapat banyak pengetahuan, bimbingan, dan dorongan dari Mitra Wacana Women Resource Centre (WRC) Yogyakarta, kami mengetahui bentuk-bentuk kekerasan. Kami juga sudah mengetahui undang-undang yang mengaturhal-hal terkait kekerasan, termasuk sanksi dan ancaman hukumannya. Sekarang juga sudah ada organisasi Pusat Pembelajaran Perempuan dan Anak(P3A) Lentera Hati (LH) di Desa Berta. Kami yang tadinya belum berani tampil dimuka umum, setelah banyak mendapatkan pengetahuan dan pendampingan sekarang berani tampil dimuka umum. Sudah banyak ilmu yang didapat dan sekarang sudah dapat menangani kasus yang terjadi di lingkungan sekitar. Kami juga beranimelakukan sosialisasi di beberapa lembaga sekolah di Kecamatan Susukan.
Keberhasilan lainnya kami sudah mendirikan Taman Belajar Masyarakat (TBM). TBM yang kami dirikan sudah memiliki ruang perpustakaan, selain itu kami juga sudah memiliki bilik konseling. Pemerintahan Desa (Pemdes) Berta saat ini sudah memberikan dukungan penuh kepada P3A Lentera Hati. Kami juga berhasil melaksanakan proses penyusunan Peraturan Desa (Perdes) tentang Perlindungan Perempuan dan Anak.
Keberhasilan dan Kesuksesan
P3A LH juga berpartisipasi aktif di Jambore Perempuan di Balai Latihan Kerja Pertanian (BLKP) Klampok. Partisipasi aktif dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) Berta juga dilakukan oleh P3A LH. Dan salah satu kesuksesan yang dirasakan oleh P3A LH juga mendapat subsidi dari dana desa. P3A LH juga berpartisipasi aktif di Festival Hepii Anji Desa Wisata Gumelem Wetan. Dalam Festival Kesenian Tradisional “Ujungan” di Desa Wisata Gumelem Wetan tersebut P3A LH memamerkan hasil rajutan, olahan tahu dan tempe menjadi steak, lukis hena, dan yang terpenting melakukan kampanye anti kekerasan dengan membagi-bagikan leaflet P3A LH. Partisipasi lain yang dilakukan oleh P3A LH adalah di acara Jambore Desa Nusantara di Desa Wulungsari, Selomerto, Wonosobo.
Karya kami yang paling besar adalah di penghujung tahun 2017 yang lalu. P3A LH bekerja sama dengan Pemerintahan Desa Berta dan dukungan Mitra Wacana WRC menyelenggarakan acara Berta Jenggirat Tani (Bejita) di 2 lokasi, pagi di lokasi Kampung Wisata Damarwulan dan malam di Balai Desa Berta. Selain untuk mengampanyekan Perlindungan Perempuan dan Anak dari Kekerasan, juga mendukung Desa Berta mempromosikan Kampung Wisata Damarwulan sebagai objek wisata baru. Dalam acara tersebut dihadiri ribuan orang, baik dari warga Desa Berta dan dari luar Desa Berta, bahkan juga ada warga negara Amerika yang kebetulan sedang ada di Yogyakarta turut memeriahkan acara tersebut.
You may like
Opini
Peran Sastra Populer dalam Meningkatkan Literasi di Kalangan Remaja
Published
1 week agoon
7 November 2025By
Mitra Wacana

Penulis : Fatin Fashahah, Mahasiswi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Andalas
Sastra populer sering dipandang rendah, dianggap hanya untuk hiburan, dangkal, atau terlalu komersial. Sikap seperti ini muncul dari pendapat bahwa karya populer tak setara dengan karya-karya yang biasanya dipelajari di bangku perkuliahan. Padahal, bagi banyak remaja, sastra populer justru menjadi pintu pertama untuk mulai suka membaca. Mengabaikan atau mengecilkan peran sastra populer berarti menutup kesempatan bagi generasi muda untuk jatuh cinta pada dunia tulisan.
UNESCO menyebut Indeks minat baca masyarakat Indonesia hanya diangka 0,001% atau dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo) dalam laman resminya juga pernah merilis hasil Riset bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Fakta ini menunjukkan bahwa masih rendahnya minat membaca rekreasi di banyak kelompok usia.
Namun, ketika pembaca terutama remaja diberi kebebasan memilih bacaan yang sesuai selera dan pengalaman mereka, minat membaca bisa saja meningkat. Dengan kata lain, relevansi isi buku terhadap kehidupan pembaca muda sangat menentukan apakah mereka akan terus membaca atau tidak. Sastra populer seperti buku young adult, novel roman remaja, dan cerita fantasi ringan sering kali menawarkan tema dan tokoh yang mudah dipahami remaja karena ceritanya seringkali dihubungkan dengan kehidupan remaja, sehingga mereka lebih tertarik untuk membaca.
