Judul : Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Isi : ix + 248 halaman (13.5 x 20 cm)
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
ISBN – 13: 978 – 979 – 91 – 0363 – 5
Cetakan : Juni 2011
“Kalian para perawan remaja, telah aku susun surat ini untuk kalian, bukan saja agar kalian tahu tentang nasib buruk yang biasa menimpa para gadis seumur kalian, juga agar kalian punya perhatian terhadap sejenis kalian yang mengalami kemalangan itu…. Surat kepada kalian ini juga semacam pernyataan protes, sekalipun kejadiannya telah puluhan tahun lewat…” – Pramoedya Ananta Toer-
Alih-alih menjadi para pelajar yang cerdas untuk menjadi penerus bangsanya, mereka para perawan remaja oleh Jepang justru dipaksa menjadi jugun ianfu; perempuan penghibur bagi tentara militer Jepang. Mimpi dan cita-cita yang semula digenggam kuat terpaksa harus di kubur dalam-dalam, mereka harus menanggung malu dan luka terbuang jauh dari keluarganya.
Pasca Jepang kalah dari sekutu, mereka para remaja dibuang dan ditelantarkan begitu saja tanpa ada yang bertanggung jawab, tanpa pesangon, tanpa fasilitas dari pemerintah Jepang, cuci tangan begitu saja terhadap kejahatannya. Mereka dibuang tanpa tahu jalan pulang, tanpa kenal siapa pun, di daerah yang mereka sendiri tidak tahu dimana mereka berada, atau memang sebagian dari mereka sudah tidak berani pulang karena merasa malu karena merasa menjadi noda buat keluarga jika mereka kembali. Dibalik janji dan iming- iming tersebut, sebenarnya janji menyekolahkan ke Tokyo dan Shonato (Singapura) tidak pernah diumumkan secara resmi oleh pemerintah Jepang itu sendiri.
Hingga saat ini, pemerintah Jepang tidak bersedia bertanggung jawab secara hukum atas semua yang dilakukannya terhadap 200.000 orang perempuan di Negara-negara Asia yang diduduki oleh Jepang termasuk perempuan Jepang sendiri yang dijadikan budak sex. Jepang beralasan mereka adalah Jugun Ianfu (perempuan penghibur) secara sukerala. Menurut Jepang masalah tersebut sudah diselesaikan dengan mendirikan Asian Women Found pada 1995.
Pram menyajikan fakta sejarah yang tak tersentuh, dengan kemasan cerita yang otentik, apa adanya. Naskah ini menjadi menarik dan penting untuk dibaca sebagai pengingat dan pembelajaran yang penting bagi bangsa ini agar tidak terulang kembali. (Analta Inala).
Cover buku Perawan Dalam cengkeraman Militer
*Tulisan ini juga dimuat di buletin Mitra Media edisi 4, September 2017