Selain itu, sastra populer lebih mudah diakses lewat platform digital, cerita-cerita di aplikasi dan situs bacaan daring seperti Ipusnas, google play book, wattpad, karyakarsa dll. membuat remaja menemukan teks yang mereka suka kapan saja dengan mudah. Bentuk online juga mendorong interaksi pembaca bisa memberi komentar, berdiskusi, atau bahkan menulis kembali cerita mereka sendiri. Pengalaman berinteraksi seperti ini memberi dorongan kuat untuk terus membaca dan menulis. Beberapa karya yang awalnya populer di dunia maya kemudian diterbitkan secara cetak atau diadaptasi menjadi film dan serial menunjukkan bahwa bacaan populer punya peran penting dalam membangun ekosistem budaya yang lebih luas.
Penolakan terhadap sastra populer sering kali datang dari dua alasan utama. Pertama, alasan estetika, anggapan bahwa karya populer kurang bermutu secara sastra. Kedua, alasan moral atau konten bahwa beberapa cerita mengandung nilai yang dipertanyakan. Kritik seperti ini tidak salah jika tujuannya untuk memperbaiki kualitas karya. Namun, cara menanggapinya yang kurang tepat bisa membuat minat membaca remaja menjadi surut, seharusnya kita bukan melarang atau merendahkan bacaan tersebut. Akan lebih baik jika pembaca pemula diajarkan bagaimana cara membaca yang kritis. Dengan membimbing remaja membaca secara kritis, kita membantu mereka mengenali kekuatan dan kelemahan sebuah teks, sehingga pengalaman membaca menjadi lebih bermakna.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan minat membaca remaja diantaranya. Pertama, perpustakaan sekolah dan umum perlu menata koleksi yang seimbang baik karya klasik dan akademik berdampingan dengan bacaan populer. Pendekatan ini mengakui bahwa pembaca punya selera berbeda, dan memberi ruang bagi remaja yang sedang mencari gaya baca dan minat mereka. Kedua, guru dan pustakawan harus dilatih untuk memfasilitasi diskusi yang mengaitkan tema populer dengan konsep sastra dasar. Misalnya, dari sebuah novel populer, kita bisa mengajak pembaca membahas tokoh, alur, sudut pandang, atau pesan yang tersirat yanga terdapat di dalam novel tersebut. Langkah sederhana ini bisa mengubah bacaan ringan menjadi bahan belajar yang efektif.
Ketiga, adanya kegiatan klub baca dan lomba menulis berbasis minat yang bisa menghubungkan pembaca muda dengan mentor dan teman sebaya. Suasana komunitas yang saling mendukung membuat kegiatan membaca terasa lebih menyenangkan. Selain itu, adanya lomba menulis membuat remaja merasa diberi ruang kreatif untuk mengekspresikan dirinya. Keempat, harus ada kerja sama antara sekolah dengan platform digital. Hal ini penting untuk menyediakan akses yang aman dan terkurasi. Akses digital tanpa bimbingan bisa berisiko negatif dengan memperkenalkan konten yang kurang sesuai untuk pembaca dibawah umur. Oleh karena itu, peran pendidik dan orang tua tetap penting dalam menumbuhkan minat membaca terutama pembaca anak-anak dan remaja.
Secara budaya, sikap berhati-hati atau keraguan terhadap sastra populer sering kali membuat masyarakat melewatkan cerita-cerita yang sebenarnya dekat dengan kehidupan banyak orang, khususnya para remaja dari berbagai latar belakang. Karya populer dapat menjadi ruang untuk bereksperimen dengan bahasa, identitas, dan pengalaman sehari-hari. Ketika karya semacam ini dibahas di sekolah atau komunitas, karya tersebut berpotensi memperkaya imajinasi serta cara pandang masyarakat, terutama di kalangan generasi muda. Dengan demikian, sastra populer tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga menjadi bagian dari wacana budaya yang turut membentuk cara berpikir dan berinteraksi dalam kehidupan sosial.
Kesimpulannya, alih-alih memandang sastra populer secara sebelah mata, akan lebih bermanfaat jika masyarakat mencoba melihat potensinya dalam meningkatkan minat baca dan memperkuat budaya literasi. Pendekatan yang inklusif dapat dimanfaatkan untuk menjadikan daya tarik sastra populer sebagai pintu masuk bagi pembaca pemula. Tentu saja, hal ini tetap perlu disertai dengan bimbingan dan adanya pengenalan terhadap keterampilan membaca kritis serta jenis bacaan yang lebih beragam. Dengan begitu, kebiasaan membaca tidak hanya meningkat, tetapi juga dapat mendorong perkembangan kemampuan berpikir dan berbahasa generasi muda.







